Chereads / Sweet Lights / Chapter 11 - Sebelas

Chapter 11 - Sebelas

"Makasih udah dianterin!" begini-begini aku juga masih punya rasa terimakasih, jadinya aku harus tetap berterimakasih karena sudah diantar pulang.

Khai menyisir rambutnya kebelakang, ia juga ikut turun saat sudah sampai didepan gang masuk kearah rumahku. "Iya sama-sama, ayok aku anter sampe rumah!" katanya, tapi aku segera menggelengkan kepala tidak mau.

"Gak usah ih ngapain! udah ah aku bisa pulang sendiri kok. Lagian udah deket juga" kataku membalas

Khai mendekat dan mengusap kepalaku, "Udah gakpapa ayok, Aku udah lama gak main kerumah kamu"

"Kalo kamu mau main juga ini tuh udah malem! Gak usah aneh-aneh deh, lain kali aja" Ucapku sambil menepis tangannya yang bertengger halus dikepala ku.

Khai terkekeh dan menjawab, "Oh berarti kalo lain kali boleh dong?" ia mengedip-ngedipkan matanya bermaksud menggoda. itu menggelikan!

Aku bergidik ngeri, "Dih GAK!" aku berujar ketus membuat Khai tertawa dengan suara bass yang khas sekali milik nya. Khai jika sedang tersenyum seperti ini sangat tampan melebihi siapapun! Lah malah mikirin Khai.

"Yaudah ayok aku anter sampe depan rumah aja. Hanya memastikan biar kamu aman dan selamat!" ujarnya dan membuatku pasrah akan pilihan. Aku mengangguk dan berjalan terlebih dahulu dari Khai. Khai juga ikut mengekor dari belakang.

π♥π

Kami berdua sampai didepan rumah, tanpa basa-basi aku langsung masuk dan mengabaikan Khai yang tengah berdiri melihatku itu.

"Jangan lupa pikirin ucapan Aku yang tadi sama yang kemarin-kemarin!" Khai berteriak tidak terlalu kencang saat aku hendak meraih knop pintu rumah. Aku terhenti sebentar namun memilih abai dan menlanjutkan langkahku masuk kedalam.

Varel POV end.

π♣π

Saat ini sedang ada ulangan matematika mendadak. Varel yang tidak belajar pun kelimpungan setengah mati karena soal ulangan nya jauh berbeda dari apa yang sudah dipelajari dikelas.

Bangku nya terasa tergoncang, ternyata kaki panjang Rangga yang menggoncang kan bangku miliknya. Varel menoleh melihat Rangga yang sama panik dengannya.

"Liat nomor 1!" cicitnya namun terdengar tegas, Varel yang belum mengerjakan sama sekali pun menggeleng.

"Aku aja belum ngerjain sama sekali!" balas nya juga dengan nada pelan. Rangga mengangguk mengiyakan jika Varel belum.

Ulangan selesai dengan aman namun jawaban ulangannya yang tidak aman. Varel mengisi dengan segala apa saja rumus yang ia tau. Ingat, Apa saja! yang penting lembar ulangan nya ada jawaban!

Varel meregangkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri. Otaknya berdenyut nyeri merasakan beban pikiran yang sudah melampaui kapasitas nya.

Sabar-sabar, sedikit lagi lulus.

Guru yang berada dikelas sudah pergi dan sudah waktunya istirahat juga.

"Ayok kantin" Rangga berdiri disamping Varel sambil menatap Varel yang tengah meregangkan tubuh. Varel menoleh kesamping dan mendapati Rangga tengah memperhatikan nya.

"Ajak Yuda juga, sana panggilin!" seru Varel

Rangga menurut dan berteriak memanggil nama Yuda dengan sangat keras dan seisi ruangan bergema karena suaranya.

"YUDA, AYOK KE KANTIN!!"

Varel menendang pinggang Rangga, "Berisik! Aku malu tau gak?!"

Rangga menunduk melihat Varel dan mempoutkan bibirnya, "Maaf" cicitnya, bucin mah beda.

