Chereads / UnHuman / Chapter 38 - #37 - Pengkhianatan & Hukuman - Bagian 4

Chapter 38 - #37 - Pengkhianatan & Hukuman - Bagian 4

Cartez terlambat menyadarinya. Anak panah itu melesat dengan kecepatan suara. Cartez hanya sempat melirik, dan menggerakkan tangannya— saat sama ketika Noir menjulurkan tangan kirinya, dan melepaskan suatu sihir.

Detik itu juga kedua anak panah tadi mengaktifkan suatu rune sihir, dan menciptakan rangkaian ledakan energi. Bara api meluap dari salah satu anak panah, dan gelombang kejut terhempas dari panah lainnya. Daya ledak tersebut mampu mementalkan mereka bertiga ke berbagai arah. Kobaran api dengan cepat meluap, dan menelan mereka semua dalam gejolak api merah raksasa.

Warna merah meliputi pandangan mata Cartez. Saat sama ketika tubuhnya berputar, dan terhempas dengan kencang. Tubuh Cartez kemudian menggelinding jatuh, dan kepalanya terbentur permukaan tanah. Itu adalah cara jatuh yang paling menyakitkan.

Telinga Cartez berdengung untuk sesaat, dan secara samar dia bisa mendengar suara ringkikan kudanya yang menjerit. Namun, pandangan matanya masih setengah kabur. Sesaat kemudian, Cartez menyaksikan suatu pemandangan suram mengelilinginya.

Mata Cartez membelalak. Dan mulutnya sedikit menganga, sebelum dengan cepat dia mengatup mulutnya secara erat. Cartez menyaksikan suatu percikan bara api, dan kobaran merah yang membakar seluruh area hutan di sekitarnya. Dia sempat melihat seekor kuda yang berlari, dengan sekujur tubuhnya tengah terselimuti kobaran api.

'I-ini ....'

Cartez kemudian tertunduk lemas, dan duduk bersimpu di atas tanah seraya meratapi pemandangan suram ini.

"Kau tidak apa-apa, tuan ...?"

Noir mendadak muncul di hadapan Cartez, mengalihkan perhatiannya ke ekspresi datar Noir yang tidak berubah.

"... Noir? Syukurlah. Aku ... baik-baik saja. Terima kasih karena sudah menyelamatkanku, Noir. Bagaimana denganmu?"

Noir hanya mengangguk atas pertanyaan itu. Ketika Cartez akan meraih uluran tangan Noir sebelumnya, Noir sempat membentuk sihir 'Spell of Lecasth' agar memberi zirah energi yang bisa menyerap segala bentuk serangan fisik maupun sihir. Karena hal inilah, Cartez tidak merasakan cedera berarti ketika terkena efek ledakan, maupun benturan.

Cartez baru menyadari ada sesuatu yang kurang darinya. Dia kemudian menoleh ke sekitarnya, dan mencari seseorang. Namun, dia tidak melihat adanya Fyierra di dekatnya.

"Fyierra ...! Fyierra! Di mana kau!?"

"Tuan ...!" Ada respon suara kecil dari kejauhan.

"Fyierra!"

Cartez mulai khawatir, dia hanya bisa melihat kobaran api merah menyala di sekelilingnya.

"Fyierra!"

Sesaat kemudian, seseorang melompat keluar dari balik kobaran api merah yang menyala. Dengan santainya, Fyierra menempuh dinding kobaran api merah yang menari-nari, dan segera berlari menghampiri Cartez. Fyierra tampaknya tidak tersentuh sama sekali oleh api merah barusan. Fyierra masih bersikap santai, dia bahkan tersenyum tipis saat bertemu dengan Cartez kembali.

"Aku di sini ...! Apakah tuan baru saja mengkhawatirkanku? Fhufhufhu ...." Fyierra sempat-sempatnya tertawa meski dalam situasi seperti ini.

