Seseorang yang sedang bergelung dibawah selimut itu tak kunjung bangun walaupun sudah berkali-kali dibangunkan oleh suara alarm nya HP yang berbunyi tiada henti.
Orang itu berguling-guling mencari kenyamanan untuk kepentingan tidurnya.
Saat ini cahaya silau mulai menyorot ke arah kelopak mata nya. Ia terpaksa membuka mata yang bisa dibilang kurang tidur itu untuk membiaskan cahaya yang masuk ke retina nya.
Ia bangun sambil mengusak mata nya, ini terlalu sebentar untuk ia yang baru saja tertidur. Semalam dia berjaga di salah satu cafe tempat ia bekerja sampai subuh.
Dan berakhirlah seperti ini, tidur yang kurang sampai membuat mata nya terdapat lingkaran hitam terpampang jelas.
"Huhhh" ia menghembuskan nafas nya lelah, sangat lelah. Apalagi saat ini ia harus berangkat ke sekolah.
Ia menengok ke arah alarm yang berbunyi dan mematikannya. "Berisik" ucapnya sambil menguap.
Ia berjalan ke arah kamar mandi dan melangsungkan acara mandi pagi untuk segera pergi ke sekolah.
Setelah selesai mandi, ia turun ke bawah dan menghampiri sang ibu yang sedang menyiapkan sarapan seadanya.
Keluarganya memang bukan dari keluarga berada. Makanya ia memilih membantu perekonomian keluarganya dengan cara bekerja di cafe.
Ibu nya hanya seorang buruh cuci baju dan menggosok, sedangkan ayah nya sudah meninggal dunia sejak ia berumur 10 tahun.
Oh iya berhubung kita belum berkenalan, mari kita kenalan.
Namanya 'Varel Fausta Pranajaya', ya memang panjang nama yang diberikan orang tuanya. Pranajaya diambil dari nama ayahnya sedangkan fausta dari nama ibu. Adil kan?
Varel mempunyai satu adik laki-laki yang saat ini berumur 8 tahun dan sedang menduduki bangku kelas 2 Sekolah Dasar.
Varel sendiri berumur 17 tahun dan kelas 12 SMK. Ia mengambil jurusan TKJ ( Teknologi Komputer dan Jaringan ) di sekolahnya.
Varel menyukai jurusan itu makanya ia mengambilnya, karena ia ingin bisa menguasai apa saja yang bisa diperoleh dari jurusan itu.
Kegiatan varel sehabis pulang sekolah hanya seputar bekerja, bekerja dan bekerja. Tak ada waktu luang untuknya bermain-main. Keluarga adalah prioritas utama bagi nya.
Pacar? ia pun lupa jika ada kata pacar di dunia ini. Ia hanya fokus pada keluarga nya dan sibuk mencari uang.
Jika untuk masalah pelajaran di sekolah, varel lumayan pintar dan sering menunjukkan bakatnya saat ada ajang kompetisi di sekolah.
Jika dalam kompetisi itu ia menang, uang nya akan ia kasih ke ibu.
Varel sangat menyayangi ibu dan adiknya.
Uang yang selama ini ia hasilkan pun untuk membayar sekolahnya dan kebutuhan sekolah adik serta untuk kebutuhan sehari-hari keluarganya.
Ibu nya sudah melarang varel untuk berhenti bekerja, agar ia fokus saja ke sekolahnya karena sebentar lagi akan lulus. Tapi varel itu keras kepala dan ia pun tetap bekerja.
Di sekolahan, varel jarang bergaul karena waktunya tidak ada. Sering kali ia mendapati banyak wanita yang mengutarakan isi hati nya ke varel, tapi varel menolaknya secara halus. Walaupun banyak dari wanita-wanita itu kecewa karena cinta nya ditolak.
Bagaimana varel tidak dikagumi oleh banyak wanita. Varel itu tipikal cowok cuek terhadap hal apapun kecuali keluarga nya. Bisa juga dia berubah jadi cerewet kalo ada kesempatan. Apalagi cerewet nya melibihi sang ibu saat marah.
Varel mempunyai kulit putih nan halus padahal ia tidak perawatan sama sekali ditambah ia pekerja keras. Tapi ia memiliki wajah yang bisa dibilang tampan dan bisa dibilang cantik.
Jika para lelaki ditanya lebih memilih Gisel yang notabene nya cewek tercantik di sekolah atau Varel yang hanya cowok sederhana dan dikaruniai wajah cantik bagai perempuan, maka para lelaki akan memilih varel.
Namun sayangnya varel menyangkal pernyataan mereka, ia menjawab kalau dia itu tampan. bukan cantik.
Tapi jika dimata para 'lelaki belok, maka varel itu cantik melebihi gisel. Banyak temen kelasnya yang belok karena varel, ya hanya varel.