Yuda datang dengan membawa geplakan cantik ke kepala Rangga, "Ini namanya mempermalukan harga diri gua ye bangke! MALU ANJIIIIR" sungutnya sambil gregetan gitu.

"Ye maaf SU"

"Bacot! Hayuk ngantin, Rel. Gosah ajak si Beru" ketus Yuda sambil melirik Rangga, Rangga yang dilirik seperti itu melotot tidak percaya.

"Heh, gua kan yang ngajak Varel napa gua yang gak boleh diajak. Dih ngadi-ngadi banget"

Tanpa menghiraukan ucapan Rangga. Yuda sudah menggeret terlebih dahulu tubuh Varel agar mengikutinya dan tidak mengikuti Rangga.

π♥π

`KANTIN

Mereka bertiga memesan bakso dan es teh seperti biasa. Rangga tentu saja membayar semua makanan ini, karena dia adalah sumber uang Yuda dan Varel. Rangga tidak keberatan akan hal itu, uang nya juga masih sangat banyak.

"Enak banget yah makan gratis mulu" sindiran Rangga tentu saja membuat Varel tersindir. Padahal Rangga ingin menyindir Yuda bukan Varel. Malahan Rangga senang kalau Varel mau bergantung sama dia, kecuali Yuda.

Varel menghentikan makannya, Rangga yang menyadari itu langsung gelagapan, tujuan nya kan bukan menyindir Varel. "Bukan kamu kok, Rel! Aku lagi ngomongin temen kamu ini. Kan seharusnya kita ngedate yah, tapi malah dia ngikut mulu" Yuda melotot kearah Rangga.

"Heh, lu gak ikhlas traktir gua?!" ketus Yuda sambil menatap garang Rangga yang berada didepan nya.

"Ikhlas Ikhlas!"

Varel menatap keduanya temannya yang sedang bertengkar, "Kalian berisik ih! Rangga juga, nanti aku ganti uang kamu yang selama ini traktir Aku sama Yuda!" setelah itu Varel bangkit dari duduknya dan pergi ke kelas sendirian. Rangga yang melihat hal itu pun berlari mengikuti Varel dari belakang. Yuda? jangan tanyakan dia. Saat ini dia asyik memakan bakso yang ada di dua mangkok milik temannya. Makanannya juga sudah dibayar gini, mubazir kalau tidak dihabiskan.

Yuda tidak mau mengganggu rumah tangga orang, makanya lebih baik ia makan dengan tenang sampai perutnya kenyang.

Dilain sisi ada Rangga sedang membujuk Varel dengan mati-matian.

"Varell, jangan ngambek dong. Aku tuh tadi ngomongin gitu buat si Yuda, bukan buat kamu. Ya abisnya Aku tuh kesel, kita udah gak bisa makan berdua lagi semenjak ada Yuda" jelasnya dengan nada lirih, Varel masih sibuk memainkan ponselnya tanpa menghiraukan ucapan Rangga.

Rangga sedikit kesal, "Kalo kamu diemin Aku, Aku bakalan cium kamu disini!" tegasnya, Varel menoleh dan memberikan tatapan tajam kearah mata Rangga. Rangga kembali menciut, tidak bisa dibayangkan jika Varel marah, habis sudah dunia ini.

"Kalo kamu berani kaya gitu, Aku gak mau temenan sama kamu lagi!"

Rangga gelagapan, "Eh enggak-enggak, tadi cuma bercanda kok serius sumpah!"

"Yaudah makanya maafin aku yah, My Baby♡" ucap Rangga sambil mengelus tangan kanan Varel.

"Manggil apa kamu tadi?!"

π♪π

Rangga mengantarkan Varel pulang. Setelah kejadian tadi, Varel tidak mau bicara dengannya. Kalian kan tau sendiri, kalau Varel itu "Straight" katanya sih gitu, tapi kalau kata orang kan belum tentu.

