Chereads / UnHuman / Chapter 23 - #22 - Tujuan

Chapter 23 - #22 - Tujuan

Setelah Leonardo Dmitry beranjak turun dari serigala yang membawa mereka sebelumnya, dia mengikuti Eln Chronoush berjalan ke balik suatu ruangan. Dmitry tidak memberi perintah apapun kepada mereka bertiga setelah pergi, sehingga mereka memutuskan untuk berjaga di area ruangan besar yang dikelilingi tiang-tiang pilar nan tinggi. Ini seperti ruangan altar. Mungkin juga semacam aula utama dengan tampilan layaknya ruangan istana.

Ilya berjalan mengamati sekeliling, sementara Niruu memanjakan nigredo dengan membelai bulu-bulu di sekitar lehernya.

"Manja sekali ...." Niruu bergumam dengan ekspresinya yang berubah lembut.

Sementara Viona, dia masih mempersiapkan barang bawaannya. Ada sejumlah anak panah dengan busur yang sudah diperkuat. Dan sebilah belati yang tajam, dengan beberapa botol obat persediaan di kantong tasnya. Dia benar-benar penuh persiapan walau kesan awalnya dia terlihat tidak peduli.

"Fhuuhh ...." Setelah menghela napas, Ilya berdiri di atas puing-puing batu yang pernah menjadi jalan anak tangga.

Ilya berdiri di tempat yang sedikit lebih tinggi dari mereka dan melihat keadaan di sekitarnya. Benteng ini jauh lebih luas dari perkiraannya. Ada beberapa area di dalam benteng yang masih utuh, seperti beberapa kamar ruangan di sudut benteng. Namun, Ilya cukup terkejut saat menyadari tembok di area Selatan benteng sudah roboh.

Sepertinya jejak pertempuran di tempat ini begitu mengerikan.

"Ilya, apa yang kau lihat?" kata Viona seraya berjalan menghampiri Ilya.

"Ah, aku hanya melihat—"

Perkataan Ilya terhenti saat dia mendengar suara siulan yang memekik dari ruangan di mana Dmitry dan Jenderal Eln berada. Membuat mereka terkejut dan langsung waspada.

Seketika itu, mereka merasakan tekanan mengerikan baru saja melejit dari kegelapan dan masuk ke ruangan di mana Dmitry berada.

Segera, mereka berdua bergegas memasuki ruangan— dengan sangat siaga dan merasa cemas, kekhawatiran mereka terjadi.

Sebelum Dmitry menyadarinya, sebilah mata pedang terhunus dari belakang— berhenti di sisi lehernya. Iris biru matanya bergerak tajam, melirik dari sudut matanya tanpa menggerakkan kepalanya.

Figur yang berdiri di belakangnya adalah seorang pria berambut hitam dengan tinggi hampir sama seperti Dmitry. Berkulit putih agak pucat karena selalu bersembunyi dalam bayangan malam. Paras arogan dengan senyum miring, memberinya kesan terlihat seperti pria licik tak berperasaan.

Dia mengenakan atribut setelan militer; seragam berwarna abu-abu gelap dengan rompi hitam. Di balik pakaiannya jubah panjang mengalir di punggungnya sehabis dirinya menempuh jarak dengan kecepatan suara, membuat jubahnya melayang dan berkibar-kibar.

Dmitry menekuk jemari kirinya hingga pembuluh darahnya menebal di kepalan tangannya. Dia kemudian berkata,

"Apa maksudnya ... ini?"

Viona yang melihat situasi tak terduga ini segera mengacungkan busurnya dan membidik kepala musuhnya. Ekspresinya Viona sudah begitu serius dan geram. Bahkan, Ilya mengeraskan kedua genggaman tangannya hingga pembuluh darahnya menebal dan berubah memerah menyala.

Namun, mereka tak menduga jika Niruu sudah selangkah lebih cepat dari mereka.

Niruu berdiri di belakang pria itu dengan menghunuskan ujung mata katana-nya ke titik belakang jantung orang itu— tepat di sebelah kiri punggungnya.

"Kuberi kau sepuluh detik ... jika tidak ingin mati." Suara bernada rendah Niruu terdengar penuh tekanan dan intimidasi, meski begitu raut wajahnya masih saja terlihat tenang dan tak menunjukkan emosi.

