Chereads / UnHuman / Chapter 27 - #26 - Perekrutan sang Iblis terkuat - Bagian 1

Chapter 27 - #26 - Perekrutan sang Iblis terkuat - Bagian 1

Malam itu, sinar rembulan dapat terlihat dengan jelas. Iris merah matanya menatap tajam ke angkasa, dan kerutan di sekitar sudut matanya tampak mengkerut.

Sesaat kemudian, dedaunan kering di tengah jalanan hutan nan sepi tiba-tiba beterbangan ketika sebuah kereta kuda melintasinya. Bagai tirai yang terbuka untuknya, pria di atas kereta kuda kembali tersadar dan melihat ke arah jalanan di depannya.

Pria berambut hitam ini kehilangan fokus saat menatap keindahan bulan, dan dia segera menggenggam erar tali cambuk kudanya.

Keempat ekor kuda yang menarik keretanya berlari gagah dan tanpa takut meski melintasi gelapnya jalanan hutan nan sepi.

Paras pria ini tampak percaya diri dan kuat. Sudut mulutnya terangkat tajam, dan dia menyeringai tanpa alasan. Pria ini memiliki gaya berpakaian yang unik seperti seorang 'cowboy'.

Dia mengisap suatu batang daun, dan kemudian membuangnya sesaat ingin menarik tali kendali kudanya. Rupanya kuda-kuda di depannya mulai meringkik gelisah dan berlari dengan lebih cepat. Dia lantas memberikan cambukan kecil kepada kudanya, seraya mengatakan,

"Tenanglah, kuda-kudaku! Tidak ada yang perlu kalian takutkan! Ayah kalian akan menjaga dan bersama kalian di sini."

Pria ini memiliki semangat yang kuat. Itu terbukti dari kesungguhan tatapan matanya.

Berada di belakangnya adalah sebuah karavan yang membawa beberapa orang dan muatan dagangan.

Pria berambut hitam ini sebelumnya dibayar untuk membawa mereka melintasi perbatasan wilayah agar bisa keluar dari negaranya.

Di dalam kotak karavan, terlihat empat orang pria dengan busana megah. Mereka rata-rata mengenakan setelan kemeja berlapiskan sebuah rompi dan mantel. Dan di bawah kaki mereka terdapat peti-peti kayu yang menyimpan sesuatu. Mereka semua berasal dari kalangan yang sama, mereka adalah seorang 'Baron' dari wilayah kekaisaran.

Entah apa yang membuat mereka cemas sekarang, namun raut wajah mereka semua tampak tegang. Mereka seolah mencoba lari dari sesuatu.

Salah seorang dari mereka yang duduk paling belakang kemudian membuka sedikit penutup tirai karavan dan mencoba mengintip keadaan di luar.

Pria berambut hitam ini hanya bisa melihat gelap dan sepinya suasana jalanan hutan. Sekelilingnya dikelilingi pepohonan tinggi dan besar, membuat siapapun masuk ke sana akan tersesat dalam labirin hutan yang mengerikan. Suara burung gagak beserta lolongan hewan dari balik hutan pun menambah seram suasana malam hutan kala itu.

"Sepertinya ... kita masih belum keluar dari hutan ini." Pria berambut hitam tadi kembali menutup tirai tenda, dan duduk dengan keringat dingin yang menetes jatuh dari pelipisnya.

"Setelah berhasil masuk ke wilayah Herwegenia, harusnya kita semua akan aman. Dengan mengantarkan kotak-kotak kiriman ini sesuai perjanjian kita ke wilayah perbatasan kekaisaran, kita akan mendapatkan perlindungan agar bisa keluar dari wilayah ini. Kita harus pergi menjauh sejauh mungkin. Setidaknya, sampai semuanya mulai kembali tenang." Suara pria dengan dasi merah terdengar kaku dan gemetar. Sedari tadi dia menggenggamkan kedua tangannya dan menunduk seolah sedang berdoa karena ketakutan.

