"ayo duduk disini grasia, ada yang ingin bapak tanyakan padamu.." kata ayah gabriel, suaranya lembut tapi penuh wibawa, dan dengan patuh grasia datang duduk ditempat yang ditunjuk ayah gabriel, gabriel ingin protes tapi tak jadi dia hanya melihat apa akan ayahnya lakukan.
"ceritakan pada bapak, bagaimana bosmu? Apakah dia memperlakukanmu dengan baik?" tanya ayah gariel dan dia melihat sekilas putranya, walaupun singkat dia bisa menilai kalau grasia ini punya pengaruh yang besar pada emosi putranya, anaknya terlihat terkontrol karena kehadiran gadis itu.
"secara keseluruhan pak gabriel itu baik pak.., hanya saja sehari-hari itu saya jarang bertemu pak gabriel, lebih banyak saya bekerja membantu tugas pak frans..kalau hari ini saya bersama pak gabriel karena tadi kita ada penandatanganan kontrak, dan.." grasia melihat gabriel ingin tahu reaksi bosnya.
"Dan Kita Hampir Ditabrak Oleh Motor Suruhan Istri Tercintamu Pap" gabriel yang melanjutkan cerita grasia, dia menatap tajam ibu tirinya.
"gabriel.. papa selalu bilang kalau ada hal seperti itu jangan asal menuduh, kau harus punya bukti nak" suara ayah gabriel masih terdengar tenang, tapi kali ini terdengar begitu tegas.
"Baik Pap.. Jangan Kwatir.., Aku Pasti Akan Mendapatkan Semua Bukti Kalau Istri Tercintamu Itu Yang Berusaha Membunuhku , Dan Kalau Semua Bukti Sudah Terkumpul, Aku Jamin Aku Akan Membuat Wanita Gila Itu Membusuk Dipenjara" gabriel tersenyum sinis, dia tajam menatap ibu tirinya, sedangkan ibu tirinya terlihat berusaha tak terpengaruh oleh intimidasi gabriel.
"sudah gabriel, kita ada tamu disini, jangan membuatnya takut.." kata ayahnya lagi, gabriel yang mendengar itu kembali sadar.
"ayo grasia.. ku antar kamu pulang.."
"makan dulu nak.. sebentar lagi makan siang akan siap.." sela ayah gabriel.
"tak perlu pap.. Jangan Harap Aku Akan Makan Dengan Pembunuh Itu" kata gabriel dan berjalan keluar dari rumah itu dengan cuek, diikuti dengan grasia, tapi sebelumnya grasia dengan sopan memohon pamit pada kedua orang tua gabriel.
Sepeninggal gabriel dan grasia, ayah gabriel menatap istrinya
"kita kekamar.. aku perlu bicara denganmu.." kata ayah gabriel dan berjalan menuju kamar mereka diikuti istrinya dengan patuh.
"katakan sejujurnya, apa benar yang dikatakan gabriel.." tanya ayah gabriel tenang tapi tegas saat mereka hanya berdua dikamar.
"kau percaya dengan omong kosong anakmu itu?" jawab istrinya. Tapi ayah gabriel tak bicara dia hanya serius menatap istrinya.
"ok aku mengaku, untuk motor itu memang aku yang menyewanya, tapi aku hanya ingin anak sombongmu itu diberi palajaran, dia sungguh terlalu menuduhku yang bukan-bukan.." kata wanita itu sedikit merajuk
"kau tahukan apa yang akan aku lakukan kalau anakku terluka.."suara ayah gabriel masih tenang.
"TAPI ANAKMU ITU BENAR-BENAR KETERLALUAN !!" ibu tiri gabriel marah,
"jadi dalang percobaan pembunuhan gabriel di daerah waktu itu, kamu juga orangnya?"
"Itu Yang Ku Bilang Anakmu Keterlaluan, Dia Secara Tidak Langsung Telah Menuduhku Berusaha Membunuhnya Di Daerah, Padahal Itu Bukan Aku!!, Makanya Aku Menyuruh Orang Untuk Menabraknya, Tapi Itu Hanya Untuk Memperingatinya Bukan Untuk Membunuhnya.." ibu tiri gabriel saking marahnya dia jadi menangis.
"kau yakin.. kau tak berbohongkan?" tanya ayah gabriel serius.
"YAKIIIIN!!.. Dan Kau.. Kau Tak Pantas Meragukan Kejujuran Dan Ketulusanku!!" dua orang itu saling menatap, mereka diam untuk sesaat.
"baiklah aku percaya.. tapi ingat peringatanku, jangan pernah menyakiti anakku.." kata ayah gabriel dan menghentikan pertengkaran mereka.
