Berada di tengah-tengah bangunan kemiliteran benteng Erteral, ada suatu ruangan kantor pribadi miliki Cartez. Ruangan ini memiliki tampilan sederhana, hampir tidak ada perabotan apapun selain suatu meja hitam lengkap kursinya.
Tiba-tiba suatu titik merah, dengan adanya pancaran gelombang energi muncul di tengah ruangan Cartez. Kilatan energi biru, dan gelombang energi merah bersatu membentuk arus badai energi kecil. Detik itu, Cartez terpental dari titik lingkaran sihir tadi, dan dia terhempas ke suatu dinding tembok.
Suatu gagang dengan ornamen formula rune sihir yang digenggamnya, kemudian Cartez lemparkan karena memancarkan suhu panas. Bola padat berbentuk hexagon itu kemudian mengepulkan uap panas, sebelum meretak pecah dan hancur.
Cartez masih menggeliat kesakitan karena tulang belakangnya terkena hantaman cukup keras. Selepas itu, Cartez berdiri dengan bertumpu pada kedua lutut kakinya.
Dia berdiri sendirian di dalam tempat itu, dan ruangannya masih terlihat gelap. Hanya cahaya bulan yang menerangi sebahagian ruangan miliknya malam ini.
"Agghh! Gawat! Ini pertama kalinya aku memakai item sihir untuk melakukan perpindahan ruang. Ternyata cara kerjanya sangat praktis sekali! Namun juga lumayan menyakitkan!" guman Cartez seraya memegangi punggungnya.
Namun selepas bergumam dengan wajah ceria begitu, dirinya berubah murung.
"Warryson Held! Tak kusangka kalau kau berniat melakukan semua ini!" Suara Cartez terdengar kental dengan emosi.
Dia kemudian berjalan ke arah kaca jendelanya yang besar, dan menatap suasana kota.
Cartez terlihat frustasi setelah melihat kebenaran dari sisi lain teman dekatnya. Dia hanya bisa menghela napas, dan mulai memikirkan tindakan selanjutnya untuk mengatasi semua masalah ini. Tentunya Cartez menyadari seberapa besar dampak pengkhianatan ini, sehingga dia harus memutuskannya secepat mungkin.
Detik itu, Cartez merasa merinding. Matanya membelalak saat nalurinya merasakan adanya bahaya yang mendekatinya.
"Jadi, namamu adalah Romhean Cartez, bukan?" Suara ini terdengar datar dan dingin. Dan suaranya berasal dari pojokan ruangan.
Cartez semakin gugup saat mendengar suara sedingin es muncul dari belakangnya. Padahal dia sangat yakin kalau sedang sendirian, terlebih dia sudah mengunci pintunya sebelum pergi keluar.
"Si-siapa!?" Cartez tidak sanggup memutar kepalanya untuk menoleh, dan kedua tangannya tengah gemetaran.
Cartez bergeming ketakutan. Dirinya tidak bisa bergerak seolah terbekukan sesuatu.
"Tidak peduli siapa aku, alasanku menemuimu kemari untuk mengatakan satu hal penting. Kau telah terpilih dalam memutuskan nasib dunia ini, Romhean Cartez."
"Haa!? A-apa maksudnya!? Itu!?" tanya Cartez. Tubuhnya masih gemetaran tanpa bisa bergerak. Meski berusaha berpaling, tubuhnya hanya akan gemetaran.
"Untuk meyakinkanmu, akan kutunjukkan padamu, seluruh pilihan alternatif berdasarkan keputusanmu di masa mendatang."
Cartez masih bergeming, sementara orang misterius di belakangnya mulai mendekat. Sedekat mungkin, orang itu berdiri, selagi tangan kanannya menyentuh tengkuk Cartez.
"Lihatlah ...."
Detik itu, kesadaran Cartez berubah menjadi penglihatan akan adanya pecahan prisma semesta tanpa batas yang menampilkan seluruh kehidupan Cartez, namun dengan kehidupan dan masa depan berbeda-beda.
Cartez melihat dirinya yang seminggu dari sekarang terbunuh oleh Warryson Held. Kemudian, ada versi dirinya yang membunuh Ichariuz demi menghentikan pemberontakan. Ada versi di mana Cartez melihat dirinya melarikan diri, dan melihat dunia tenggelam dalam ledakan bara api raksasa yang memusnahkan seluruh populasi umat manusia dan penyihir. Dan versi terburuk dari semua itu adalah, Cartez melihat dirinya sendiri menjadi seorang antagonis dalam semestanya.