"Kau benar. Seluruh negeri ini sudah tenggelam dalam kekacauan. Tidak ada yang bisa kita lakukan kembali sebagai seorang bangsawan pinggiran." Pria dengan syal hitam ini tampak ketakutan. Jari-jemarinya tidak henti-hentinya gemetaran. Dan matanya tampak melotot karena tegang.

"Dengar. Tujuan kita adalah mendapatkan tiket masuk ke dalam kerajaan Britania. Setelah semuanya berakhir, kita tidak perlu lagi melakukan ini," ucap pria berambut hitam. Pria ini mencoba tenang dalam situasi ini.

"Kerajaan Leon saja dapat mereka runtuhkan dalam waktu semalam, apalagi sebuah desa kecil maupun manusia yang tidak memiliki kekuatan seperti kita," bahas pria berbambut legam di depannya. Suaranya terdengar kecil, dan ia termenung karena merasa kesal juga sedih.

"Setelah menurunnya jumlah pasukan Executor di seluruh wilayah akibat insiden Erteral empat tahun lalu, tidak ada lagi pelindung bagi para manusia untuk bisa bertahan di dunia yang penuh dengan monster ini. Kalau saja ... kalau saja para penyihir mau memberikan kembali kekuatannya untuk memerangi Unhuman, aku yakin para monster itu akan kembali hidup dalam ketakutan seperti dulu." Pria berdasi merah bergumam sambil mengeratkan mulutnya.

"Jangan mengatakan hal yang tidak masuk akal, Edeth! Semua ini bermulai dari kesalahan lama mereka. Manusia seperti kita memang pantas menerima hukuman untuk terus hidup dalam ketakutan seperti ini!" jawab pria berambut legam. Dia melirik dengan tajam ke arah kirinya.

Sepersekian detik kemudian, kepala si pengemudi kereta kuda yang membawa mereka mendadak muncul dari balik tirai depan. Tiba-tiba saja raut wajahnya terlihat serius, dan menatap mereka semua dengan tajam, seraya berkata,

"Kalian semua, hentikan ocehan tidak berguna kalian dan bersiaplah ...!"

"A—ada apa, tuan Erevurs?"

Wajah Erevurs mendadak berubah serius. Sementara para 'Baron' di sana masih merasa terkejut dan kebingungan.

Erevurs kemudian menatap tajam ke arah pria yang mengenal syal hitam yang bertanya tadi, dan menjawab,

"Kita dalam bahaya, dasar! Jangan banyak tanya ...."

"Ma—maafkan aku ...."

Erevurs kembali melihat ke luar, awan mendung di langit mendadak berubah merah dengan warna bulan seperti darah, melihat itu ia menarik tali kendali dan kudanya pun langsung berhenti.

"Bulannya ... berubah? Apa ini ilusi? Atau mungkin ini--teknik pengurung milik penyihir!?" gumam Erevurs. Sorot matanya yang memerah berubah melotot.

Dia kemudian turun dari kereta kudanya dan mengendus-endus sesuatu di sekitarnya berpijak seperti hewan liar yang sedang melacak mangsanya, lalu bergumam,

"Darah ...? Tidak, baunya bercampur ... Unhuman!? Sial—"

Erevurs yang sedang menatap ke arah gelapnya hutan langsung berbalik mendongakkan kepalanya sambil menyeringai, tak melihat ada sesuatu, ia melompat kembali ke kursi keretanya dan mencambuk keras kudanya.

Kuda-kudanya lalu berlari kencang menarik kereta muatan, sembari berdiri Erevurs kembali tersenyum dengan bola mata yang menonjolkan urat-urat memerah.

"Orang yang memiliki darah ini pasti kuat sekali, sial! Aku harus memakannya, dan memperkuat kekuatanku!"

Air liur Erevurs mulai bercucuran dari mulut dan memenuhi dagunya, permukaan kulit wajahnya perlahan berubah warna dari putih pucat menjadi kehitaman seperti logam.

Sepersekian menit kemudian, Erevurs melihat seseorang berdiri diam di ujung jalanan sepi yang masih dikelilingi pepohonan lebat.