"Fhuuh .... Kau ini, sebaiknya kita segera lari dari sini sebelum mereka data—"

Perkataan Cartez terhenti saat menyadari adanya suatu pergerakan yang bersembunyi di balik semak belukar, serta bayangan batang pohon. Sesaat kemudian, sesosok kepala berwajah serigala, dengan taringnya yang mencuat keluar, berjalan dari balik kobaran api merah menyala.

Makhluk ini mendengus, air liurnya menetes dari sobekan mulutnya yang menganga dan memanjang sampai ke dadanya. Suatu bola mata memenuhi sisi wajahnya, dan ada sepasang tanduk pada pelipisnya, mencirikan karakteristik Unhuman liar.

Cartez segera berdiri, dan dia langsung kaget saat melihat sekelilingnya. Sekelompok Unhuman liar sudah mengepung posisi tempat Cartez berpijak.

Sesaat kemudian, suara derap langkah kuda datang dari arah belakangnya Cartez. Sosok Warryson Held muncul dengan mengendarai seekor kuda, dan dia berhenti beberapa jarak. Beberapa prajurit berkuda yang mengikuti Warryson, kemudian mengelilingi Cartez.

Warryson Held kemudian turun dari kuda tunggangan, sembari menghunuskan sebilah pedang. Warryson sedikit mengerutkan sudut matanya, dan tatapannya begitu dingin. Warryson sekali melangkah, seraya berkata,

"... Romhean Cartez, lama tidak bertemu."

Suara Warryson terdengar dingin. Dia kembali mengambil langkah kecil, walau hanya sekali, Held masih tetap menjaga jarak dengan Cartez.

"Warryson Held! Kau ...!" Cartez mengeratkan giginya, dan sorot kemarahan terukir ke dalam ekspresinya.

"Romhean Cartez ... jika kau berada di sini, itu artinya kau sudah mengambil sesuatu yang seharusnya menjadi milikku. Bisakah kau kembalikan itu kepadaku?"

"Huh!? Milikmu kau bilang? Hoi! Held! Buka pikiranmu! Kau bahkan berniat mencurinya dari mereka bukan?"

"Kau sudah mengetahuinya? Cartez? Kalau begitu, aku tidak perlu repot menjelaskan tujuanku kemari. Sekarang, berikan kepadaku batu itu. Kita tidak harus perlu melakukan pertikaian hanya untuk hal seperti ini, Cartez."

Warryson Held masih menjaga wajah datarnya, begitu juga nada bicara serta sikapnya yang tenang.

"Hentikan ini semua sekarang, Held! Mengapa kau mau melakukan ini!? Mengapa kau berubah menjadi seperti ini!?" teriak Cartez.

Warryson Held memutar sedikit arah wajahnya, dan dia menatap Cartez dengan lirikan sebelah matanya.

"... Berubah kau bilang? Bukankah harusnya aku yang bertanya seperti itu? Katakan padaku, Cartez. Mengapa kau mengkhianati kami, Cartez? Mengapa kau meninggalkan kami, dan memilih untuk mencuri batu itu dariku? Cartez, sebenarnya ... siapa yang penjahat sesungguhnya dari kita? Siapa musuh kita sebenarnya ...!?"

"...."

"Apakah itu kau? Ataukah aku? Awalnya aku sangat menghormati sosokmu, Cartez. Dulunya kau adalah seorang panutan bagi orang gagal sepertiku. Kau bahkan sudah kuanggap seperti sahabat karibku. Namun, sekarang kau malah memilih jalanmu sendiri untuk berkhianat dari hadapanku. Katakan padaku, Cartez! Mengapa kau melakukan ini semua?" sambung Warryson Held dengan suaranya yang datar.

'Dia ngelantur apa, sialan?' Suara benak Cartez.

"... Biar kukatakan satu hal saja, Warryson Held. Hentikan kegilaanmu sekarang sebelum terlambat," kata Cartez.

