Siang ini dihabiskan Grace untuk berselancar di dunia maya. Sambil menyesap teh kesukaannya dengan biskuit yang baru saja dikirimkan Gob dia tampak menikmati siang harinya yang indah. Bahkan di internet dia telah memiliki akun baru, dia mencoba untuk mengingat alamat email milik adiknya. Dan sialnya, emailnya yang lama benar-benar sudah tak berfungsi dengan baik. Atau bahkan yang lebih dari itu adalah, dia telah lupa dengan passwordnya. Ya, suatu kebiasaan dari Grace mudah lupa dan tak bisa mengingat apa pun dengan cukup baik. Apa pun yang dia miliki Korvin yang paling mengetahui segala sesuatu di dalam dirinya.
"Sial!" keluh Grace. Dia kini hanya bisa bertopang dagu, memainkan musik dan vidio yang ada. Lagi, Grace mendengus. Dia rindu dengan Korvin tapi apa yang dia bisa untuk melepas rindunya itu? Sama sekali tidak bisa, sampai membuat Grace tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Padahal dia sudah dengan sangat susah payah mengambil hati Nicholas, tidur dengan Nicholas hanya untuk mendapat kepercayaan dari Nicholas. Tapi dia malah menyia-nyiakan kesempatan seperti ini. Sebuah hal yang sangat menyebalkan sekali dan Grace membenci dirinya sendiri.
"Jadi, apakah tujuanmu meminta laptop adalah untuk memutar musik dan vidio? Jika iya, bukankah televisi pun bisa melakukannya?" Grace menoleh, dia melihat Nicholas datang menemuinya. Memberi kecupan pada bibirnya yang basah karena baru saja minum teh, kemudian dia merengkuh tubuh Grace. Entah kenapa mendapatkan perlakuan hangat seperti ini, Grace merasa begitu hangat, seolah dia tengah direngkuh ayahnya dengan begitu hangat. Grace pun kini agaknya paham, mungkin ini adalah salah satu hal yang dilakukan oleh pasangan kekasih, dan merupakan salah satu alasan bagaimana wanita merasa nyaman dengan kekasihnya.
"Tentu saja tidak, aku tak ingin melakukan itu. Tapi apa boleh buat," jawab Grace kemudian. Mimik wajahnya masih tampak kesal bukan main karena hal itu.
"Lantas, apa yang ingin kau lakukan dengan laptop pemberianku itu, Grace?"
Sebuah pertanyaan yang berhasil membuat Grace terdiam. Dia benar-benar tidak tahu harus menjawabnya seperti apa. Apakah dia harus jujur sekarang jika dia sangat merindukan adiknya? Namun, jika dia jujur apakah Nicholas akan menerima kejujurannya? Dia tahu siapa Nicholas, sosok kasar dan pemarah, mudah naik darah dan lain sebagainya. Namun demikian, Grace juga ingin mulai mempelajari sifat Nicholas, Grace ingin sedikit demi sedikit jujur kepada Nicholas tentang apa yang dia mau.
"Kau tahu, aku memiliki seorang adik laki-laki yang masih tinggal bersamaku," kata Grace pada akhirnya. Nicholas kini pun duduk di samping Grace, bertopang dagu memandang Grace kemudian dia mengangguk.
"Korvin Hester, dia sekarang masih berkuliah di salah satu kampus di kotamu, sekarang ini dia bekerja di toko roti, dan kalian tinggal berdua saling melengkapi, benar?" tanya Nicholas. Grace agaknya salut dengan Nicholas yang mengetahui Korvin dengan baik. Untuk kemudian dia menganggukkan kepalanya.
"Kau tahu dia adalah satu-satunya keluargaku yang aku punya. Aku tak memiliki siapa-siapa lagi. Orangtua kami meninggal dengan cara yang mengenaskan. Mereka dibunuh di depan mataku, sampai aku harus menerima perawatan dan tak terbiasa dengan lingkungan luar. Aku benar-benar takut dengan orang asing," Grace memandang Nicholas dengan mata nanarnya. Hati Nicholas terasa sakit dengan tatapan itu, tapi dia mencoba untuk tenang. "Sejak saat itu, Korvy sudah seperti Kakak untukku, dia lah yang menjadi pelindungku dan melakukan banyak hal untukku. Kami saling bergantung satu sama lain, kami tidak pernah berpisah seperti saat ini. Dan masalah makanan juga dia yang mengurus. Aku... aku--"
"Kau merindukannya?" tebak Nicholas yang berhasil membuat Grace tergugu luar biasa.