Dia lalu menarik tali kendali dan langsung melompat sesaat kudanya sedang mencoba berhenti, ia mendarat beberapa jarak di depan orang tadi dengan kedua lutut kaki menekuk ke bawah dan tangan kanan yang mengepal menampar masuk ke dalam permukaan tanah.

"Siapa yang berani-beraninya menghadang jalan lewat sang petarung terkuat tuan Ereburs, haah!?" Suara Erevurs yang dipenuhi semangat dan amarah.

Ereburs lalu bangun dengan sekujur tubuh melepaskan kepulan asap hitam dan aura hitam berkobar, ia menyeringai sesaat berdiri tegak dan menatap lurus depannya.

Dia melihat seseorang yang berdiri diam dalam bayang-bayang kegelapan. Ereburs melihat ekspresi kosong dalam wajah seorang pria yang setengah bagian bawah wajahnya tertutupi penutup mulut berbentuk paruh burung. Iris merah matanya menatap tajam ke arah Erevurs. Dan rambut legamnya tampak berkibar-kibar.

Dalam keheningan hutan, hembusan angin mendadak berhembus. Jubah hitam pria misterius itu berkibar-kibar. Erevurs mengeratkan giginya, dan sudut-sudut mulutnya terangkat.

"Menarik!"

Seperti biasanya, Ereburs selalu merasa tertarik dengan orang yang kuat. Terlebih dia langsung merasakan sensasi haus darah yang bergejolak setelah merasakan aura intens dari orang di depannya.

Ereburs secara refleks memasang kuda-kuda. Ini merupakan teknik bentuk kuda-kuda bertarung miliknya. Suatu kuda-kuda beladiri yang dia gabungkan dengan teknik darah.

Lantas, Ereburs memijak erat tanah pijakannya. Dan menekuk rendah lututnya. Bersama gerakan telapak tangan kirinya terulur keras ke depan, Ereburs mengepalkan jari-jemarinya dan melipatkan lengan kanannya ke samping dada.

"Kuda-kuda bentuk pertama, aliran Naga hitam kehancuran."

Setelah mengucapkan itu, cahaya merah gelap mulai terbentuk di sekitar kaki Ereburs berpijak. Garis cahaya itu mulai menyebar layaknya akar, dan membentuk pola segi delapan dengan lingkaran berlambang naga berwarna merah-kehitaman di bawah kakinya.

"Kau menginginkan pertarungan? Sayang sekali, tujuanku datang kemari bukanlah untuk melawanmu. Aku kemari untuk menemuimu. Aku sudah mendengar tentangmu, dan aku ingin menawarkan sesuatu kepadamu. Kau menginginkan uang, bukan? Aku bisa memberikannya kepadamu, dengan sebuah syarat."

"Benarkah? Kau tidak terlihat seperti seorang bangsawan, ataupun pengusaha pasar gelap. Siapa kau? Baumu terasa asing, namun sama seperti kami."

"Tidak peduli siapa aku. Selama kau mau tunduk dan mengikutiku, aku akan memberikan apapun yang kau inginkan, sang petarung terkuat berdarah Unhuman, Erevurs."

"Sepertinya kau memang sudah mengenal siapa aku. Namun, memangnya apa yang kau tahu tentangku? Keinginanku? Ah, aku memang menginginkan uang. Aneh sekali. Namun, sejatinya uang bisa menyelamatkanku. Setidaknya orang yang dekat denganku."

"Aku mengerti. Jadi, biar kukatakan kesepakatannya. Masuklah ke dalam kelompokku. Kau akan membantuku dalam mencapai tujuanku. Dan kau akan menerima bayaranmu setelah tujuanku tercapai. Tentunya aku sudah menyiapkan semua uangnya, dan akan kupastikan kau terima setelah semuanya berakhir."

"Hmm? Terdengar menjanjikan. Tetapi, aku tidak bisa memercayaimu," sahut Erevurs.

Sorot mata Erevurs mendadak berubah dingin, dan ekspresinya berubah kaku.

"Apakah kau serius ingin melakukannya?"