Eln Chronoush yang masih memandangi lukisan di dinding perlahan menoleh ke belakang. Dia menatap dengan mata yang menyala, dan berkata,

"Tuan Wraan ... turunkan senjatamu."

Pria itu tiba-tiba menyunggingkan seringai ringan, dan berkata, "W-wah, apakah aku salah memahami situasi di sini?"

Wraan kemudian mengangkat kedua tangannya— menjauhkan katana-nya dari Dmitry, dan dia segera menyarungkannya ke samping pinggul.

Wraan menambahkan, "Maaf, maaf. Aku hanya salah mengira kalau orang ini berbahaya. Habisnya ... ada sesuatu yang tidak biasa dari orang ini."

Wraan menekuk sudut mulutnya dengan sinis. Iris biru matanya yang pucat berkilau dengan tajam.

"... Kalian berdua tenanglah." Dmitry memberi kode tangan berhenti ketika melihat mereka semua tampak terpancing emosi. Dia kemudian berbalik dan menghadap orang bernama Wraan dengan menunjukkan aura wajahnya yang serius.

Wraan masih saja menunjukkan senyuman hina yang terlihat licik. Sorot matanya yang kosong seolah menyembunyikan sesuatu. Tatapannya begitu tenang, sekalipun dirinya berhadapan dengan Dmitry.

"Tcih!" Ilya berhenti di belakang Niruu dengan kepalan tangan kanannya yang sudah memerah seperti ingin meledak.

Niruu lantas melabuhkan kembali katana-nya ke dalam sarung pedang di punggungnya. Kemudian memejamkan erat matanya sambil menghela napas. Viona pun turut merasa tenang setelah situasinya terkendali.

"Hmmm. Jika dugaanku benar, apa kau ini ... seorang penyihir, tuan?" kata Wraan. Dia sedikit memiringkan kepalanya ke satu sisi dan menekuk sudut mulutnya.

"Siapa orang yang tampak seperti badut ini?" seloroh Dmitry mengabaikannya dan melirik Eln.

"Wraan Moon'rheouws, tuan. Tolong jangan lupakan nama badutku yang hina ini." Ia menundukkan kepalanya untuk sesaat memperkenalkan diri, dan kembali menunjukkan senyum sama dengan mata menyala pada Dmitry.

"... Leonardo Dmitry ... jika kau melakukan hal seperti tadi, maka namaku akan menjadi hal yang terakhir kali kau dengar, Nak!" gertak Dmitry menatap dinginnya.

"Wah, seram ...!" kelakar Wraan terkekeh pelan.

Saat mereka tengah berbicara, seseorang mendarat turun di belakang Eln tanpa mengeluarkan suara dari gerakan maupun hawa kehadirannya. Ia mendekati samping kiri Eln, lalu berbisik,

"Apa mereka orang yang dimaksudkan, Eln?"

"Benar."

Dmitry kemudian menoleh ke kanannya, dan baru menyadari kehadiran orang lain di belakang Eln.

Seseorang mengenakan jubah hitam dengan bulu-bulu tebal di sekeliling lehernya lengkap sabuk merah yang melingkar dari bahu kirinya sampai ke bagian pinggang kanan di sarung pedangnya.

Rupa orang itu tertutupi topeng rapat yang hanya menyisakan uraian rambut hitam pendek. Penutup wajahnya tak terbilang biasa, karena tidak terdapat lubang pada matanya, bagian mulutnya tampak mencolok karena bentuknya menonjolkan taring gigi lancip yang saling mengapit.

"Siapa?" tanya pelan Dmitry.

"Maaf karena terlambat memperkenalkan dirinya pada kalian ... ia adalah Jenderal besar Franchise yang bertugas bersamaku di perbatasan ini. Sang pengoyak dari negeri tandus, Ma—"

"Maltrice Luegers." Ia memotong penjelasan Eln dengan suara berat teredam.

Dmitry secara samar melihat pergerakan energi yang bergejolak secara tak beraturan pada titik gerbang di tubuh Maltrice, bayangan hitam berkobar berbentuk aura spiral di sekujur tubuhnya terlihat seperti sedang membakar dirinya seakan menyerap namun juga melepasnya secara bersamaan.

"Dia? ... Aura macam apa yang menyelimutinya itu? Terasa mencekam dan gelap sekali," gumam Dmitry menatapnya, ketika itu Maltrice membalas balik tatapannya.