•••
Varel sarapan di dampingi sang ibu dan juga Geral—adiknya.
Setelah selesai sarapan, varel akan berangkat bersama geral dan mengantarkan geral terlebih dahulu ke sekolahnya.
Bisa dibilang jarak sekolahan SD nya geral dengan varel tidak terlalu jauh, makanya varel akan mengantarkan nya terlebih dahulu.
•••
Varel dan geral selesai sarapan dan berpamitan ke ibu.
"Bu, varel sama geral berangkat dulu ke sekolah" sambil menyalimi tangan ibu nya itu.
ibu nya tersenyum dan membalas saliman itu "Iya, hati hati dijalan" lalu mengantarkan anaknya sampai ke depan rumahnya.
Setelah itu mereka berdua jalan menyusuri gang-gang yang ada di daerahnya untuk keluar ke jalan besar agar menemukan angkot menuju sekolah.
Berjalan menyusuri gang-gang itu butuh waktu 15 menit dan belum lagi untuk menunggu angkot yang datang, beruntung lagi jika ada yang nge-tem.
Varel ingin sekali membeli motor tapi ia urungkan karena kebutuhan keluarganya lebih banyak dibandingkan ia habiskan untuk membeli motor.
Mereka berdua pun menaiki angkot menuju sekolah.
•••
Sampai di sekolah adiknya, varel mengantarkan sampai depan gerbang sekolahan.
Setelah ia dipastikan sudah masuk ke dalam barulah varel berangkat jalan kaki ke sekolahnya, butuh sekitar 10 menit kesana.
•••
Varel sampai disekolahnya dan memasuki kelas dengan keadaan lesuh sekaligus mengantuk.
Ia pun duduk dibangku nya lalu menelungkupkan kepalanya ke meja dengan beralaskan tangan dan menutupi kepala nya dengan tas punggung yang ia pakai.
Berhubung guru belum masuk makanya ia mengambil kesempatan untuk tertidur walaupun beberapa menit.
Varel terlelap dengan sendiri nya dan mulai memasuki alam mimpi.
•••
Beberapa menit kemudian..
"Pukk!" kepala varel serasa dipukul menggunakan buku pelajaran dan varel pun kaget sampai ia tersentak dan bangun secara paksa.
Dilihatnya pak kumis sedang menyeringai sambil memegang buku pelajaran yang dikiranya tadi sempat untuk memukul kepala varel.
Pak kumis berbicara "Siapa yang nyuruh kamu tidur ha?!" tanya nya.
Varel yang gelagapan segera menjawab "Ah itu tadi saya ketiduran pak, padahal saya tadi tidur bohongan" katanya, pak kumis mana percaya.
"Jangan bohong kamu, kamu kalau mau tidur sana pulang gak usah sekolah dan ikut pelajaran saya" ucapnya dengan tegas dan sedikit membuat bulu kuduk varel merinding.
"A-anu pak saya tadi ketiduran karna saya gak tidur semalem, saya—" belum sempat menjelaskan, pak kumis udah nyerobot duluan.
"Kebiasaan! jangan mentang-mentang kamu pintar dan kamu seenaknya tidak mengikuti pelajaran saya!"
"Saya kerja pak buat keluarga" kata varel dengan nada memelas, semelas mungkin.
"Alesan itu mulu, gak ada yang lain apa?!" varel pasrah.
"Ya memang begitu pak!" varel yang agak emosi pun sedikit meninggikan suaranya.
"Oh kamu berani ngelawan saya?!"
"Gak."
"Awas saja kalau kejadian ini terulang lagi dipelajaran saya!" pak kumis pun berlalu dari hadapan varel dan membuat varel menghela nafas kasar.
Pelajaran dimulai seperti biasa dan berakhirlah sampai bel pulang sekolah.
Varel segera membereskan buku nya dan mulai melangkahkan kaki nya ke arah pintu kelas untuk segera keluar sekolah dan menjemput Geral.
Varel menunggu beberapa menit di depan gerbang sekolah geral sampai ia melihat adiknya sedang berlari ke arah nya dengan senyuman khas yang geral miliki.
Tentu saja varel ikut tersenyum, selagi ia bisa membahagiakan keduanya, maka ia akan bahagia juga. Melihat senyum geral membuat varel bangga karna sudah membantu ibunya merawat geral sejak mereka ditinggalkan oleh mendiang ayahnya dulu.
Geral menghampiri varel "Ayo kak pulang" varel tersenyum dan mengusak surai adiknya itu.
"Ayok" lalu berjalan beriringan sambil mengaitkan tangan mereka satu sama lain.
Mereka pun pulang dengan angkot yang sudah nge-tem di depan sekolahan.