"Ya, sayang sekali ... saat ini aku sedang merasa bosan. Juga, aku tidak suka menerima selain transaksi langsung."

"Sepertinya negosiasi kita berakhir buntu—"

Perkataan Commander terhenti ketika ia melihat Erevurs mendadak muncul di depannya. Jarak ini bahkan terlalu dekat untuk bisa ia hindari.

Erevurs muncul dengan posisi punggung menunduk di hadapan Commander, genggaman tangan kanannya mengeras dan mengeluarkan aura hitam yang tersebar ke udara. Erevurs menatap tajam ke arah lawannya, raut wajahnya kini berubah kaku dan dingin. Dalam posisi ini Erevurs berniat memukul lawannya, seraya merapalkan suatu teknik darah Iblis.

"Teknik darah bentuk kedua, Blood Destructive."

Seketika aura hitam yang tersebar di tangannya bersatu menjadi luapan energi hitam nan berkobar. Energi hitam yang tampak intens dan berbahaya.

"Cepat sekali!"

Commander menyadari betapa berbahayanya jika ia terkena pukulan lawan. Dia cukup terkejut dengan kecepatan lawan, dan dia mengambil keputusan untuk menahannya.

Commander lantas merapatkan kedua tangannya ke arah serangan akan datang, selagi dirinya akan mengeraskan permukaan kulit lengannya dengan teknik darah.

Sedetik kemudian, Commander terkejut dengan kejadian ini. Dia melihat pukulan Erevurs berhenti beberapa jarak dari depan wajahnya. Cipratan darah membasahi wajahnya, beserta kepalan tangan Erevurs.

Commander terkejut hingga matanya sedikit membelalak, menyadari jika Erevurs berhasil menembus kedua tangannya yang terapatkan dengan teknik darah, dan mengoyak lengannya hingga membuat kedua tangan putus secara kasar hingga ke bagian sikunya.

Darah mengalir deras dari luka kedua tangannya yang kini berubah buntung.

Segera, Commander melompat mundur dan menjauhi lawannya. Dia mengibaskan tangannya, dan merentangkan kedua tangan ke samping. Seketika itu, kedua tangannya tadi berubah utuh kembali. Commander mengubah darahnya yang keluar dari luka untuk membentuk tangan baru. Ini merupakan teknik darah miliknya.

Erevurs membaca pergerakan lawannya, dan segera mendekati Commander.

Erevurs kembali melancarkan serangan dalam jerak dekat, ia melayangkan pukulan lurus ke depan mengincar dada kiri lawan.

Commander menangkap pergelangan tangan kanan Ereburs dan mengangkatnya selagi tangan kanannya melepaskan pukulan ke kepala lawan, melihat itu Ereburs mengepalkan tangan kirinya dan menonjok bahu bawah Commander yang pertahanannya terbuka lebar hingga memutuskan tangan lawannya.

Commander melompat mundur memberi jarak, dan Erevurs mengikuti pergerakan lawan demi tak memberi celah, tubuh Erevurs yang lebih rendah dari lawannya membuatnya mudah menyerang, ia kembali melancarkan tangan kanannya yang mengeras mengincar perut Commander dan berhasil menembusnya hingga ke sisi belakang.

Tangan kanan Erevurs yang sedang tenggelam dalam perut lawannya mendadak tak bisa dilepaskan, bersamaan itu Commander melayangkan tangan kanan yang berubah menjadi tombak panjang berwarna merah untuk menusuk kepala Erevurs.

Melihat itu Erevurs menyeringai puas tanpa rasa takut, tangan kirinya ia kepalkan sekeras mungkin dan menyerang lawannya secara bersamaan saat musuh akan menusuknya.

"Ini ... sangat menggairahkan!" gumam Erevurs sambil mengeratkan giginya.

Tombak darah milik Commander langsung menembus mata kanan Erevurs sampai melubangi setengah kepalanya, sementara pukulan keras dari Ereburs mengenai kepala Commander dan membuat setengah wajahnya menghilang hancur karena tertembus pukulan lawan.

Ketika itu penutup mulut milik Commander retak dan berhamburan menjadi serpihan kecil yang telah pecah.

