Chereads / The Lord Of The Darkness / Chapter 35 - ~Malam Penembakan Di Keluarga Hester~

Chapter 35 - ~Malam Penembakan Di Keluarga Hester~

Nicholas tampak sibuk dengan makanannya, pun dengan Korvin dan juga Grace. Namun kegiatannya terhenti saat telinganya menangkap sesuatu. Suara deru langkah yang cukup cepat dan tak sabaran, seolah sangat dekat, begitu dekat yang berhasil membuat Nicholas merasa aneh bukan main.

"Apakah tetangga kalian sering melakukan perjalanan yang menyebalkan di tengah malam?" tanya Nicholas kepada Korvin. Korvin yang tak paham dengan apa yang diucapkan oleh Nicholas pun tampak mengerutkan kening, untuk kemudian Korvin menghela napas panjang.

"Ayolah, Nick. Apa yang sedang kau ucapkan sekarang ini. tentang hal-hal aneh atau suara langkah, distrik ini terbilang sepi, banyak sekali beberapa orang yang berlalu-lalang bahkan sampai tengah malam untuk sekadar mengunjungi sebuah mini market yang ada di ujung jalan. Bahkan tak jarang ada beberapa Paman yang sedang berjudi di pohon yang ada di ujung jalan. Suasana pasti cukup ramai, itu sebabnya jika kita berada di sini akan terasa sangat bising, dan itu adalah hal yang sangat wajar.

"Tapi—"

Dor!!

Dor!

Dor!!

Nicholas dengan cepat menarik tangan Grace untuk segera melindungi diri, kemudian dia langsung merobohkan meja makan yang penuh dengan makanan tadi untuk berlindung, dengan cepat dia mengajak Grace dan Korvin untuk mencari perlindungan dengan aman. Sambil mengerutkan keningnya, Nicholas mencoba berpikir siapa gerangan yang mencoba menyerangnya kali ini?

Nicholas sama sekali tak mungkin mengeluarkan pistolnya, pasti hal tersebut akan membuat Korvin juga Grace akan semakin panik dan takut dengannya. Nicholas mencoba mencari cara, bagaimana dia bisa pergi sebentar untuk melihat apa yang terjadi di sana. Untuk kemudian, dia memandang Grace yang sudah tampak bersembunyi sambil menutupi telinganya. Nicholas tertegun, tatapan Grace kosong, tubuhnya tampak dingin, dan bergetar sangat hebat.

"Korvy, kenapa dengan Grace?" tanya Nicholas, saat melihat Korvin terus mendekap kakaknya dengan begitu posesif.

"Grace, Grace sepertinya kembali teringat tentang traumanya, Nick. Dia kembali ingat tentang traumannya saat Ayah dan Ibu terbunuh dulu!"

Deg!

Jantung Nicholas terasa berhenti berdetak, dia sama sekali tidak tahu apa yang akan terjadi sekarang. bagaimana bisa ini terjadi? bagaimana mungkin ini terjadi di saat semuanya menjadi lebih baik sekarang. jadi, dirinyalah yang telah membuat Grace menjadi seperti ini? Rahang Nicholas mengeras, tangannya mengepal kuat.

Sialan!

Batin Nicholas terus mengumpat menyalahkan dirinya, seharusnya dia tidak seperti ini. seharusnya dia harus lebih baik lagi, bagaimana dengan dirinya sekarang? bagaimana dengan hidupnya sekarang? Nicholas sama sekali tak mengerti lagi apa yang harus dia lakukan untuk membuat semuanya menjadi lebih baik. Untuk kemudian, Nicholas menghela napas panjang, menepuk bahu Korvin dia pun menatap Korvin dengan mantab.

"Korvy, di sini cukup aman. Kalian jangan pernah berdiri dan jangan pergi ke mana pun. aku akan memeriksa apakah ada sesuatu di luar. Apakah kamu bisa melakukannya untukku untuk tetap di sini saja tanpa pergi ke mana pun?" tanya Nicholas. Korvin pun mengangguk, mimik wajah paniknya bahkan sudah tidak tertutupi lagi.

Nicholas menganggukkan kepalanya, kemudian dia mencari celah untuk berusaha sekuat tenaga bisa keluar dari sana.

"Kau harus hati-hati, Nich!" teriak Korvin. Hati Nicholas menghangat, untuk pertama kali ada orang yang mengkhawatirkannya, dan berdoa untuk keselamatannya. Selama ini jangankan mengkhawatirkannya, bahkan orang lain cenderung begitu ingin mendengar kabar kematiannya.

