Chereads / SAHABAT BAYANGAN / Chapter 4 - Cerita 4

Chapter 4 - Cerita 4

Hari sabtu itu, biasanya hampir semua kantor libur maka itu adalah waktu yang paling tepat buat bersantai, atau berlibur ataupun sekedar membersihkan rumah, begitu juga dengan grasia, pagi-pagi sekali aldo calon pacarnya nomor satunya telah datang kerumahnya untuk membantunya membersihkan rumah, karena setelah kematian ayahnya dan juga ibunya yang masuk rumah sakit, rumah itu seperti tak berpenghuni lagi, maka inilah hari yang pas buat grasia untuk membersihkannya. Tapi disaat mereka akan memulai membersihkan hp grasia berbunyi.

"ya halo pak frans.. ada yang bisa dibantu pak?" sapa grasia pada penelpon itu, setelah hampir seminggu dia bekerja bersama dengan pak frans dia jadi akrab tapi tetap hormat pada pak frans.

"kamu lagi ngapain?" tanya frans.

"bersih-bersih rumah pak,.. kesehatan ibuku sudah semakin membaik, mudah-mudahan sebentar lagi bisa diijinkan pulang oleh pihak rumah sakit, jadi aku sedang mempersiapkan rumah pak.."

Oh.. begitu.. tapi grasia.. bos menyuruhmu datang ke sini, kau tahukan bagi kita tak ada waktu untuk libur.., selama bos bekerja selama itu juga kita bekerja.." kata frans dengan suaranya yang terdengar menyesal.

"oh begitu ya pak..jadi aku harus kemana? dan apa tugasku?" kata grasia, wajahnya sebenarnya sangat kesal tapi dia tak bisa membantah perintah atasan, selain itu juga dia merasa kurang enak hati kalau tak mengikuti perintah bosnya, karena selama seminggu ini bosnya begitu baik dan sangat profesional dalam bekerja jadinya grasia tak punya alasan untuk membantah.

"aku share lokasinya ya..dan tolong grasia berkas yang kuberikan padamu tiga hari yang lalu, sudah dikoreksikan? Tolong berkas itu yang dibawa ketempat ini.." frans menjelaskan, dia juga masih menjelaskan beberapa detail pekerjaan yang harus grasia siapkan.

"baik pak.. beri waktu aku satu jam.." kata grasia dan terlihat bergegas.

"jangan satu jam grasia, secepatnya ya.."

"baik pak frans.. secepatnya.." kata grasia dan segera menutup telponnya.

Aldo yang melihat grasia yang terburu-buru terpaksa hanya diam melihatnya, tak berani berkomentar.

"dho, maaf ya.. hari ini ternyata aku masih harus bekerja.. dan boleh aku minta tolong.. antarin aku ketempat ini.." kata grasia dan menunjukkan lokasi yang diberikan frans.

"iya boleh grasia sayang.. apa sih yang nggak buat grasia.." kata aldo, dan bergegas mengantarkan grasia, didepan grasia Aldo berusaha tetap tersenyum, padahal dalam hatinya dia sebenarnya kecewa, moment ini telah ditunggunya sejak beberapa hari yang lalu, dia telah berhayal mereka sambil membersihkan rumah sambil saling menggoda, makan siang bersama, sore hari mereka mandi bergantian, pokoknya dalam pikirannya setelah hari ini pasti hubungannya dengan grasia akan lebih dekat, tapi ternyata bos grasia yang sialan itu merusak hayalannya.

Begitu tiba ditempat itu grasia langsung menelpon frans dan bertanya dimana mereka, dan frans menuntun grasia ketempat mereka. gabriel yang lebih dahulu melihat grasia mengerutkan alisnya, grasia datang ketempat itu dengan pakaian seorang sekretaris yang anggun dan berdedikasi tinggi, sedangkan mereka sedang berada dilapangan golf.

"kau tak mengatakan padanya kalau kita akan main golf?" tanya gabriel pada frans, mendengar itu frans langsung memandang ketempat yang dilihat bosnya, dia jadi tersenyum melihat penampilan grasia.

"waduh.. kupikir anak itu tahu.." kata frans merasa bersalah sekaligus merasa lucu.

"carikan dia sepatu kets, ukuran kakinya 38." Kata gabriel dan pergi bergabung dengan kliennya, frans yang ditinggal bosnya mengerutkan alisnya dan dia langsung menelpon seseorang menyuruh mencarikan sepatu kets ukuran 38.

"pak frans jahat, kenapa tidak mengatakan padaku kalau kita akan berada dilapangan golf" kata grasia kesal, wajahnya cemberut melihat tawa diwajah frans, ketika mereka telah berdekatan.

"iya maaf.. lihat sepatumu memang paling cocok berada ditempat ini.." goda frans dan dia tertawa. tawanya semakin menjadi ketika grasia menatapnya marah, tapi kemudian tiba-tiba tawanya langsung hilang, ternyata dia melihat tatapan tajam dan menakutkan dari bosnya.