Setelah melihat wajah gelap penuh amarah dari Commander, untuk pertama kalinya dalam hidup Erevurs ia merasa merinding dan ketakutan akan sesuatu yang belum pernah ia lihat dalam pengalamannya.

"Kau ... makhluk macam apa kau--ini ... sebenarnya?" tanya Erevurs terbata-bata. Dia melotot dengan ekspresi suram, sementara tubuhnya tak lagi bisa bergerak setelahnya.

"Aku adalah evolusi baru dari manusia dan Unhuman, makhluk sempurna yang akan membawa kehancuran bagi dunia ini. Akulah sang Iblis itu sendiri, Erevurs." Suara Commander yang mengintimidasi secara pelan.

Commander lalu mencengkram lengan Erevurs yang bersarang di perutnya dan meremasnya hingga hancur tak berbentuk. Erevurs yang tidak bisa bergerak sedikitpun bahkan untuk berkedip hanya terdiam dengan mata melototnya.

"Aku ... kalah!?" gerutu Erevurs dalam benaknya yang kesal.

Commander lalu menjentikkan jarinya dan setelahnya Erevurs kembali bisa menggerakkan tubuhnya. Erevurs kemudian tertunduk pasrah dengan tangan kanan yang buntung bercucuran darah, namun pada detik itu juga tangannya kembali tumbuh beregenerasi secara utuh.

"Hmm ... kemampuan regenerasimu ternyata sangat cepat juga. Mungkin, lebih cepat dari milik orang itu. Menarik sekali."

"Kekuatan macam apa--itu?" tanya Erevurs saat mencoba bangun.

"Kau penasaran?"

Erevurs hanya menatapnya dengan ekspresi yang masih geram.

"Teknik Iblis milikku adalah Blood Control. Teknik ini memungkinkan diriku mengendalikan orang lain, dan dengan bebas bisa memanipulasi tubuhnya selayaknya boneka. Sebelumnya, saat serangan pertamamu melukaiku, percikan darah yang tersebar dariku tanpa kau sadari meresap masuk melalui pori-porimu. Aku sengaja tidak langsung mengaktifkannya karena ingin menguji seberapa kuatnya kau, Erevurs." Commander melirik tajam Erevurs di belakangnya saat menjelaskan.

"Jadi, aku sudah gagal, bukan? Apa kau akan membunuhku?"

"Sangat disayangkan membunuh seseorang sepertimu. Aku justru tertarik. Kau adalah orang pertama yang berhasil melukaiku separah tadi, Erevurs. Kau mungkin ada kesempatan untuk memojokkanku suatu saat nanti."

Dia ... bercanda, bukan!? Bahkan dia masih belum serius. Dia seperti masih menahan diri dan menyembunyikan kekuatan asli miliknya. Erevurs merasa terguncang mengetahui fakta ini setelah melawannya langsung.

Erevurs bisa mencium aroma darah yang tidak biasa dari dalam tubuh lawannya. Ini adalah pertama kali juga baginya melihat makhluk sepertinya. Apa dia sebenarnya? Unhuman? Levelnya terlalu jauh untuk disamakan.

"Fhuu ...." Erevurs menghela napasnya dengan tajam. Dia kemudian bergumam, "Jika masih ada orang sekuat dirinya di dunia ini, bukanlah hal mustahil jika ada yang lebih kuat darinya juga. Ternyata ... aku masih belum sekuat yang kupikirkan, kah? Kekalahan ini terasa begitu memalukan. Kalau saja aku menggunakan teknik itu ... apa mungkin keadaan akan berubah?"

Erevurs sendiri masih menahan diri dengan tidak menggunakan teknik terkutuk milik Iblisnya. Itu adalah teknik mengerikan yang menghilangkan kesadarannya dalam jangka waktu tertentu. Dan hasilnya dia akan sekarat juga. Sangat tidak menguntungkan, namun juga tidak merugikan.

Erevurs sejenak termenung meratapi langit seraya memikirkan semua itu.