"Ya," jawaban itu langsung keluar dari mulutnya dengan mulus. Dengan suara tercekat suaranya nyaris tak bisa mengeluarkan apa pun dari dalam mulutnya.
Nicholas tampak tersenyum samar, kemudian dia memandang Grace dengan tatapan sendunya. Tak terpikirkan olehnya sama sekali bisa sampai di titik ini. Bersama dengan gadis kecil yang telah dia buat menangis dulu, bersama dengan gadis kecil yang keluarganya telah dia bantai dulu, seolah membuatnya menjadi sesadis apa yang dia rasakan dulu. Ya, Nicholas benar-benar merasa bersalah untuk itu. Apalagi ibunya telah dia perkosa dengan cara brutal. Rahang Nicholas mengeras mengingat itu semua, kemudian dia terkesiap memandang Grace dengan mimik wajah lebih santainya itu.
"Akhir pekan ini aku akan menuju kotamu. Ikutlah jika kau ingin bertemu dengan Korvy. Aku yakin kalau dia akan sangat senang melihat kedatanganmu," kata Nicholas kemudian.
Dia langsung beranjak dari duduknya, hendak berjalan pergi. Membuat Grace agaknya sangat kaget dengan ucapan dari Nicholas tersebut. Karena dia sangat senang, Grace langsung berlari menuju Nicholas. Dia langsung naik ke tubuh Nicholas dan melumat bibir Nicholas dengan panas.
Mendapatkan ciuman panas seperti itu, Nicholas agaknya kaget bukan main. Namun dia sangat menyukai sisi Grace yang liar, meski masih amatiran. Nicholas langsung menghimpit tubuh Grace di tembok, dia membalas lumayan dari Grace. Menggigit bibir grace kemudian menahan lidah Grace untuk tetap dalam kulumannya. Tak berapa lama setelah keduanya saling mencumbu. Grace dan Nicholas pun saling pandang satu sama yang lainnya. Seolah keduanya menginginkan hal yang lebih dari itu namun tak terungkap dari bibir masing-masing.
"Terimakasih, Nick. Kau mau mengajakku untuk mengunjungi adikku,"
"Tapi aku tak butuh ucapan terimakasihmu, Grace. Karena itu tidak aku inginkan," kata Nicholas. Wajah keduanya seolah memiliki magnet satu sama lain. Kepala mereka masih bertemu dengan tatapan keduanya tertuju pas bibir satu sama yang lainnya.
"Lalu, apa yang kau inginkan dariku, Nick?" tanya Grace. Dia bahkan sudah basah sekarang tanpa dirangsang oleh Nicholas. Ya, Grace sangat menginginkan Nicholas sekarang. Namun berbeda dengan Grace, Nicholas masih menunggu mulut Gracelah yang mengatakannya. Ya, dia masih menunggu untuk itu.
Untuk kemudian, Nicholas menelan ludahnya dengan susah, kemudian dia menurunkan Grace. Menepuk puncak kepala Grace dengan senyuman samarnya. Membuat Grace kecewa dengan apa yang dilakukan oleh Nicholas kepadanya. Grace mulai berpikir jika dia sudah tak menarik lagi di mata Nicholas, dan Grace cukup frustasi untuk itu.
"Istirahatlah, aku pergi dulu," kata Nicholas pada akhirnya. Grace hanya mengangguk sambil memeluk dirinya sendiri, kemudian dia membiarkan Nicholas untuk keluar dari ruangannya.
Sementara itu, Nicholas tampak mengumpat, dia langsung kembali masuk ke salah satu ruangan rahasianya. Berdiri tepat di depan seorang wanita yang dia paksa untuk berlutut di depannya, lalu dia membuka dan menurunkan celananya. Wanita itu dipaksa untuk membuka mulutnya lebar-lebar. Lalu Nicholas memasukkan miliknya pada mulut wanita tersebut.
"Puaskan aku, jalang!" perintah Nicholas. Wanita itu menuruti ucapan Nicholas, mulut dan lidahnya membuai milik Nicholas. Nicholas tampak mengerang sambil menutup mata, membayangkan betapa dia sekarang telah bercinta dengan Grace. Hingga akhirnya, Nicholas pun keluar, membuat wanita itu tersenyum dan menelan sperma milik Nicholas dengan begitu rakus.
"Kau terlalu nikmat, Nick," lirih wanita tersebut. Dan Nicholas hanya tersenyum kecut, dia menarik kembali celananya kemudian pergi meninggalkan wanita itu.