"iya.. iya.. maaf.. tapi nggak usah kwatir.. tunggu disini sebentar, nanti ada yang akan membawakanmu sepatu kets, ukuran kakimu 38 kan?" kata frans kurang yakin.

"iya ukuran kakiku 38, bagaimana pak frans bisa tahu?" tanya grasia, sebenarnya frans sama penasarannya dengan grasia, bagaimana bosnya bisa tahu ukuran kaki grasia, tapi dia menjawabnya dengan sembarangan.

"tahu aja ukuran kakimu, kan aku jago meramal.." jawab frans bercanda,

"terima kasih ya pak frans.." kata grasia tulus, kemudian dia menyerahkan semua berkas yang tadi diminta frans untuk dibawanya, dan mereka telah serius membahas tentang pekerjaan mereka.

Kegiatan hari itu, berakhir dengan penandatanganan kontrak kerjasama dengan klien yang sudah diincar gabriel beberapa bulan yang lalu, kedua belah pihak terlihat puas dengan kontrak itu. grasia yang ditinggal frans untuk mengurus sesuatu, berjalan perlahan mengikuti bosnya, gabriel terlihat masih asik ngobrol dengan kliennya, mereka berjalan menuju mobil mereka yang diparkir. saat klien itu masuk ke mobilnya gabriel mundur agak jauh untuk memberi ruang buat mobil yang ditumpangi klien itu lewat, tiba-tiba grasia menyadari sesuatu, sepertinya ada sebuah motor yang dikendarai dengan kecepatan tinggi sedang menuju kearah mereka dan sepertinya mengincar bosnya, dan saat bosnya mundur itu ternyata dia menjadi sasaran empuk buat pengendara motor untuk menabraknya. Grasia berlari kearah bosnya dan menariknya untuk menghindari tabrakan membuat gabriel kaget dan limbung, mereka akhirnya jatuh bersama, sesaat gabriel sadar kalau jatuhnya mereka akan berbahaya buat grasia dia langsung berputar dan memeluk grasia dengan erat berusaha untuk melindunginya walaupun saat jatuh menyebabkan tangannya luka lecet. Motor yang tak berhasil menabrak gabriel itu melarikan diri. para pengawal gabriel yang baru menyadari bahaya itu langsung berlarian menolong bos mereka. gabriel marah besar, semua pengawal itu dimarahinya, termasuk frans yang baru tiba ditempat mereka diteriakinya agar tinggal dan mencari tahu siapa penabraknya itu. kemudian dia memegang tangan grasia dan membawanya masuk ke mobil diikuti beberapa pengawalnya langsung menuju kerumah orang tuanya. Gabriel sama sekali tak peduli dengan tangannya yang sedang terluka.

Sementara itu dirumah kediaman orang tuanya, ayah dan ibu tiri gabriel yang baru saja mandi sedang duduk istirahat menunggu makan siang. mereka pagi tadi pergi bersama klub bersepeda mereka, bersepeda keliling taman, kegiatan yang sering mereka lakukan saat liburan.

Saat gabriel tiba, dia tetap membawa grasia masuk kedalam rumah orangtuanya itu, sebenarnya grasia berniat menolak tapi dia takut karena bosnya masih sangat marah, akhirnya dengan patuh dia mengikuti bosnya. Ayah gabriel yang pertama kali melihat mereka tersenyum pada mereka.

"kamu disini nak.." kata laki-laki paruh baya itu dengan tersenyum ramah pada gabriel dan grasia. Grasia yang baru pertama kali bertemu dengan bos besarnya menjadi gugup, dia jadi berhenti dan tertunduk takut, berbeda dengan gabriel, auranya semakin dingin dan menakutkan.

"Iya Aku Datang Kesini Untuk Menemui Istri Tercintamu Itu Pap.." kata gabriel sarkas.

"jangan marah-marah dulu nak.. kita lagi ada tamu.. kamu siapa? Siapa namamu?" suara ayah gabriel begitu tenang dan penuh wibawa, grasia yang menyadari dia yang sedang ditanya jadi semakin gugup.

"sa..saya.. namaku grasia dominica, saya sekretarisnya pak gabriel.." kata grasia, walaupun agak takut dia berusaha tersenyum penuh hormat.

"ah sekretaris, jadi sekarang kamu menyukai sekretaris juga.." sindir ibu tiri gabriel. Gabriel yang mendengar itu kembali murka.

"Eh Pelacur.. Jangan Kau Samakan Dirimu Dengan Dia, Dia Lebih Terhomat Jauh Darimu.." geram gabriel, dia sebenarnya sudah sangat marah tapi berusaha terkendali karena merasa sungkan dengan grasia.

"jaga mulutmu.. seumur hidupku aku hanya tidur dengan ayahmu.." cicit ibu tirinya.

"Tapi Kau Datang Keperusahaan Dengan Niat Menggoda Suami Orang.. Apa Bedanya Kau Dengan Pelacur!!" geram gabriel, mata gabriel menyala penuh kemarahan.

"sudah gabriel.. itu semua kesalahan papa.. lebih baik sekarang kau duduk, kamu juga grasia..silahkan duduk.." kata ayah gabriel dan tersenyum pada grasia.