"Ada apa ...?" ujar Maltrice, Dmitry lalu membuang muka tanpa ingin menjawabnya.

Eln kembali bersiul, dan kali ini lima orang berseragam serba hitam menggunakan penutup wajah melompat turun dari atas tiang-tiang pilar yang ada di belakang mereka.

Ilya dan Viona bersiaga memerhatikan gerak-gerik orang yang baru datang tadi tengah menundukkan diri ke lantai lalu bergeming di sana, sementara Niruu hanya melipatkan kedua tangannya dan sedang setengah tertidur.

"Jangan khawatir, mereka adalah bawahanku ... anggap saja ini sebagai bantuan pelengkap kalian nanti," papar Eln lalu menghampiri Dmitry.

"Apa mereka dapat dipercaya?" tanya Dmitry menatap ragu Eln.

"Tentu, mengingat tujuan kalian yang terpisah tempat, maka akan sangat kompeten untuk menambah orang tambahan agar memudahkan kalian."

"Percayakan orang-orang ini kepadaku, tuan Dmitry. Mereka akan menjadi tanggung jawabku dalam mengantarkan kalian masuk ke sana," tambah Maltrice meyakinkan Dmitry.

"Baiklah ... aku mengerti."

"Hei, hei, tuan Dmitry ... mengingat kita akan satu arah dalam misi kita, semoga kita bisa akrab, yah?" bisik Wraan sembari menggelitik belakang Dmitry.

"Menjauhlah," usir Dmitry merasa risih.

"Ayolah, apa kau kesal karena tadi? Padahal aku sudah meminta maaf, loh."

"Ya ampun, aku sedang memikirkan sesuatu, jangan ajak aku bicara!"

"Ayolah ...."

Tiba-tiba jubah hitam Dmitry ditarik dari belakangnya, ia mengira kalau itu Wraan dan berbalik dengan emosi sedikit naik.

"Bukankah sudah kubila—"

"Bilang apa? Aku belum mengatakan apapun ...," ujar Niruu dengan wajah polosnya nan bingung.

"Ah, Niruu, kah? Ada apa?" Dmitry lalu tersenyum demi menyembunyikan emosi salahnya tadi.

"Aku ingin berpamitan ... aku harus pergi mencarikan kapal yang baru, ingat?" suara pelan Niruu dari wajah dingin tanpa ekspresinya.

"... Kau benar, selamat jalan."

Dmitry melambai pada Niruu yang sedang berjalan pergi meninggalkannya dan senyum ramahnya perlahan memudar seiring suara langkahnya nan memudar dan sirna.

"Dmitry ... sebaiknya kau lebih berterus terang saja, jangan terlalu membebani dirimu sendiri," sindir Ilya berjalan melewatinya.

"Ayo, Dmitry. Mereka sudah pergi," ajak Viona melewatinya juga.

"Ahh ... baik."

Tanpa Dmitry sadar mereka semua telah berjalan ke balik tembok tadi yang di sana berdiri sisa meja batu yang telah terbelah dua, mereka tampak menanti di sana dengan berdiri mengelilingi meja besar itu.

Eln lalu mendedahkan sebuah gulungan besar ke atas meja tadi dan memperlihatkan isinya kepada mereka, gambaran dari peta wilayah seluruh negeri yang berdiri di semenanjung Iberia.

"Aku akan memulainya dengan menunjukkan peta ini kepada kalian," jelas Eln dengan nada serius.

Dmitry menatapnya dengan berbeda, ia memerhatikan helm zirah Eln dan memikirkan seperti apa bentuk wajahnya, terlebih lagi mereka semua di sini menggunakan penutup kepala/topeng terkecuali Wraan.

"Aku serahkan itu padamu," sahut Dmitry, ia lalu memerhatikan seksama isi peta itu.

"Biar kujelaskan rute perjalanan kita, tuan dan nona. Pertama kita akan menuju wilayah yang ada di depan kita yang bernama perbatasan In-Vyhella. Rencananya adalah, aku akan menarik perhatian penjaga wilayah musuh dan menjadi umpan untuk kalian, aku melakukan ini untuk mengulur waktu kalian agar dapat menyusup ke kota Rellyon yang akan menghemat waktu kalau di tembus dengan cara ini. Lalu, tujuan kalian setelahnya adalah tempat ini." Eln menjelaskan sambil menunjukkan arah-arah tempat yang akan mereka tuju.