Sementara itu dijalan saat gabriel mengantar grasia pulang,
"tadi itu kau tak perlu mengikuti perintah ayahku" kata gabriel dengan tenang.
"jangan becanda pak gabriel, ayahnya pak gabriel itu bos paling tinggi diperusahaan, mana mungkin aku tak mengikuti perintahnya, lagipula perintah dari beliau itu bukan sesuatu yang buruk.." kata grasia menatap aneh bosnya. Gabriel kaget dengan jawaban grasia, dia jadi tersenyum mendengar itu
"iya benar.. perintahku saja kau tak boleh menolak," kata gabriel, dia melirik grasia sebentar, gadis itu hanya diam sepertinya ada yang dia pikirkan.
"maafkan aku tadi mengganggu kegiatanmu, kata frans tadi itu kamu lagi bersih-bersih rumah, jadi ibumu sudah sembuh?" kata gabriel suaranya terdengar menyesal.
"belum sembuh sepenuhnya sih pak.. tapi sudah lebih baiklah, mudah-mudahan sebentar lagi ibu sudah bisa pulang" kata grasia.
"kalau boleh aku usul, bagaimana kalau ibumu nanti pulangnya kerumahku saja, bukan maksud apa-apa sih grasia.. aku hanya kurang yakin saja, kan sekarang kau hanya tinggal berdua dengan ibumu, sedangkan kau harus bekerja dan ibumu pasti hanya akan dijaga oleh perawat, aku hanya kwatir terjadi sesuatu dengan ibumu sedangkan perawatnya pergi, atau bisa juga perawat itu orang jahat, atau ada penjahat yang datang dan menyerang perawat itu sedangkan dia harus menjaga ibumu dan masih banyak lagi kemungkinan yang lain..sedangkan kalau kerumahku, disana ada ibuku dan juga para pembantu yang bisa membantunya.."kata gabriel panjang lebar, grasia yang mendengar itu awalnya merasa aneh, kemudian mulai kesal, dan akhirnya mulai mempertimbangkan.
"selain itu karena bisnis ibuku adalah jual bunga hias beserta bibitnya jadi halaman rumahku sangat asri, udara yang bersih paling bagus untuk proses kesembuhan ibumu. kuharap kau dapat mempertimbang usulku itu.." kata gabriel lagi.
"tapi pak.." ada sesuatu yang menganjal dipikiran grasia, tapi dia agak sungkan mengatakan.
"jangan kwatir grasia, aku tidak tinggal dirumah itu, walaupun itu rumahku tapi laki-laki muda dan aktif sepertiku tak mungkin masih tinggal dengan ibu.." kata gabriel memberi alasan, dia tersenyum sumbang.
"bukan begitu pak.. tapi hal seperti ini harus aku bicarakan dulu dengan ibuku.."
"silahkan, bukan masalah.. semua terserah padamu, tapi saranku, usulanku tadi semua itu untuk kepentingan ibumu, ya.. paling tidak kau pertimbangkan dulu, soal kau ingin tinggal dimana, dirumahku, atau dirumahmu atau mungkin dengan pacarmu, itu bukan urusanku." kata gabriel tenang, sedangkan grasia dia tak ingin membalas perkataan bosnya, dia hanya diam. Sampai mereka tiba didepan rumah sakit.
"ayo pak gabriel turun.." kata grasia, gabriel sedikit kaget dengan perkataan grasia itu.
"kau ingin memperkenalkan aku pada ibumu? Tadi itu aku bukan sengaja membawamu ke.."
"jangan takut pak, aku tak berniat memperkenalkan pak gabriel pada ibuku, aku hanya ingin lukanya pak gabriel diobati.." kata grasia dan menunjuk luka ditangan gabriel.
"oh ini hanya luka kecil, nggak usah terlalu dipikirkan" gabriel jadi sadar dengan luka ditangannya.
"itu memang luka kecil pak, tapi kalau tidak diobati luka itu bisa infeksi, dan itu akan berakibat buruk buat pak gabriel"
"tapi kalau aku ke ruang gawat darurat hanya untuk mengobati luka sekecil ini, aku bisa ditertawai" kata gabriel memberi alasan.
"kalau begitu ayo kekamar ibuku aku akan membantu pak gariel mengobatinya" kata grasia, gabriel terlihat berpikir sebentar, dan kemudian dia menyetujui saran grasia, setelah dia memarkir mobilnya kemudian dia mengikuti grasia kekamar ibunya.
Tanpa mereka duga ternyata dikamar ibu grasia dirawat, aldo sedang duduk santai sambil bermain game dihpnya.