Chereads / The Lord Of The Darkness / Chapter 32 - Kediaman Keluarga Hester {1}

Chapter 32 - Kediaman Keluarga Hester {1}

Nicholas tampak sedang mengemudikan mobilnya, untuk kemudian dia tampak terdiam. Bagaimana tidak, distrik yang dia lalui cukup tidak dia kenali, padahal dia sudah menggunakan map untuk bisa berada di lokasi. Ini adalah kali pertama dia mengemudikan mobilnya dengan jarak cukup jauh, karena biasanya dia selalu mengandalkan supir. Nicholas kembali memandang ponselnya, untuk memastikan jalur yang dia lewati adalah benar. Dia melirik pada kursi sampingnya, kemudian menghela napas panjang. Bagaimana tidak, Grace malah sedang tertidur dengan sangat pulas sekali.

Nicholas tampak bertopang dagu, dia memandang Grace dengan mimik wajah bahagianya. Bagaimana tidak, Nicholas sangat menikmati momen ini, di saat dia melihat sosok yang dia cinta ada di depannya tertidur sangat pulas, seperti malaikat kecil yang polos dan tak berdosa. Andai saja Grace tahu betapa dia begitu ingin melakukan hal-hal manis bersama dengan Grace, tapi dia memiliki ketahanan diri yang cukup. Dia sudah terlalu jera melihat Grace begitu ketakutan dan membencinya, itulah sebabnya dia tidak mau kalau sampai Grace melakukan hal yang sama lagi. Nicholas ingin, dia melakukannya atas dasar suka sama suka dengan Grace, agar Grace bisa menikmati setiap hujaman cinta yang dia berikan. Karena di mata Nicholas, Grace bukanlah wanita-wanita sebagai pelampiasannya seperti yang lain. Yang mana bisa Nicholas perlakukan bahkan lebih buruk dari pada binatang sekalipun.

"Apakah kita sudah sampai?" tanya Grace, yang tampak sudah membuka matanya.

Nicholas langsung menjauhkan tubuhnya dari Grace kemudian dia diam. Jujur dia benar-benar merasa sangat kaget dan grogi sekarang. Bagaimana tidak, Grace tiba-tiba bangun dan membuatnya benar-benar kaget setengah mati.

"Aku tidak tahu di mana rumahmu, jalanannya masuk gang, aku pikir kita telah tersesat sekarang," jawab Nicholas.

Grace mengerutkan keningnya mendengar itu, kemudian dia tampak mengedarkan pandangannya. Melihat sekeliling dia pun tersenyum. Bangkit dari posisinya tiduran dan mengambil beberapa barangnya.

"Kita sudah sampai, Nick. Ayolah, kita harus turun sekarang," jawab Grace.

Lagi, Nicholas mengerutkan keningnya. Memandang sekitar, dia sama sekali merasa telah kehilangan hal yang seperti ini, sebuah hal di luar kendalinya sama sekali. Ya, dia memang menyuruh orang-orangnya sedari dulu bahkan sampai detik ini untuk mengintai rumah Grace, mendapat beberapa foto bagian rumah Grace, tapi Nicholas tak menyangka jika tempatnya akan seasing ini.

"Baiklah," jawab Nicholas, bergegas keluar untuk mengambil koper yang dibawa Grace kemudian membukakan pintu untuk Grace. Mendapat perlakuan manis itu, Grace agaknya tersanjung. Dia tersenyum manis pada Nicholas.

"Kau tahu, rumahku tak sebesar rumahmu yang seperti kastil itu. Bahkan rumahku tidak ada satu per seratus dari rumahmu yang besar itu,"

Nicholas tampak tersenyum mendengar hal itu, sebuah penuturan polos dari Grace yang menurutnya sangat lucu. Bahkan Nicholas tahu, ini adalah ulahnya. Andai saja dulu dia tak melakukan kesalahan pastilah Grace akan memiliki kehidupan yang layak bersama dengan adiknya. Bagaimana tidak, Ayah mereka adalah seorang direktur dari sebuah perbankan ternama, gajinya pun tak sedikit. Tapi harus berakhir dan bahkan kehilangan semua tabungannya karena depresi mental yang diterima oleh Grace juga adiknya selama ini. Nicholas tampak tersenyum kecut, kemudian dia menggamit pinggang Grace, sebuah hal yang membuat Grace kaget. Sentuhan pertama Nicholas yang Grace anggap sangat ... hangat.