"Menghentikan apa? Jika kau ingin berkata menghentikanmu, maka itulah yang sedang kucoba lakukan sekarang."

"Held ... kau!? Apakah kau tidak menyadari apa yang sudah kau lakukan!?"

Warryson Held menekuk sedikit sudut mulutnya. Dan sorot wajahnya masih terlihat dingin. Held kemudian berkata,

"... Kau bahkan tidak memahami maksudku sebelumnya, Cartez. Dari sudut pandangku sekarang, kau adalah pengkhianatnya. Jadi katakan padaku, berada di pihak mana kau sekarang, Cartez?"

Cartez mengepalkan erat kedua genggaman tangannya, seraya menjawab,

"Lihatlah sekelilingmu, sialan! Setelah kau bersekutu dengan Unhuman seperti ini, kau masih menganggap dirimu seorang ksatria!?"

"Menurutmu, aku peduli akan gelar panggilan bodoh itu? Ksatria? Memangnya kau mengira aku peduli akan hal itu, Romhean Cartez? Apakah kau ingat? Ketika kita masih bersama dalam memerangi Unhuman, kau pernah mengatakan sesuatu kepadaku. Kau berkeinginan untuk membasmi seluruh Unhuman di dunia ini, bukan!? Kau berniat melenyapkan mereka semua, bukan? Apakah kau sanggup, membunuh seluruh umat manusia agar Unhuman tidak pernah lagi ada?"

Cartez membelalak kaget mendengar pengakuan Warryson Held. Logika macam apa yang sedang dia pikirkan? Apakah dia sudah gila?

"Mana mungkin ... aku sanggup melakukannya! Meski aku tahu kalau menghabisi semua Unhuman di dunia ini terdengar mustahil. Akan tetapi, pikiran gilamu itu tidak pernah sekalipun terbayangkan olehku. Karena tujuanku adalah menjaga kedamaian semua orang saat ini, dan melindungi senyuman semua orang!" jawab Cartez dengan suaranya yang lantang.

"Jangan membuatku tertawa, Cartez! Tidak ada yang namanya kedamaian di dunia ini! Sampai dunia ini hanya tersisa untuk kita, umat manusia saja, maka itulah kedamaian yang sesungguhnya." Warryson Held berkata dengan nada penuh tekanan. Ekspresinya tak sedikitpun berubah, namun dia terlihat seperti memendam suatu marah, hingga ilusi mengerikan melukis bayangan wajahnya.

"Kurasa kau sudah menjadi semakin tidak waras ... Held!"

"Aku bisa mengerti perasaanmu, Cartez. Aku sangat memahami apa yang kau pikirkan. Karena, aku dulunya pernah memikirkan hal yang sama sepertimu, hingga aku tersadarkan bahwa semuanya terlalu mustahil untuk bisa terwujudkan. Aku yakin, kau juga pernah terbesit solusi sama sepertiku. Atau mungkin, kau sedang akan melakukannya sekarang."

"Jangan menyamaiku dengan dirimu, Held! Kau tidak pernah tahu apa-apa tentangku."

"Sepertinya kau bersikeras mempertahankan ideologi tidak bergunamu itu, Cartez? Jadi begitu ... aku mengerti apa yang sedang kau coba lakukan sekarang. Sepertinya ... aku memang selalu membencimu, Cartez. Selamat tinggal," kata Warryson Held.

Selesai Warryson Held berbicara, sebuah anak panah melesat dari suatu tempat, dan mengincar Cartez. Noir sudah menduga akan serangan ini, dan ia telah berjaga di samping Cartez sejak awal. Noir dengan cepat menangkap anak panah itu, dan menetralisir sihir Rune milik Dryad.

Ratusan kaki dari jarak mereka berada, ada sosok Dryad yang sedang bertengger pada dahan pohon. Tubuhnya membaur dengan dedaunan rindang, dan hanya memperlihatkan wajah beserta busurnya. Dryad kembali mengambil anak panah dari kantong pakaiannya, dan segera membidik Cartez.

