"hai aldo.. sudah lama kamu disini?" sapaan sekaligus pertanyaan dari grasia, dia sedikit kaget, demikian juga dengan aldo, aldo sebenarnya senang karena grasia telah pulang tapi ketika dia melihat siapa orang yang bersama grasia, seorang pemuda yang umurnya tidak terlalu jauh darinya, postur dan tinggi badan mereka juga tidak jauh berbeda, memang orang itu terlihat lebih kurus dari aldo, tapi aura penuh wibawa dan menguasai dari laki-laki itu membuat hati aldo sedikit kecut. apalagi melihat pakaian yang dipakainya walaupun itu pakaian olahraga, tapi aldo bisa menilai kalau harga baju itu pastilah sangat mahal, laki-laki itu juga sepertinya sedang menilai aldo.
"iya.. hari ini rencana kegiatanku batal, daripada nggak tahu mau kemana makanya aku datang ketempat ini. tadi itu aku sempat ngobrol dengan ibumu, tapi sepertinya beliau sekarang kelelahan, jadinya ketiduran.." kata aldo, walaupun hatinya sedikit kecut tapi dia berusaha terlihat biasa saja didepan grasia.
"oh gitu..maafkan aku ya dho..dan juga terima kasih ya.." grasia merasa bersalah, tapi dia tak ingin bosnya tersinggung.
"oh iya ini kenalkan bosku pak gabriel.. dan pak gabriel ini temanku namanya aldo.." grasia memperkenalkan dua orang itu, tak disangka gabriel mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
"senang berkenalan denganmu.." kata gabriel, walaupun tanpa senyum tapi dengan dia mau mengulurkan tangannya saja menunjukkan kalau dia orang yang baik, membuat aldo dan grasia menjadi respect pada gabriel.
"senang berkenalan denganmu juga.." kata aldo, yang juga menyambut uluran tangan gabriel, mereka bersalaman dengan hangat.
"maaf kalau aku mengganggu kegiatan kalian.." kata gabriel lagi, dan ditanggapi cepat oleh grasia.
"ah nggak apa-apa pak gabriel itu sudah menjadi tugasku... ayo lebih baik lukanya segera diobati.." kata grasia, dan dia langsung mengambil kotak obat dan bergegas mengobati luka gabriel. Gabriel diam sesaat, dalam hatinya dia sedikit kecewa, karena merasa grasia ingin cepat mengusirnya, tapi sudahlah mungkin grasia ingin cepat bisa berduaan dengan aldo pikirnya.
Saat grasia mulai mengobati luka-luka gabriel, suasana didalam ruangan itu begitu sunyi dan canggung, grasia yang lebih dulu sadar, dan memulai pembicaraan.
"eh pak gabriel, maaf saya lupa memperkenalkan ibuku pada.." kata grasia agak canggung.
"ah, nggak apa-apa, nggak usah dibangunkan.." potong gabriel, tapi suasana kembali diam.
"pak gabriel nggak bertanya tentang ibuku? dia sakit apa, atau.. eh maaf saya bukan berniat apa-apa pak.." kata grasia merasa salah dengan pertanyaannya.
"tak perlu dijelaskan aku sudah tahu, ibumu sakit karena syok saat mendengar ayahmu meninggal, padahal ibumu yang telah sakit menahun.." kata gabriel lugas dan dia tersenyum tipis.
"eh?!.. pak gabriel tahu dari mana?" grasia sedikit kaget dan karena kagetnya dia sedikit menekan luka gabriel dengan kapas yang sudah ada obatnya, sehingga gabriel meringis kesakitan.
"ADUUUH!!.. kau pakai obat apa grasia kenapa sakit sekali..."protes gabriel, tapi rasa sakit itu yang menyadarkannya yang hampir keceplosan.
"oh maaf pak.. ini hanya obat merah, tadi katanya hanya luka kecil, jadi nggak sakit.." grasia menyindir, dia tersenyum geli karena bosnya kesakitan, gabriel melirik kesal pada grasia, ingin rasanya dia mambalas keisengan grasia itu, tapi dia sempat melihat kilau ketidak sukaan dimata aldo, jadinya dia hanya diam.
"soal pertanyaanmu yang tadi itu, cerita itu aku tahu dari frans.. frans pernah cerita tentang keluargamu.." kata gabriel beralasan, padahal dia sadar betul darimana dia mengatahui semua cerita itu.
"oh.. begitu.." grasia sedikit lega walaupun dia tetap masih ragu, pak gabriel ini sepertinya banyak tahu tentang aku, mungkinkah mereka telah menyelidikiku sebelum aku mulai bekerja pikir grasia.
Akhirnya grasia meyelesaikan pekerjaannya mengobati luka-luka gabriel, saat mengobati itu gabriel beberapa kali meringis sakit, tapi semakin gabriel merasa sakit grasia merasa lucu,
"terima kasih grasia.. sebagai bayarannya nanti kubelikan makan siang buat kalian" kata gabriel, walaupun hati kecilnya masih ingin ngobrol dengan grasia, tapi dia sadar diri, ada aldo ditempat itu, dia tak ingin menghalangi cinta grasia.