"Mungkin setelah ini adikmu akan banyak bertanya kepadamu. Tentang siapa aku, bagaimana kita bertemu, dan memiliki hubungan apa kita. Tapi, aku sudah menyiapkan semuanya dengan sangat sempurna. Kau tak perlu cemas, aku bisa menjawabnya dengan lancar."

"Oh ya? Memangnya apa yang akan kau jawab atas pertanyaan Korvy kepadaku, Nick?" tanya Grace yang sangat penasaran.

"Aku akan menjawab kalau kita adalah sepasang kekasih, itu akan jauh lebih mudah dari pada yang kita bayangkan. Dan yang terpenting dari itu adalah, adikmu tidak akan banyak protes. Dia akan langsung menyetujuinya," Nicholas tampak tersenyum, membuat Grace kembali tertegun. Hari ini entah kenapa, Nicholas seolah keluar dari sisi gelap dan kelamnya. Nicholas seolah menjadi sosok yang baru, sosok yang hangat dan menyenangkan. Atau malah, Nicholas sedang berusaha untuk memperbaiki kesalahannya? Tapi, untuk hal yang ketiga itu Nicholas agaknya bingung. Kesalahan apa? Grace tak merasa jika Nicholas telah melakukan kesalahan apa pun kepadanya.

"Kau jangan konyol, lebih dari pada Korvy akan setuju. Dia malah akan semakin tak percaya jika Kakak perempuannya yang jelek ini bisa memiliki kekasih sepertimu. Kau tahu, bahkan dulu saat aku remaja ketika aku sangat mengidolakan tetangga samping rumah, dia terus mengatakan kepadaku jika aku tidak boleh untuk bermimpi di siang bolong, karena dia bilang aku seperti katak yang merindukan rembulan. Padahal aku rasa tetanggaku itu masih bisa kugapai, dia adalah salah seorang tenaga didik dari salah satu perguruan tinggi yang ada di sini,"

Mendengar hal itu, Nicholas kembali tersenyum hal itu malah membuat Grace semakin takut dibuatnya. Bagaimana tidak, Grace malah merasa jika mungkin Nicholas adalah sosok yang sangat aneh sekarang, atau bahkan laki-laki itu sekarang sedang mengalami gangguan jiwa atau malah kerasukan.

"Kau dalam keadaan sehat dan sadar kan?" selidik Dinda pada akhirnya, menempelkan keningnya kepada kening Nicholas, dan hal itu berhasil membuat wajah Nicholas bersemu merah.

"Aku sadar dan aku dalam keadaan baik-baik saja,"

"Sikapmu beberapa hari terkahir sangat aneh, sungguh," kata Grace.

Nicholas kembali diam, apakah dia memang seaneh itu? Padahal dia hanya berusaha untuk memberi kehangatan kepada Grace. Dia telah menghancurkan Grace berkali-kali, dan dia ingin menebus itu semua. Tapi kenapa sekarang Grace malah mencurigainya dengan mengatakan yang tidak-tidak. Nicholas tampak berdehem, dia langsung melangkah terlebih dahulu, membuat Grace kembali menarik tangannya.

"Kau berjalan seolah telah mengenali rumahku jauh lebih baik dari aku," protes Grace. Nicholas tampak diam, dia tidak mungkin mengatakan jika dia mengetahui bentuk luar rumah Grace karena selama ini dia telah memata-matai dan mengintai Grace. Jadi yang bisa dia lakukan hanyalah diam, dari pada dia banyak bicara dan akan membuat Grace kembali protes karena sikap sok ramah dan riang-gembiranya.

"Jadi di mana rumahmu? Aku sudah lelah, mau istirahat," jawab Nicholas pada akhirnya, padahal dia tahu jika rumah Grace ada di blok kedua dari beberapa rumah yang dia lihat sekarang. Grace menggelengkan kepalanya seolah dia sedang menasihati anak kecil, lalu dia pun menarik tangan Nicholas dan dituntun masuk dalam blok dan mendekati rumahnya.

"Ini adalah rumahku, Nick. Dan selamat datang di rumahku," kata Grace sambil tersenyum simpul.

Nicholas hanya bisa diam, dia bahkan tak bisa berkata apa-apa lagi sekarang. Mulutnya kelu untuk sekadar menjawab ucapan dari Grace, kemudian dia tampak tersenyum kaku.