"Markas Timur dan Markas Utara, sebenarnya kami sendiri tidak mengetahui pasti di mana letaknya. Namun kuat dugaan jika tempatnya akan berada di sekitar sini, kalian akan mencari tempat itu di sana secara mandiri .... hanya bantuan inilah yang bisa kami berikan, tuan Dmitry." Setelah itu Eln langsung menatap Dmitry di kanannya.

"Kedua arah yang menjadi target tujuan kami sangat berpisah jauh, dan akan sangat memakan banyak waktu kalau tak melakukannya secara berpencar, jadi ... Ilya, Viona ... kalian akan bersama menuju markas Utara. Menurutku itu akan lebih aman ketimbang jalur manapun yang dilalui jika menuju Markas Timur yang jangkauan wilayah tak diketahuinya sangat luas ini, kurasa akan mudah bagi kalian menemukannya, dan aku akan mengambil target tujuan di Timur ini." Dmitry memaparkannya sambil menatap Ilya serta Viona, jari kirinya menunjuk ke peta.

"Apa kau yakin, Dmitry?" bahas Ilya dengan sorot mata tenang, namun bibirnya berkata lain.

"Kita akan bertemu lagi nanti dan kembali bersama-sama. Ilya, lindungilah Viona ... kau tak perlu mengkhawatirkanku," jawab Dmitry menatap penuh harap.

"Waktu kalian hanya satu hari ... karena perang di wilayah selatan akan pecah ketika senja besok tiba. Sisanya bergantung dengan usaha kalian, jika kalian beruntung mungkin tidak akan ada hal buruk yang terjadi," papar Eln menambahkan.

"Lalu, satu-satunya jalan untuk kalian masuk nanti ke wilayah Leon adalah melalui tempat ini." Eln kembali menunjuk ke arah peta yang memperlihatkan garis-garis berwarna merah dari batas wilayah negara.

"Hmmm ... apa yang ada di sana?"

"Itu adalah ...."

...

Wilayah terluar dari batas kekaisaran Franchise, tanah negeri tak bertuan In-Vhyella.

Awan hitam memenuhi langit-langit, mendungnya hari itu membuat sinar mentari tak dapat lagi menembus ke wajah orang-orang yang sedang berjalan di tebing pergunungan curam, di bawah mereka hanyalah celah jurang dengan kegelapan pekat yang tak tahu ada apa di bawah sana.

Masing-masing tangan memegang celah bebatuan tebing sebagai sarana mereka bergerak maju dengan bergelantungan di pijakan yang jalannya hanya muat diinjak menggunakan ujung kaki saja itu, jalan di depan mereka masih jauh, di belakang mereka berdiri pergunungan yang lebih tinggi, dan di atas mereka berjatuhan kerikil berbatuan yang entah siapa menjatuhkannya.

Petir tampak menyambar di cakrawala, angin kencang mendorong langkah mereka agar segera terjatuh dari pijakannya, semuanya berjuang untuk bertahan di tengah cuaca badai gelap yang sedang menuju ke arah sepuluh orang berjubah hitam ini.

Di depan Ilya langkah Viona tiba-tiba berhenti, Viona melirik ke bawahnya selagi tangan yang memegang tebing perlahan melemaskan jemarinya dan menurunkan lengannya, jari yang melonggarkan genggaman tampak gemetar, wajah Viona terlihat pucat.

"Viona, ada apa?" tanya Ilya yang khwatir.

"Aku ... tak tahan lagi ...."

"A-apa maksudmu?"

"A-aku ... sudah menahan ini dari awal ... a—aku ...—"

"J—jangan-jangan—"

"Viona, genggam tanganku dan naik ke pundakku," sela Dmitry yang sedang berdiri di depan Viona sembari mengulurukan tangan kirinya.

"K—kau yakin, Dmitry?"

Dmitry mengangguk dengan wajah dingin nan serius, tatapannya sangat tenang menanti jawaban Viona. Viona pun menggenggam tangan Dmitry dan memeluknya erat dari belakang, Dmitry kini menggendongnya dan berusaha menyeimbangkan kekuatan menggunakan energinya.

Mengalir warna hijau redup nan tak kasat mata memenuhi seluruh jemari Dmitry yang menarik erat bebatuan di atasnya.

"Dmitry ...." Ilya hanya terdiam dengan wajah memerah.