Chereads / UnHuman / Chapter 33 - #32 - Sang Ajudan

Chapter 33 - #32 - Sang Ajudan

The Executor, adalah suatu organisasi yang sang kaisar bentuk untuk melindungi kedamaian umat manusia. Pada awal pembentukannya, hanya ada sembilan orang ksatria kekaisaran yang terpilih untuk menjadi pasukan utama, sekaligus pilar pendiri dari organisasi ini.

Mereka adalah orang-orang kuat yang pernah bertarung langsung melawan Unhuman semasa perang antar ras berlangsung, dan karena banyaknya pengalaman mereka selama melawan Unhuman, kekuatan mereka tidaklah lagi sebanding dengan seorang manusia biasa.

Sebagai yang pertama memegang pedang sihir pengutuk, mereka menerima gelar tertinggi sebagai 'High Executor'.

Pedang pengutuk yang para High Executor terima bukanlah pedang sihir seperti milik Ichariuz, pedang ini merupakan bentuk sempurna dari seluruh pedang sihir yang umat manusia terima ketika melawan Unhuman, senjata ini dikenal sebagai Pedang Pengutuk Eksekutor.

[English Name : Executor Curse Sword]

Setelah kekaisaran Athilla memperkenalkan organisasi mereka ke mata dunia, semua kerajaan maupun kekaisaran yang tersisa memilih untuk tidak berurusan dengan negara satu ini. Selain karena reputasi ksatria kekaisaran Athilla terkenal akan kekuatannya, kemiliteran kekaisaran juga mendukung dengan berkembangnya persenjataan berdaya ledak, serta tingginya jumlah pasukan, menjadikannya negara paling ditakuti pada masa ini.

Sebagian negara memilih menjalin kerja sama baik dan menjadi sekutu bagi kekiasaran Athilla. Sehingga tercatat dalam sejarah manusia, kekaisaran Athilla merupakan negeri terbesar pada puncak kejayaannya. Luas kekuasaan wilayah ini membentang dari tanah Eropa, sampai East-Continent.

[East-Continent = Benua Timur Eurasia]

Sesuai tujuan awal Ichariuz Athilla membentuk organisasi ini, The Executor mulai berdiri di setiap negara yang bersekutu dengannya, dan menjadikan semua wilayah umat manusia yang berjauhan bisa saling terhubung melalui organisasi ini.

Kini perubahan besar mulai dialami semua orang, tidak ada lagi pertumpahan darah yang tidak berarti untuk memperebutkan kekuasaan antar sesama manusia. Karena mereka sepakat untuk saling berdamai, dan bersatu mempertahankan dirinya dari ancaman mengerikan, Unhuman.

Namun, tidak semua orang berpikir demikian.

Karena ini adalah awal perpecahan yang membawa mimpi buruk ke masa sekarang.

... ...

[Beberapa Waktu Setelah Peresmian Organisasi The Executor]

Seorang pria bersurai legam, berdiri dengan wajah basahnya yang terguyuri air. Sekali lagi dia membasuh wajahnya, dan menatap pantulan dirinya sendiri pada kaca cermin. Tidak ada senyuman apapun, dan sorot matanya tampak kosong. Kedua tangannya menggenggam erat suatu wastafel yang ada kran airnya.

Bisa dilihat, kalau pria berumur kepala tiga ini sudah sangat kelelahan. Kantung matanya tampak menebal dan berwarna hitam. Dia sendiri bahkan lupa kapan terakhir kali dirinya tertidur nyenyak.

"Romhean Cartez! Mengapa! Mengapa hanya kau yang masih hidup!?" Pria ini kemudian mengeratkan giginya serapat mungkin. Dan kedua tangannya mengepal sekeras-kerasnya.

Dia mengatai dirinya sendiri. Pria ini, baru saja kehilangan banyak orang terdekatnya. Sebagai seorang ksatria kekaisaran yang telah berhasil selamat selama perang antar ras berlangsung, dia telah melihat banyak sekali kematian rekan, atau juga sahabatnya.

Dia ... masih tidak terima kalau hanya dirinya yang masih hidup.

"Apakah dunia ini sudah sepantasnya menerima kesalahan kami!? Apakah dunia memang sudah seperti ini sejak lama ...!?"

Cartez kemudian melotot menghadap bayangan dirinya sendiri di kaca cermin.

'Sialan! Mengapa aku mengatakan hal bodoh seperti itu?'

Selesai bergumam seperti itu, Cartez mengangkat tangan kanannya naik, dan menutup setengah wajahnya dengan telapak tangan.

"Apakah karena aku mengetahui keberadaan para ras selain diriku? Ataukah, hanya karena diriku saja yang terlalu lemah!?" Cartez masih membelalakkan sebelah matanya.

"Kalau aku tidak bertemu dengan Ichariuz, mungkin aku akan mati membusuk sebagai manusia, atau mungkin berubah sebagai seorang Unhuman," sambung Cartez. Perlahan-lahan, raut wajahnya mulai kembali tenang.