Sementara Warryson Held, beranjak mundur seraya mengangkat tangan kirinya sebagai tanda perintah.

Semua prajurit berjubah hitam yang mengikuti Warryson mulai menghunuskan pedangnya. Dan para Unhuman liar seperti terkendalikan sesuatu, hingga mereka berlari mencoba menyerang Cartez.

Cartez menghunuskan sebilah belati dari tangan kirinya. Dia bersiaga dengan memasang kuda-kudanya. Cartez menarik napas dalam-dalam, dan menargetkan semua Unhuman liar dalam jangkauan serangannya.

Sementara itu, Noir dan Fyierra bergeming tanpa persiapan apapun. Noir hanya memasang ekspresi datar. Dan Fyierra, masih menyeringai dengan kedua tangannya menyentuh belakang kepalanya.

"Mereka datang ...," ucap Noir dengan suaranya yang lembut.

"... Siapa?" sahut Cartez saat melirik Noir.

Seketika muncul hembusan angin dingin yang membawa suara desiran lembut. Dedaunan berjatuhan, bersama padamnya seluruh api yang menyelimuti area hutan ini. Belum sempat Cartez berkedip, dia sudah melihat genangan darah membanjiri bawah kakinya.

'A-apaan—'

Belum sampai disitu, Cartez terkejut saat menyadari seluruh Unhuman di sekelilingnya tercincang tanpa sisa. Belum lagi para prajurit berjubah hitam yang telah kehilangan kepalanya.

Cartez kemudian melihat sesuatu yang tak diduga-duga. Dia menyaksikan seorang Warryson Held, tengah terpojok saat menangkis ayunan pedang seseorang. Sosok orang dengan sekujur tubuhnya terbungkus oleh jubah hitam, dan kedua tangannya menggenggam suatu pedang yang terlumuri cairan merah, tengah menekan pedangnya sekuat tenaga ke arah Warryson Held. Dan Warryson memberikan perlawanan serupa.

"Maafkan keterlambatanku, tuan Cartez," kata orang berjubah hitam itu. Suaranya terdengar seperti seorang pria.

Sementara itu, Dryad masih membelalak kaget saat menyadari semua rekan-rekannya telah tewas, dan terkapar jatuh ke tanah. Dryad segera melompat turun dari atas sana. Seekor kuda sudah tampak menantinya dari bawah pohon.

Dryad langsung terjun bebas menuju kudanya— dan mendarat duduk ke atas pelana kudanya— saat sama ketika Dryad menyadari adanya suatu garis energi berwarna merah tua yang membentuk perwujudan tali sihir, muncul dari hadapannya. Leher Dryad terjerat suatu tali sihir, dan sesaat kemudian dua tali sihir lainnya muncul menjerat kedua tangan dan kakinya. Dryad seketika ditarik ke balik bayangan pepohonan, dan dirinya menghilang dalam gelapnya hutan belantara. Terdengar sedikit suara berontak dari Dryad, dan darah yang merembes keluar dari balik dedaunan.

Warryson Held kini merasakan kehadiran beberapa orang yang memiliki aura kuat. Saat itu juga, dia langsung memasang kuda-kudanya di hadapan lawan. Held melebarkan jarak antar kedua kakinya, dan jemarinya seketika mengeras, hingga memunculkan urat pembuluh darahnya.

Detik itu juga energi dari pedang sihirnya Held memunculkan cahaya putih yang berkobar layaknya api. Tidak mau kalah, lawannya juga melepaskan seluruh energi sihirnya, hingga mata pedangnya memancarkan pendar cahaya ungu tua yang menyala.

"Held ... kau! Gawat! Kita harus menghentikan mereka!"

Cartez mencoba berlari ke depan, namun pergelangan tangannya tiba-tiba ditarik oleh Noir.

