Nicholas tampak diam, ketika mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut Korvin, untuk kemudian dia mengusap kasar wajahnya, membuat telapak tangannya berlumuran darah dengan sempurna. Nicholas pun langsung tersenyum, dia berjalan ke wasteful kemudian mencuci tangan juga wajahnya sampai bersih, sesudahnya dia memandang Korvin yang sudah memandangnya dengan mimik wajah ketakutannya itu.
"Tadi, aku mencoba melihat apa yang terjadi. Ketika tepat aku berada di sana. Aku ditangkap oleh salah satu dari penembak itu. Kau tahu, rupanya mereka adalah sekelompok teroris yang sedang aju senjata, dan sialnya yang menjadi tameng adalah kediamanmu juga rumah di sebelah. Untung saja kita selamat, meski nyawaku tadi nyaris melayang dengan cara sia-sia, tapi salah satu teroris lainnya menempak tepat di kepala teroris lainnya dan ya, darahnya mengenaiku seperti ini. Jika kau ingin melihat, mungkin mayat dua teroris yang mati itu masih di ujung jalan, sementara teroris lainnya sudah pergi menghilang.
Korvin langsung berjalan tergopoh kemudian dia memeluk Nicholas, Korvin pun menangis tersedu mendengar penjelasan dari Nicholas tersebut.
"Ya Tuhan, Nick. Kau tidak apa-apa? Aku sangat khawatir kalau terjadi sesuatu kepadamu. Aku tidak mau kau kenapa-napa, dan berada di situasi seperti itu pastilah sangat berat untukmu. Aku tidak akan pernah menginginkan kamu dalam bahaya, Nick, sungguh. Terlebih kalau kau membahayakan dirimu untukku juga Grace. Kami tidak ingin kamu mengorbankan nyawamu dengan percuma dan sia-sia,"
Hati Nicholas kembali menghangat, setelah tadi Korvin masih berusaha untuk mendoakan atas keselamatannya, sekarang Korvin tampak begitu mengkhawatirkannya. Nicholas tersenyum, lalu dia memandang Korvin yang sudah memandangnya dengan tataoan sendu itu, mengusap wajahnya yang sudah berderaian dengan air mata itu dengan sempurna. Korvin memang pemuda yang baik, Nicholas akui itu. Mungkin didikan orangtuanyalah yang membuat dia seperti itu, tidak heran Grace pun sama, keduanya adalah orang-orang baik yang tak sengaja telah direnggut kebahagiaannya. Oleh siapa lagi, kalau bukan oleh Nicholas. Sebuah kesalahan terbesar dalam hidup Nicholas yang entah dengan cara apa bisa membalas apa yang telah dia lakukan dulu.
"Terimakasih atas perhatianmu, aku akan memastikan jika aku tidak akan pernah terluka. Percayalah," ucap Nicholas pada akhirnya, Korvin kembali menggelengkan kepalanya.
"Tidak, tidak … aku tetap tidak setuju. Apa kau tahu, orangtuaku dulu juga telah dihabisi dengan cara brutal dan kejam. Ibuku diperkosa lalu ditembak dengan cara mengerikan, sementara ayahku ditembak di berbagai sudut tubuhnya. Setelah kejadian itu, aku dan Grace tidak ingin lagi melihat orang-orang yang kami sayangi berada dalam bahaya. Aku mohon dengan kamu, Nick. Aku tahu kau adalah orang kaya dan berkuas, tapi aku juga mohon agar kau bisa menjaga dirimu sendiri. Kau adalah orang baik, dan aku tidak mau kau sampai terluka dan membahayakan dirimu lagi. Sebab jika kau berada di dalam bahaya, bagaimana nanti dengan Grace?"
"Maksudmu?"
"Grace tampak sangat tertarik kepadamu, Grace juga bekerja bersama denganmu. Kau memperlakukan Grace yang seorang pekerja dengan sangat baik dan memberiku banyak uang. Jadi bagaimana bisa kau harus merelakan nyawamu juga untuk Grace. Aku tak mau kalau sampai Grace harus kehilangan orang yang dia sayang, aku sangat berharap kau bisa hidup dengan tenang dan bahagia, bersama dengan Grace. Ya, tentunya jika kau sudi mencintai kakakku yang banyak kurangnya itu,"
Nicholas kembali tersenyum, bahkan dia sama sekali tak menyangka jika Korvin akan mengatakan hal itu. sebuah hal yang bahkan Nicholas sendiri tak bisa menebak sama sekali tentang isi hati Grace. Wanita itu sangat sulit ditakhlukkan oleh Nicholas, selalu berada di dalam genggamannya tapi ketika dia ingin menggenggam dengan erat, dengan cepat juga wanita itu pergi dengan sangat nyata.