Romhean Cartez, bertemu dengan Ichariuz saat dirinya masih berumur sembilan tahun.

Saat itu, sosok Ichariuz masihlah seorang kaisar yang aktif dalam medan pertempuran, dirinya mungkin akan berada di barisan terdepan, dan melawan musuhnya tanpa pernah merasa gentar.

Ketika karavan kuda yang Ichariuz pimpin sedang bergerak melewati pesisir pantai dan perbatasan wilayahnya, Ichariuz menemui Cartez muda yang sedang tergeletak di atas tanah dalam keadaan pingsan.

Sejak pertemuannya itu, Cartez mulai dibimbing untuk bisa menjadi seorang manusia yang kuat agar bisa melindungi dirinya sendiri. Setelah itu, Cartez pun menjadi seorang ksatria kekaisaran, dan selalu berada dekat dengan sang kaisar.

Namun, setelah perang antar ras melawan Unhuman dimulai, kedekatan mereka mulai meregang menjauh. Kini, Cartez berubah menjadi seorang pribadi yang suram.

"Ahh ... aku jadi malah teringat kenangan masa lalu."

Romhean Cartez mendengus dengan tajam, dan suara helaan napasnya terdengar berat.

Cartez memutar kran air di bawahnya, dan menampung air jernih itu ke dalam telapak tangannya. Dia kembali membasuh wajahnya, dan jari-jemarinya kini menyisir uraian rambut hitamnya yang kasar.

Matanya yang biru keabu-abuan, tampak menyala saat dia menatap matanya sendiri. Sorot tatapan Cartez berubah tajam dan menyala. Dia melihat sesuatu dari dirinya. Sikap bertanggung jawab seperti ayahnya, dan sifat peduli dari ibunya.

"Benar juga ... dulu sekali, ayahku sering menceritakan dongeng penghantar tidurnya. Dia bilang, dulunya ada banyak sekali ras yang berkumpul di dunia ini. Awalnya aku ragu kalau cerita itu nyata ... namun siapa sangka, kalau aku bisa melihatnya dengan kedua mataku sendiri!"

Cartez memejamkan erat matanya, selagi kedua tangannya mengelap kepalanya dengan suatu handuk.

'Sialan!'

Cartez selalu meluapkan isi hatinya ketika dia sedang sendirian seperti ini. Hanya dengan begini, dia bisa menghilangkan stress akibat pekerjaannya sebagai seorang High Executor.

"Kurasa, sudah saatnya kembali bekerja ...."

Selepas persiapannya sudah dirasa selesai, Cartez mengesampingkan semua perasaan suramnya, dan dia beranjak keluar dari kamar mandi kantornya.

Cartez melangkah keluar, dan memasuki suatu lorong koridor. Setelah dia menutup pintu kamar mandinya, Cartez berbalik—

"Kyaah ...!" Suara mendesah wanita muncul dari belakang Cartez.

Baru saja ada seseorang yang menabrak punggung Cartez, dan dia terjatuh dengan bokong lembutnya menghantam lantai.

Seorang wanita bersurai hitam terduduk jatuh, dengan selembaran kertas yang berhamburan menimpanya.

Cartez yang terlambat menyadarinya, segera berbalik badan. Dia melihat adanya seorang wanita berparas cantik, dengan mengenakan setelan seragam abu-abu khas organisasi.

"Ma-maafkan aku, nona! Apa kau baik-baik saja?" kata Cartez. Dia terlihat gugup dan panik sendiri.

Cartez segera menunduk, dan mencoba membantunya mengumpulkan selembaran kertas yang tersebar di lantai.

"Ja-jangan sentuh!" Dia berteriak dengan lembut, dan ia segera mencegat tangan Cartez yang mencoba meraih suatu lembaran kertas.

Wajahnya begitu memerah saat dia menepis tangan kanan Cartez. Dan secara tergesa-gesa, ia mengumpulkan kertas-kertas miliknya kembali ke genggaman tangannya.

"Tunggu, aku minta maaf—"

Wanita itu lantas berlari tanpa menghiraukan Cartez.

Cartez menyadari bahwa masih ada selembaran kertas lagi yang tertinggal di dekat alas kakinya.

"Tunggu! Kau ... ini." Cartez terlambat mengatakannya, karena wanita tadi telah menghilang dari pandangannya.

"Ehh?" Cartez merasa bingung karena wanita tadi terlalu cepat jalannya.

Cartez kemudian mengambil kertas tadi, dan tidak sengaja melihat isi tulisan di dalamnya. Cartez membaca adanya suatu laporan tentang masuknya beberapa pengiriman bahan dan senjata. Selain itu, semua tujuan ini mengarah ke satu tempat yang sedang berada dalam masa perkembangan.

Cartez tidak pernah tahu akan adanya hal ini, sehingga muncul rasa penasaran dalam benaknya.

"... Siapa yang bertanggung jawab atas semua ini?"