Geral berada dipangkuan Varel. Ternyata saat menjemput tadi, wajah Geral sudah pucat seperti orang sakit. Benar saja saat dibawa kerumah sakit sehabis pulang sekolah, ia terkena demam. Pergi kerumah sakit adalah usulan Rangga, dia yang membiayai pengobatan dan penebusan obat. Awalnya Varel menolak, namun ucapan Rangga tidak bisa dibantah.

Varel yang sedang memangku Geral pun ikut tertidur, ia sangat lelah.

Rangga melirik kesamping dan melihat wajah cantik milik Varel. Sangat indah.

Mobil berhenti ketika sudah berada didepan gang. Rangga yang melihat Varel masih tertidur sambil memangku Geral pun tidak tega untuk membangunkan nya. Akhirnya ia memutuskan untuk meminta bantuan dari Bapak-Bapak yang lewat untuk menggendong Geral dan Varel digendong ala koala oleh Rangga. Pasangan yang serasi bukan?

Saat digendong pun, Varel tidak terusik sama sekali, tidurnya terlalu lelap. Sama halnya dengan Geral yang sangat anteng digendong Bapak berkumis itu.

Mereka berempat sampai. Saat ingin masuk kedalam rumah, pintu rumah terbuka duluan dan menampakkan sesosok laki-laki dewasa keluar dari sana. Rangga dan laki-laki itu sama terkejut nya.

"Kamu siapa?" tanya sosok laki-laki itu dengan tatapan tidak suka kepada Rangga yang sedang menggendong Varel.

Rangga yang mengetahui tatapan seperti apa itupun dengan bangga menjawab, "Pacarnya Varel, Anda siapa?" tanyanya balik, bisa dilihat bahwa laki-laki diambang pintu itu tengah mendengus kesal. Apalagi Bapak berkumis ini juga sedikit syok karena jawaban Rangga. "Awas om, saya mau masuk kedalam. Pacar saya mau saya tidurkan dulu dikamar" ucapnya sopan namun terkesan mengejek.

"Sini biar saya saja!" laki-laki itu hendak meraih tubuh Varel dalam gendongan Rangga.

"Apasih! saya yang sudah bawa dia kesini. Jadi saya juga yang harus bawa dia kedalam, permisi!"

Rangga segera menepis tubuh besar milik laki-laki itu dan masuk kedalam, tepatnya kearah kamar Varel. Bapak itupun sama juga meletakkan Geral disamping Varel tertidur.

Rangga dan Bapak itu keluar dari kamar dan menuju ruang tamu. Bapak yang membantu tadi langsung izin pamit pulang, jadilah dia diruang tamu hanya berdua dengan laki-laki itu.

"Ngapain kamu masih disitu?" tanya laki-laki itu, Rangga mendelik tidak suka.

"Memangnya kenapa? saya pacarnya, saya berhak disini dong!" balasnya ketus, dengusan kasar diberikan lagi oleh laki-laki itu dan membuat Rangga tersenyum penuh kemenangan.

"Saya calon suaminya! kamu gak berhak ada disini!"

"HHAHAHAHA" Rangga malah tertawa meremehkan ucapan laki-laki itu.

"Gak lucu bocah!"

"Om itu halu atau gimana? Mana mau Varel sama modelan yang begini" sindiran Rangga membuat laki-laki itu marah namun tertahan.

Rangga fokus memainkan ponselnya dengan kaki yang diangkat satu keatas bangku.

"Saya Khai. Saya calon suami Varel. Saya jauh lebih tau gimananya Varel dibandingkan kamu! mending kamu pulang saja, masih bocah sok ngerti pacar-pacaran"

"Bocah-bocah begini bisa buat bocah baru Om, dari hasil ternak kecebong." Rangga pemikiran nya.

"Udah deh Om, jangan halu. mending om yang pulang sana"

"Banyak omong kamu ya!" Saat hendak melayangkan pukulan kearah Rangga, tiba-tiba saja suara seseorang memberhentikan kegiatan Khai yang ingin memukul Rangga.

"Kenapa sih, Ribut-ribut?!"