Nicholas langsung melangkah pergi, keluar dari jendela kemudian berlari turun mengitari distrik untuk melihat apa yang terjadi di sisi lain. ketika dia sudah sampai di titik di mana ada dua penembak memakai pakaian serba hitam, Nicholas pun menyeringai. Tiba-tiba dia begituj merasa haus akan darah, dan mencoba sekuat tenaga untuk mengendalikan dirinya. Ya, darah dari keluarga Bowman, dari semua kesakitan yang telah dia terima seklama ini. darah dan nyawa dari orangtuanya yang telah direnggut dengan sangat nyata.

"Apakah kalian mencariku?" tanya Nicholas. Kedua penempak itu pun langsung menoleh, mereka agaknya terkejut melihat Nicholas sudah ada di belakang mereka.

Kapan?

Itulah yang ada di benak keduanya untuk kemudian keduanya tampak tersenyum semangat, keduanya telah mendapatkan tawaran upah dengan jumlah besar untuk membunuh laki-laki bernama Nicholas Kyle. Jadi dengan Nicholas datang sendiri dan tak membawa apa pun adalah hal yang sangat sempurna untuk mereka bisa membunuh laki-laki yang ada di depan mereka tersebut.

"Sepertinya kau begitu menyukai kematian, Tuan Kyle. Apakah kau datang untuk menggali kuburanmu sendiri?" ucap salah satu penembak yang ada di sana. Keduanya langsung mengarahkan senapan laras panjangnya kepada Nicholas, tapi dengan cepat Nicholas langsung menghindar. Bahkan seperti tak kasat mata, tiba-tiba Nicholas sudah ada tepat di antara keduanya dengan sempurna, dan ….

Dor!!

Dor!!!

Dor!!!

Keduanya langsung terkapar tak berdaya, darah merembes keluar dengan sangat sempurna. Nicholas tampak berjongkok kemudian dia mengusap darah yang terciprat pada wajahnya, menghapus darah itu dengan jempol tangannya kemudian menjilatnya, Nicholas pun kembali tersenyum, dia tampak menyeringai dengan hal itu.

"Harum, aku menyukai darah dari kematian tangan-tangan kananmu, Laknat!"

Nicholas pun membiarkan dua mayat itu tergeletak begitu saja, kemudian dia menelepon polisi, masih dengan seringainya, dia melirik pada dua mayat yang terkapar tak bernyawa tersebut.

"Ya, ada apa?"

"Ada penembakan brutal yang terjadi di distrik San Vagos, sepertinya telah ada teroris."

Nicholas langsung menutup teleponnya, kemudian dia berjalan kembali ke rumah Grace. Mengetuk pintu itu membuat Korvin membukanya dengan terburu setelah tahu kalau yang datang adalah Nicholas. Mata Korvin tercengang sesaat melihat wajah Nicholas terciprat darah, mata Nicholas pun tampak menggelap benar-benar berbeda dari mata Nicholas sebelumnya yang tampak hangat dan penuh bersahabat. Korvin memutuskan untuk tidak menanyakan apa pun, dia langsung mundur dan mempersilakan Nicholas untuk masuk.

"Grace, di mana dia?" tanya Nicholas kemudian. Korvin tampak menelan ludahnya dengan susah. Bagaimana tidak, diberi pertanyaan seperti itu siapa yang akan berani? Korvin benar-benar sangat takut dengan aura membunuh Nicholas.

"Dia masih berada di dalam kamar, Nick. Masih mengurung diri di kamar. Bagusnya adalah, dia sepertinya tidak sekacau dulu. Dia lebih tenang meski belum mau berbicara,"

Nicholas tampak menghela napasnya panjang, kemudian dia memejamkan matanya dengan sempurna. Perlahan tatapannya kembali menghangat seperti tadi, lalu Nicholas pun tersenyum. Alangkah lega Korvin melihat mata Nicholas yang tampak menghangat itu.

"Maaf, aku telah merusak makanan kita. aku akan memesannya lagi," kata Nicholas, yang seolah tidak pernah terjadi apa pun sama sekali. tampak tenang dan begitu santai, begitu kontras dengan apa yang dirasakan oleh Korvin saat ini.

"Tidak perlu, Nick. Kita sudah kenyang," Korvin pun menolak, kemudian dia memandang Nicholas lagi. "Sebenarnya, darah yang ada di wajahmu itu darah siapa, Nick?"