"Sudahlah, sekarang kau temui Grace. Aku ingin merokok dulu di luar, sambil melihat situasi yang ada. Aku juga tidak ingin membuat kalian dalam keadaan bahaya, terutama Grace. Aku tidak ingin melihat air matanya lagi yang keluar dari mata indahnya,"
Korvin pun mengangguk, kemudian dia masuk ke dalam kamar Grace. Sementara itu Nicholas berjalan keluar, melihat beberapa polisi sudah datang dengan mobil ambulance. Nicholas menelepon seseorang, sambil membiarkan asap rokoknya mengepul dan terkena angin, hingga saat panggilan itu pun terhubung dengan sangat nyata.
"Ya, Nick. Ada apa? Apakah kau tidak betah tinggal di kediaman keluarga Hester?"
"Lekas periksa tentang mayat yang ditemukan di distrik tempat tinggal keluarga Hester, aku ingin tahu siapa pelaku penembakan brutal itu."
"Maksudmu, ada yang menyerangmu?" tanya Marvin di seberang sana.
"Ya, dan nyaris sana Grace dan adiknya menjadi korban. Setelah ini kau harus mengirim beberapa penembak jitu untuk menjaga rumah keluarga Hester, aku tidak mau kalau sampai Grace juga adiknya berada di dalam bahaya. Selalu laporkan perkembangannya kepadaku, Marvin."
Setelah menelepon, Nicholas pun langsung menutup ponselnya, kemudian dia melihat jika mobil ambulance dan para polisi sedang melakukan olah TKP. Nicholas kembali mengeluarkan asap rokoknya tersebut kemudian dia melempar putung rokok dengan asal, lalu dia kembali masuk ke dalam rumah. Bahkan siapa pun itu, tidak peduli ada sangkut-pautnya dengan kematian keluarganya, selama telah mulai mengusik ketenangannya, dan membuat gadisnya berada di dalam bahaya, maka Nicholas tidak akan pernah segan-segan untuk mengusut tuntas dan bahkan membunuh sampai akarnya orang-orang biadab yang selalu mengganggu hidupnya.
*****
Pagi ini, agaknya suasana lumayan berbeda, baik Korvin dan juga Grace yang baru saja bangun dari tidur tampak mencium bau sesuatu yang sangat enak. Ketika keduanya keluar dari kamar, keduanya tampak kaget melihat berbagai menu hidangan yang sangat mewah itu tampak mengisi meja makan mereka yang kecil, semua menu makanan itu pun tampak baru saja dimasak karena uap panas masih mengepul dengan sangat nyata di sana.
Grace dan Korvin tampak tersenyum senang, kemudian dia mendekat, sampai Nicholas memiringkan wajahnya dengan senyuman hangat, mengangkat sup panas yang ada di atas kompor.
"Kalian sudah bangun? Bagaimana dengan tidur kalian, apakah semuanya nyenyak? Sarapanlah, aku telah menyiapkan hidangan untuk sarapan kalian, semoga kalian suka."
"Kau yang memasak ini semua?" tanya Grace kemudian. Nicholas mendekat pada Grace kemudian menepuk puncak kepala Grace, senyuman itu masih sangat nyata sekali.
"Tentu saja, kata Korvy ini semua adalah masakan kesukaanmu. Jadi, aku berusaha untuk membuat makanan yang kau suka. Cobalah, dan katakan kepadaku apakah makanan ini enak atau tidak. Aku memesan bahannya secara online dan untung saja sampai tepat waktu. Ehm," Nicholas kini memandang Grace kemudian dia mengelus puncak kepala Grace dengan lembut. "Apakah kau baik-baik saja? Kau tidak apa-apa kan tentang kejadian semalam?" tanyanya kemudian.