Selesai ditunjukkan semua masa depan itu, Cartez tertunduk lemas dengan napasnya yang terengah-engah.
"Mu-mustahil!" Cartez melotot seraya mengepalkan genggaman tangannya. Dia hanya bisa menatap lantai di bawahnya, dan tertunduk dengan rasa putus asa.
"Jika kau masih tidak percaya, sebaiknya kau renungkan kembali masa lalumu. Bukankah kau menyadarinya ketika melihat versi lain dirimu di masa lalu? Alasan kau terlahir ke dunia ini adalah untuk membunuh dia, bukan? Kau merasa bertanggung jawab atas semuanya, bukan?"
"Hentikan!"
"Kau ... telah Iblis dekati untuk mencuri hatimu, Cartez. Semakin kau terlelap dalam emosimu, kau akan terbunuh oleh mentalmu sendiri. Karena itu, aku kemari untuk menunjukkanmu semuanya."
"Tidak mungkin!"
"Biar kukatakan sekali lagi. Jika diriku tidak menunjukkan ini kepadamu, akan ada versi lain dirimu yang memutuskannya. Jika diriku tidak kemari, kau akan terbunuh oleh tanganku sendiri nantinya, Cartez. Karena itu, izinkan aku menolongmu dari takdir ini."
"Mengapa!? Mengapa kau menunjukkan ini kepadaku!?"
"Karena kau telah terpilih—"
"Untuk apa!?" sela Cartez dengan suara yang penuh emosi.
"Untuk menyelamatkan semua orang di masa mendatang. Akan ada banyak orang yang terselamatkan olehmu nantinya, Cartez. Aku tidak bisa mengatakan lebih dari ini. Jika kau tidak mengambil keputusan ini, sesuatu yang jahat dan mengerikan akan terlahir. Kau terpilih, karena kau ... adalah pewaris terakhir dari darahnya. Kau akan mampu mengendalikan kekuatan batu itu, Cartez." Suara sosok misterius ini terdengar jadi halus.
"A-apa yang harus kulakukan!?"
"Ada dua pilihan untukmu. Lakukan saranku dan selamatkan umat manusia dari ancaman rekanmu. Atau, jadilah musuh dunia dan selamatkan semua orang."
"A-apa maksudmu!?"
"Rebutlah batu sihir itu, dan lindungi batu itu dari mata dunia. Sisanya kuserahkan padamu, Cartez. Tentunya kau sudah tahu langkah selanjutnya. Kau berpikir untuk menemui orang itu, bukan?"
"Kau bisa membaca pikiranku?"
"Lakukanlah, Cartez. Peranku di sini hanyalah mengarahkanmu menuju pilihanmu."
Cartez kembali bisa bergerak, segera dia menghunuskan pedangnya seraya ia menyerang ke arah belakang.
"Kau ...!"
Cartez tidak melihat adanya siapapun lagi di dalam ruangannya.
"Dia bahkan tidak menunjukkan semuanya! Tetapi, kurasa aku mengetahui apa yang harus kulakukan."
Selepas mengatakan itu, Cartez memejamkan erat matanya. Ketika dia membuka kembali matanya, raut wajahnya terlihat berubah.
Cartez terlihat tenang, dan terkesan santai setelah mengetahui semua kebenaran ini.
... ...
[2 Hari Kemudian]
Suatu pagar besi perlahan terbuka setelah beberapa orang menarik kail yang menggerakkan rantai tuasnya, pasukan berkuda memasuki halaman utama benteng disusul oleh kereta kuda mewah yang dijaga ketat.
Pagar gerbang kembali ditutup setelah mereka masuk, sekeliling tempat itu dilindungi dinding beton sebagai pertahanan. Beberapa pasukan kekaisaran berjaga di masing-masing posnya.
Sang kusir mulai turun dan membukakan pintu keretanya, seorang pria berpakaian serba putih melangkah keluar lalu melihat ke sekelilingnya.
Romhean Cartez berjalan menghampiri orang tadi lalu memberi sedikit hormat dengan menganggukkan kepalanya, lalu berkata,
"Aku sudah menunggumu, tuan Wenwuu."
"Cartez, ya? Maaf membuatmu menunggu."
"Tidak masalah, silakan masuk."
Mereka berdua lalu masuk ke dalam bangunan besar yang memiliki arsitektur seperti katedral itu, meski tempat ini sebelumnya memang sebuah katedral, sampai bangunan ini rusak dan ditinggalkan pasca runtuhnya era kekaisaran Unhuman yang menguasai Eropa.