"ah nggak usah pak.." protes grasia.
"nggak apa-apa.. aku tahu kamu belum makan siang, nanti ada yang akan mengantarkan makanan buat kalian" kata gabriel, dan kemudian dia pamit pergi.
"kamu suka bosmu ya?" tanya aldo ketika gabriel telah pergi.
"eh apaan sih dho..dia itu bosku..selama ini dia baik padaku, masa sih aku harus membalasnya dengan tidak sopan.." kata grasia, dia sedikit kesal dengan pertanyaan aldo itu.
"kalau seandainya suatu saat dia akan suka sama kamu, apakah kau akan menerimanya?" tanya aldo, dia sedikit takut sebenarnya, dibandingkan dengan gabriel aldo itu bukanlah siapa-siapa. Dia hanyalah seorang pegawai perusahaan, memang penghasilannya untuk hidup sederhana, itu sudah lebih dari cukup, asalkan saja tidak dibandingkan dengan kekayaan gabriel.
"itu urusanku sebenarnya, apakah aku akan menerimanya atau tidak itu urusanku.. kamu kenapa aneh hari ini dho?"
"aku nggak aneh, hanya saja dari apa yang kulihat, pak gabrielmu itu sepertinya menyukaimu.." kata aldo, grasia langsung menatap aldo aneh.
"dho, apa yang kau katakan itu kalau kau bilang dulu sebelum aku mengenal pak gabriel mungkin aku akan ketakutan, tapi karena sekarang aku sudah kenal seperti apa pak gabriel itu, makanya aku tak percaya dengan yang kau katakan. Lucu dho.. kalau benar pak gabriel menyukaiku, dia pasti akan menggodaku, merayuku, ataupun memperlakukan aku secara istimewa, supaya aku bisa jatuh cinta padanya, tapi selama ini yang kuterima, pak gabriel itu hanya memperlakukanku sebagai karyawan biasa, tak ada yang lebih.. dikantor juga kita malah jarang bertegur sapa" cerita grasia panjang lebar, karena kesal dengan kecemburuan aldo, sedangkan aldo hanya diam, tapi sebagai laki-laki sebanarnya dia bisa merasakan kalau gabriel sepertinya sedang berusaha melindungi grasia.
"bos.. sepertinya aku mendengar sesuatu yang buruk tentang grasia.." lapor frans pada gabriel pagi itu. gabriel yang baru tiba dikantor dan baru saja duduk dimejanya menatap frans sedikit keberatan.
"Aku Memintamu Mencari Tahu Dan Mencari Bukti Siapa Dalang Yang Mencoba Membunuhku, Bukan Bergosip Frans.." kata gabriel kesal.
"untuk pengemudi motor itu agak susah bos, masalahnya pengemudi itu menggunakan helm hitam, motornya juga tidak menggunakan plat, jadi sementara ini kita hanya bisa mencari orang dengan ciri-ciri yang dicctv" kata frans merasa bersalah.
"sedangkan untuk kasus percobaan pembunuhan didaerah itu, mereka sedang menyelidiki grasia, karena grasia sepertinya terhubung dengan orang yang meninggal itu" kata frans sedikit takut.
"Jadi apa yang kau dapatkan tentang grasia?" tanya gabriel akhirnya setelah sebelumnya dia hanya diam.
"ternyata grasia sebelum bekerja disini, dia diPHK dari kantornya bos, karena dia terlibat adu mulut dengan bosnya"
"notaris bosnya grasia itu brengsek frans.., dia memperlakukan karyawannya seperti budak, selama bekerja mereka tidak diijnkan untuk duduk, apalagi ngobrol, makan dan minumpun hanya bisa disaat jam istirahat, dia juga tak mengijinkan ada karyawan yang ijin apapun alasannya. pokoknya seperti itu bos grasia yang notaris itu, kalau kau ingin tahu tentang kinerja grasia yang sebenarnya, kau bisa bertanya pada dosennya yang juga seorang pengacara, karena dia yang lama bekerja dengan grasia, dari saat grasia lulus S1 sampai dia menyelesaikan S2, grasia hanya bekerja dengan orang itu, hanya karena cita-cita grasia berubah ingin menjadi seorang notaris, makanya dia pindah tempat kerja." Kata gabriel menjelaskan.
"katakan pada detektif itu, dia tak perlu mencari tahu tentang grasia, ataupun tentang orang yang meninggal itu, yang perlu dia Cari Tahu, Adalah Siapa Yang Ingin Membunuhku.. Itu Saja!!..Dan S e c e p a t n y a!!.." kata gabriel lagi.
"ok siap bos.." kata frans patuh, dia tak menyangka pengetahuan gabriel tentang grasia sampai sejauh itu.