"grasia tekan lukanya untuk menghentikan pendarahan" perintah frans pada grasia ketika mereka dalam mobil menuju rumah sakit, dan dengan cepat Grasia segera melakukan yang di perintahkan frans.
"bawa aku kerumah mama, dan hapus semua gosip tentang kejadian malam ini" kata gabriel pada frans,
"lukamu parah gabriel!.. sepertinya tusukan itu mengenai ginjalmu atau organ lainnya. jadi kita harus kerumah sakit, aku janji tak bakalan ada gosip tentang kejadian ini" kata frans, mendengar perkataan frans itu grasia terpekik kecil karena takut.
"baik, antar aku kerumah sakit, tapi kau jangan menakuti grasia lagi" kata gabriel lemah, frans tak ingin membalas atau membantah perkataan bosnya, dia hanya melirik gabriel dan grasia bergantian darinkaca spion.
Sepanjang jalan grasia berusaha sekuat tenaganya untuk tidak menangis karena dia tahu gabriel tak menyukai tangisannya, dia merasa bersalah, musibah yang menimpahnya seakan tak berhenti datang, dan sekarang karena kesialannya pak gabriel tertimpah musibah juga. padahal baru saja dia merasa hidupnya telah kembali membaik, dia mulai menyukai pekerjaannya, dan mulai menyukai bos seperti pak gabriel, orangnya yang sangat profesional dan berwibawa. dia juga menyukai pak frans, rekan kerja dan mentornya yang baik, tapi entah kenapa musibah tak mau menjauh dari hidupnya, mungkinkah itu karena dia telah mempermainkan perasaan aldo, laki-laki yang tulus mencintainya sedangkan dia masih meragu, grasia menggigit bibirnya menahan tangis.
Frans sengaja membawa gabriel kerumah sakit tempat ibu grasia dirawat, karena dia melihat rasa bersalah yang sangat besar dimata grasia, sehingga pasti grasia akan memaksa untuk menjaga gabriel. Mereka masuk rumah sakit lewat jalur belakang, dan dokter dengan sigap langsung memeriksa gabriel, sebelum dokter membawanya pergi, gabriel sempat mengatakan sesuatu pada grasia.
"pacarmu tadi begitu kwatir padamu mungkin ibumu juga, jadi lebih baik kau cepat temui mereka, kau tak perlu menjagaku" kata gabriel, dan setelah mengatakan itu dia menggerakkan tangannya walau terlihat lemah menyuruh grasia pergi. Tapi grasia tak bergerak sediktpun dia memandangi para dokter yang membawa gabriel ke ruang operasi dengan wajah yang sedih.
"sudah.. sekarang lebih baik kau dengarkan apa kata bos gabriel. disini juga kita hanya bisa menunggunya, kau tak perlu kwatir lagi.. yang pasti sekarang bos sudah berada tangan yang tepat." kata frans, dan air mata grasia yang berusaha ditahannya akhirnya keluar juga,
"pak frans, maafkan aku, ini semua salahku.. coba kalau aku tak datang ketempat itu dan tak mabuk mungkin masalah ini tak akan terjadi.." kata grasia di sela tangisnya.
"itu bukan salahmu grasia, ini kesalahannya sendiri, kenapa coba bos gabriel harus datang ketempat itu dan melindungmu" tapi saat frans mengatakan itu dia jadi terdiam karena melihat ayahnya gabriel datang ditempat itu.
"bagaimana keadaannya frans?" kata ayah gabriel dengan suara yang begitu tenang dan penuh wibawa, grasia yang mendengar suara itu langsung berbalik menghadap orang itu, tertunduk ketakutan.
"dia sedang dioperasi pak, kata dokter itu hanya operasi ringan.." jawab frans, ayah gabriel walaupun suaranya terdengar tenang tapi dari wajahnya masih tetap terlihat kwatir.
"kamu disini juga nak grasia?" sapaan sekaligus pertanyaan dari ayah gabriel pada grasia.
"maafkan saya pak.. semua ini salah saya, saya yang menyebabkan pak gabriel seperti ini.." kata grasia ketakutan, tapi ayahnya gabriel dengan lembut menepuk pundak grasia.