Mereka kini saling duduk dan menatap satu sama lain, Romhean Cartez lalu mulai buka suara,
"Jika aku bilang kalau umat manusia sekarang berniat mengkhianati kalian ras penyihir, apa tindakan pertamamu setelah mengetahuinya, tuan Wenwuu?"
"Apa maksud pertanyaanmu itu, Cartez?"
"Tolong, jawab saja."
"Hmmm ... kurasa kami akan mendeklarasikan pengkhianatan dan bersiap atas segala konflik yang akan menanti ke depannya, kurasa seperti itu."
"Apa itu berarti kalian juga siap untuk menghabisi seluruh umat manusia jika ada salah seorang dari kami menyakiti kalian?"
"Kurasa tidak serumit itu, jika salah satu dari kalian berusaha mengkhianati kami, maka konsekuensi terburuknya adalah kepercayaan yang sudah ditaruh oleh kami akan hilang. Kau tau, untuk memercayai pihak manusia dari kekaisaran sekarang saja clan kami sedang mulai retak. Jadi, jika ada dari kalian yang memercikkan bara apinya ke tumpukan daun kering, maka semuanya akan hangus terbakar menjadi abu."
"Aku mengerti. Terimakasih atas jawabanmu, tuan Wenwuu. Sekarang aku menjadi sangat yakin dengan pilihanku."
"Sama-sama. Sebenarnya, ada masalah apa yang sedang kau sembunyikan, Cartez? Ceritakan padaku."
"Aku baru-baru ini mengetahui ada beberapa orang dari kekaisaran mulai tidak terima dengan lingkungan yang sekarang, sebagian dari mereka berniat mencuri materi inti yang menjadi sumber pedang sihir untuk kepentingan pribadinya."
"Apa? Kenapa kau tidak bilang dari awal—"
"Tenanglah, aku sudah memikirkannya, tuan Wenwuu. Aku tau kalau permintaanku ini mungkin akan sangat egois. Tapi, bisakah kau membantuku untuk mencapai sebuah solusi yang lebih baik demi kelangsungan hidup banyak orang di luar sana?"
"Jelaskan padaku maksudmu itu, Cartez."
"Aku berniat mencuri batu itu sebelum mereka dan membawanya pergi keluar dari wilayah kekaisaran—"
"Tunggu ... hal gila apa yang baru saja kudengar?"
"Aku masih belum selesai, tolong dengarkan penjelasanku, tuan Wenwuu. Semua pilihan yang akan kuambil akan tetap berujung pada perpecahan antar kedua belah pihak, jika bukan aku yang mengamankan batu itu ... siapa lagi dari pihak manusia yang akan mempertahankannya? Kehilangan pembuatan pedang sihir akan mengakibatkan hancurnya The Executor. Aku sudah memikirkannya berulang kali, untuk bisa tetap menjaga kekuatan umat manusia yang sekarang, aku harus menyembunyikan batu itu dari mata dunia."
"Jadi begitu ...."
"Rencanaku yang sebenarnya adalah ... menciptakan negeri tersembunyi yang bisa dipindahkan kapanpun itu. Wenwuu, bantu aku dengan sihir kalian untuk menciptakan kapal sihir terbesar yang bisa menampung kehidupan banyak orang di dalamnya. Aku ingin kau membujuk ras penyihir yang mau bekerja sama untuk pindah ke kapal itu ketika penyerangan di hutan suci terjadi, dan pada saat itu aku akan menjebak Warryson Held dan memaksanya menyerah."
"Apa ini seperti yang kubayangkan, maksudmu seperti bahtera yang dulu pernah mengarungi banjir terbesar dalam sejarah dunia, kan?"
"Benar ... konsepnya kurang lebih seperti itu. Tapi, yang ini untuk bisa menampung kehidupan manusia dalam jangka waktu tak terbatas selama kapal tersebut bisa berlayar."
"Aku mengerti, aku akan mengatur sisanya."
"Aku sangat berharap padamu, tuan Wenwuu. Jika aku tidak bisa membawakan kedamaian bagi seluruh dunia, setidaknya aku bisa menciptakan kedamaian itu sendiri dalam utopiaku."
Wenwuu tersenyum sambil sedikit tertawa mendengar itu dari Cartez, selama ini ia tidak pernah berbicara seserius ini dalam pertemuan mereka, dan kini ia bisa melihat sifat asli dari Romhean Cartez.
"Baiklah ... jika kau berurusan dengan para penyihir, maka sebaiknya kau membawa ini, sepasang belati yang memiliki 'Rune' kutukan untuk menyegel aliran energi sihir lawan yang terkena serangannya."
"Terima kasih ...."