"Kemarilah, Erevurs. Masih ada satu orang lagi yang akan bergabung dengan kita." Commander tanpa menoleh mengayunkan jari telunjuknya memberi perintah.

"Satu orang lagi?" sahut Ereburs dengan nada lirih, kemudian menghampiri Commander, berdiri di sisinya.

"Benar."

Commander kemudian bersiul, membuat gema suaranya memekik jauh ke dalam kegelapan kosong.

Sepersekian detik kemudian, sebuah gerbang (portal) terbuka di hadapan Commander. Seorang pria berambut hitam gelap dengan mengenakan seragam hitam dan jubah megah khas kelompok mereka, muncul dari baliknya dan berjalan ke luar.

Erevurs sempat merasa bingung karena pria yang muncul itu mengenakan penutup mulut dengan bentuk paruh burung, sama seperti milik Commander sebelumnya. Dia menyimpulkan jika orang ini juga adalah bagian dari kelompok yang dibuatnya, yang berarti dia adalah rekannya?

"Bagaimana persiapannya? Apakah semua sudah selesai, Xinn?"

Xinn sekali mengangguk dengan kelopak mata yang setengah menurun, uraian rambut hitam panjangnya berkibar menutupi sebagian alisnya. Dia kemudian menjawab,

"Seperti rencana awal, semuanya berjalan dengan sempurna. Saat ini, dia sedang berada di sebuah desa terpencil di wilayah perbatasan kekaisaran."

"Baiklah. Sisanya, aku serahkan orang-orang yang berada di dalam kereta itu kepadamu, Xinn. Sementara kau ... akan ikut denganku, Erevurs."

"Baik, Commander."

Commander segera melangkah masuk ke dalam gerbang, dan seketika dia menghilang dari pandangan mereka.

Erevurs sempat berjalan ke belakang gerbang mencoba memeriksanya, namun tidak ada apa-apa di belakangnya. Dia menghilang seperti berpindah ke alam lain. Inikah kekuatan iblis ruang?

"Gerbang itu adalah portal ... segera masuk sebelum aku menutupnya." Xinn berkata dengan datar, tanpa menunjukkan ekspresi di wajahnya.

"Hoaam ... baiklah," jawab Erevurs. Dia sempat menguap saat menyusul masuk ke dalam portal.

Xinn kemudian melirik dengan tatapan dingin ke arah kanannya, yang di sana hanya terdapat pepohonan rimbun serta semak-semak belukar dan juga kereta kuda yang terparkir di tengah jalan.

"Sepertinya aku merasakan sesuatu tadi, hmmm ...."

Tanpa Xinn menyadarinya, empat pedagang di dalam kereta sudah terbunuh dengan cara yang mengenaskan.

... ... ...

Terlihat deretan rumah yang dibangun kokoh di bawah kaki gunung, sebuah desa besar yang penduduknya sangat ramai dan hidup damai, cahaya lampu mengisi setiap sudut rumah, membuat seluruh tempat itu sangat terang benderang meski hari sudah berlalu malam.

Sekelompok pria tampak berjaga di jalan gerbang masuk desa, mereka memegang senjata berupa tombak dan pedang. Salah seorang penjaga di sana tampak memerhatikan ujung jalan, ia melihat seseorang yang berjalan tertatih-tatih menuju ke tempat mereka.

Ia lalu memanggil teman-temannya yang sedang sibuk berbincang di sebelahnya, lalu berkata,

"Hei ... hei! Ada orang, lihat!"

"Hah? Apa kau yakin? Ini sudah hampir tengah malam, loh!" sahut salah seorang lelaki muda yang mengenakan helm besi.

"Ah, aku yakin! Sepertinya dia butuh pertolongan, aku akan membantunya!" si penjaga muda tadi lalu berlari ke depannya tanpa rasa ragu dan curiga.

"Hoi, jangan bodoh! Bagaimana kalau itu Unhuman!" cegah pria berkumis yang terlihat berpengalaman.

"Aku akan berhati-hati ...!"