"Biarkan mereka yang melakukannya, tuan ...."

"Apa maksudmu? Mereka? Siapa?"

"Mereka adalah orang-orang dari kelompokku yang juga akan ikut membantumu ... percayakan saja pada mereka ...," kata Noir.

Warryson Held dengan cepat membantingkan pedang bersama serangan lawannya, dan saat lengannya bergerak mencoba menyerang— suatu energi sihir yang membentuk serangkaian tali berwarna merah tua, muncul dari balik bayangan pepohonan dan segera menjerat kedua pergelangan tangannya Held. Sesaat kemudian, sihir serupa datang menjerat kedua pergelangan kakinya. Held kemudian tertarik ke belakang, dan tubuhnya terjatuh dengan menghantam tanah.

Dua sosok yang mengenakan setelan jubah hitam, berjalan keluar menghampiri Warryson Held. Kedua tangan mereka menggenggam sumber sihir 'Bind of Lecasth' yang mereka pakai untuk menjerat targetnya. Sihir ini memiliki wujud berupa kumparan energi 'Shi' dan menjadikannya sangat kuat.

Kedua wanita berjubah hitam itu masing-masing menahan satu tangan dan kaki Warryson Held dari sisi kiri dan kanannya.

Setelah cukup dekat, mereka sengaja menegapkan tubuh Warryson Held dengan menarik talinya. Kini Warryson Held berlutut tegap dengan menghadap Cartez. Seorang pria berjubah hitam sebelumnya kemudian segera menghunuskan mata pedangnya ke atas leher Warryson Held.

"Tunggu! Biarkan aku bicara dengannya."

Cartez lantas menghampiri Warryson Held, dan menghadapnya secara bertatapan langsung.

"Warryson Held ... sebaiknya kau hentikan ini. Menyerahlah dan akui saja kekalahanmu. Ini masih belum terlambat."

Warryson Held tiba-tiba menggigit bibirnya karena mencoba menahan tawanya. Dia bahkan tidak mencoba menunjukkan rasa bersalah, atau memperlihatkan emosinya sekarang. Sorot ekspresinya benar-benar datar. Held kemudian berkata,

"Terlambat? Ini baru saja dimulai, Cartez! Kau bahkan tidak menyadari apapun! Kau ... ataupun aku hanyalah bagian dari takdir ini! Kau menentang aturannya, dan mereka akan menganggapmu sebagai seorang pengkhianat! Aku melakukan hal sama, dan mati sebagai seorang Musuh! Tidak ada pahlawan dalam cerita ini, Cartez!"

"Persiapkan dirimu! Sebentar lagi, sebentar lagi semuanya akan menjadi jelas! Setelah mentari akan terbit, dan menyingsing seluruh daratan, kau akan segera melihatnya. Ini bukanlah hanya sekedar perebutan batu itu saja. Ini adalah ... hukuman darinya!"

Warryson Held kini menunjukkan emosinya bersama semua perkataannya barusan. Matanya memerah dan membelalak penuh amarah. Dia mengeratkan giginya, hingga suatu cairan merah mengucur keluar dari bibirnya.

"Kau ... apa mungkin! Kau juga mendengarnya!?"

Cartez tidak menyadari bahwa malam telah berganti fajar. Ketika ufuk di langit Timur mulai menunjukkan cahayanya, seluruh sinar mentari menyingsing daratan ini. Bersama terbitnya matahari, perhatian mereka semua teralihkan ke arah cahaya terang-benderang yang membentuk suatu tonggak lurus.

Cakrawala kala itu bagaikan dilukis oleh cahaya putih yang menyilaukan. Sesaat kemudian, cahaya putih itu melepaskan kilatan hitam dan dentuman nyaring yang mengguncang seluruh daratan. Langit bagaikan menyambar sesuatu, dan melepaskan tombaknya untuk menghukum bumi.