"grasia jangan menangis lagi ya..benar yang dikatakan frans, itu semua kesalahan gabriel sendiri.." ayah gabriel tahu apa yang sedang terjadi, sebelum dia datang kerumah sakit, dia telah menginterogasi istri keduanya, dan juga telah menghukumnya, gabriel adalah putra tunggalnya, dia juga sangat mengagumi dan menyayangi gabriel, jadi siapa saja yang coba-coba menyakiti gabriel, itu sama saja dengan mencari masalah dengannya.
"itu nggak benar pak.. pak gabriel tak bersalah, coba kalau aku tidak mabuk dan tidak membuat kekacauan pak gabriel pasti tak akan seperti ini.." kata grasia masih merasa bersalah.
"oh jadi seperti itu?..jadi semua ini penyebabnya adalah grasia ya.." kata ayah gabriel dengan lembut sebuah senyum tipis terlihat diwajahnya, frans yang sudah biasa dengan kelakuan ayahnya gabriel, dia tersenyum dan menundukkan kepalanya tak ingin dilihat oleh grasia dan ayahnya gabriel.
"iya maafkan saya pak..saya yang bersalah.." kata grasia ketakutan
"kalau begitu.. grasia harus bertanggung jawab.. jadi grasia harus mengurus dan melayani gabriel sampai anak itu sembuh ya.." kata ayah gabriel dengan lembut tapi tegas.
"eh?!.." grasia kaget dia menatap ayah gabriel, tadinya dia pikir dia akan dipecat, tapi kenapa jadi harus mengurus pak gabriel,
"jadi selama gabriel sakit grasia yang harus mengurus makanannya, keperluan berobatnya, mengantarnya kekamar mandi, dan juga mungkin kalau gabriel ingin mandi grasia yang harus membantunya"
"baik pak.. aku akan bertanggung jawab..aku akan menyewa perawat untuk menjaga pak gabriel, aku janji pak.." kata grasia cepat, frans yang mendengar jawaban grasia itu hampir tertawa, sepertinya grasia salah mengerti, tapi karena takut akan dimarahi ayah gabriel, dia semakin menundukkan kepalanya.
"gabriel itu orangnya pemilih.. jadi dia pasti tak menyukai orang yang tidak dikenalnya untuk menjaganya, jadi harus grasia sendiri yang menjaganya, kamu juga sekretarisnyakan?" kata ayah gabriel, sejak gabriel membawa grasia masuk kerumahnya tempo hari, dan melihat interaksi di antara mereka, ayah gabriel ingin segera menyatukan grasia dan putranya. dia sudah menyelidiki, dan hasilnya dia jadi tahu grasia itu gadis yang baik, dan sangat cocok untuk putranya. putranya juga sudah cukup lama bermain-main diluar, sudah seharusnya sekarang dia lebih fokus pada masa depannya dan memberikan penerus untuk perusahaan yang telah dia dan ayahnya bangun.
"baik pak.." jawab grasia tertunduk takut, sebuah senyum puas terlihat diwajah ayah gabriel.
Maka malam itu setelah meminta ijin sebentar untuk melihat ibunya yang sedang sakit, grasia mulai bertugas menjaga gabriel setelah selesai dioperasi. Malam itu terasa panjang buat grasia, dan dia merindukan sahabatnya adel.
[selamat malam kak adel..kak adel sudah tidur ya..]
[hari ini aku benar-benar dalam masalah, tadi aku mabuk dan menyebabkan kekacuan, bosku menerima tikaman yang ditujukan untukku, aku sungguh terharu, bosku dengan gagah melindungiku] tulis grasia pada sahabatnya, dia tahu ini sudah sangat malam tapi dia hanya perlu mengungkapkan perasaannya.
[tapi kak aku harus bagaimana? Aku takut aku akan menyukai bosku , sedangkan dia tak menyukaiku, selain itu juga ada aldo yang sangat baik dan sangat mencintaiku..aku harus bagaimana kak..]
[sekarang juga aku dapat tugas dari ayahnya bosku untuk menjaga putranya setiap hari, karena merasa bersalah aku tak bisa menolak itu, aku benar-benar takut kak adel]
[kak, aku benar-benar perlu pendapat kak adel ] tulis grasia lagi, sebenarnya dia sedikit merasa aneh, karena setiap kali dia mengirim pesan, hp gabriel seperti berbunyi penerima pesan, tapi mungkin itu hanya kebetulan pikirnya.