"Aku akan menyusulnya, jika kami tidak kembali, segera panggil pasukan Executor di kota!" si pria yang memegang pedang dan tampak tak peduli pada awalnya jadi ikut berlari mengikuti si penjaga muda tadi.

"Baik!"

Sesampainya menghadap orang misterius yang mengenakan jubah hitam lusuh penuh sobekan itu, si penjaga muda tadi bertanya,

"A—anu, apa anda baik-baik saja? Apa ada yang bisa kubantu?"

"I—iya, apa kau ... mau ... membantuku--memberikan jantungmu?"

"Rhill, menjauh darinya--sekarang!" teriak rekannya yang tengah berlari menghampiri lalu menarik pundaknya sesaat orang itu akan menyayat tenggorokannya dengan sebilah pisau.

"Cih, hampir saja ... aku tak punya pilihan selain berubah di sini sekarang."

"Gawat! Cepat lari!" teriak Nacht sambil menarik tangan Rhill.

Lelaki kurus tadi lalu membuka tudungnya dan memperlihatkan wajahnya yang terlihat muda dengan tatapan haus darah, ia perlahan mengangkat kedua tangannya dan menyatukan jari jemarinya ke depan dada, seraya berkata,

"Teknik darah Iblis, Vherpesheus!"

Ketika itu urat-urat di tubuhnya melepaskan banyak sekali kepulan asap dan kedua matanya mendadak berubah memerah menyala, detik itu juga seluruh warga desa yang ada dikejutkan dengan dentuman nyaring bergema disertai getaran tanah yang berguncang hebat.

Selagi berlari Nacht sempat melirik sedikit ke belakang dan melihat sepasang mata merah menyala dari balik kepulan asap itu bergerak naik ke atas, setelahnya ia mendengar ringisan nan berdengung nyaring beserta tanah pijakannya tiba-tiba berguncang.

"Sial, Unhuman! Semuanya, lari!" teriak Nacht kepada rekan-rekannya yang bergeming menatap ke arah atas.

Melihat tatapan teman-temannya yang terdiam beku, ia menoleh ke belakang mengikuti garis pandangan lainnya. Sorot matanya seketika berubah terkejut, ia terbelalak kaget melihat sosok mengerikan dari balik kepulan asap yang tengah mencoba mengangkat tubuhnya itu.

Sesosok makhluk besar setinggi dua ratus kaki berdiri tidak jauh darinya, uap panas mengepul dari permukaan tubuhnya yang berwarna kemerahan seperti terbakar, garis-garis berwarna hitam muncul di sekujur ototnya. Tulang punggungnya menonjol keluar dan membentuk deretan duri tajam bak besi.

"Yang benar saja ... bagaimana bisa umat manusia bertarung melawan makhluk sebesar ini!?" suara Nacht yang mulai terdengar pasrah.

Tiba-tiba dari samping kanan Nacht berpijak, seseorang yang memakai topi jerami berjalan dengan tenang melewatinya menuju makhluk itu berada, di mulutnya ia mengisap batang daun panjang berwarna hijau, sementara tangan kanannya memegang pangkal pedang yang masih tersarung rapi di pinggul kanannya.

"Tenanglah, Nak. Sang Executor telah tiba," sapanya sambil memperlihatkan bola matanya yang berwarna biru kehitaman.

"Apa!?"

Nacht dan Rhill lalu menoleh ke arah belakang pria itu dan melihat banyaknya prajurit berzirah yang datang mengikutinya.

"Saatnya untuk berburu," ucap Jhewsk sambil menghunuskan ujung pedangnya ke arah makhluk itu, perlahan aliran energi yang memancarkan aura biru mulai memenuhi mata pedangnya.

Dari kejauhan desa berada, terlihat Commander bersama Ereburs berdiri dan menonton semua kejadian tadi dengan santainya dari atas puncak bukit.

"Mari kita lihat seberapa kuatnya ia melawan sekelompok Executor yang sudah kuatur agar datang ke sana," ungkap Commander selagi memasangkan penutup mulut yang baru.

Ereburs hanya diam sambil sedikit melirik dengan tajam ke arah kirinya dan tidak berekspresi sama sekali.