Sesaat setelah itu, cahaya putih itu berubah menjadi kepulan awan merah. Jelas sekali sesuatu telah terjadi di sana. Hanya Cartez seorang di sini yang membelalak kaget. Wajahnya berubah pucat pasi.

"Arah itu ... apa jangan-jangan—"

"Menurutmu ... apa yang sedang terjadi kepada ibu kota kekaisaran, Cartez?"

Warryson Held masih menatap Cartez dengan sorot matanya yang dingin. Cartez tampak melotot kesal sesaat mendengar pertanyaan Held, terlebih melihat wajah Held sedatar itu, membuat Cartez semakin bertambah marah.

"Apa yang sedang kau lakukan, Held!?"

"Tidak ada ... aku tidak melakukan apapun. Bukankah aku hanya bertanya kepadamu?"

Cartez baru menyadari kalau batu sihir yang tersimpan di dalam kantong mantelnya, mendadak bersinar. Pendar cahaya kuning keemasan itu menyala dengan terangnya. Bersamaan dengan itu, suatu lingkaran energi mendadak memercik di belakang mereka.

Portal berbentuk cincin berwarna pendar cahaya merah, terbuka di belakang mereka semua. Dari lubang antar ruang tersebut, Wenwuu berjalan dengan langkahnya yang tersendat. Sekujur tubuh Wenwuu bermandikan cairan merah, dan rambut hitamnya berubah suram oleh noda darah.

"Cartez ... segera tinggalkan daratan ini sekarang ... sebelum semuanya terlambat. Orang itu ... dia tidak hanya merencanakan pencurian batu sihir itu saja. Ini semua hanyalah pengalihan." Suara Wenwuu berubah dingin, dan wajahnya yang suram tampak datar.

"Wenwuu, kau ... baik-baik saja?" tanya Cartez dengan suaranya yang terbata-bata.

"Perpecahan di clanku telah mencapai batas. Hal yang kucoba cegah sedari awal kini sudah tak terelakkan lagi. Ras penyihir ... telah terpecah-belah. Kurasa, hal ini akan memperburuk keadaan ke depannya."

"Berarti darah itu ... apa mungkin—"

"Kau benar tentang hal ini, Cartez. Awal dari semua kekacauan ini diakibatkan oleh salah seorang dari kami yang terlalu terobsesi dengan kekuatan batu itu. Sudah saatnya kau yang menjaga 'batu' itu dari nafsu jahat dan keegoisan makhluk dunia ini, Cartez. Jadi, cepat pergilah ke balik portal itu ... sekarang!"

"Wenwuu ... maaf. Seharusnya ini tidak berakhir seperti ini."

"Jangan meminta maaf kepadaku. Tidak perlu khawatir ... aku akan mengurus sisanya, serahkan orang ini kepadaku ...."

"Tuan ...?"

Noir dan Fyierra beserta rekan-rekannya menatap Cartez, menunggu ia mengambil keputusan selanjutnya. Cartez termenung untuk sesaat memikirkan kembali semua tindakan yang telah ia ambil.

"Apakah ini ... keputusan yang benar?" gumam Cartez.

Noir tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke hadapan Cartez. Noir lalu berkata dengan suara yang halus,

"Tuan ... apapun yang terjadi, kita harus mengamankan batu itu. Jangan mencoba menyalahkan dirimu. Jika bukan keputusan ini yang kau ambil, maka kami tidak akan pernah ada di sini bersamamu ...."

"Noir ...." Fyierra membelalak kagum, dan sudut-sudut mulutnya melengkung ke atas. Dia bahagia bisa melihat ekspresi hidup Noir yang seperti ini.

Cartez perlahan sadar dan berusaha menerimanya, ia meneguhkan hatinya dan harus melanjutkan apa yang sudah ia mulai.

Warryson Held tiba-tiba saja tertawa. Gelak tawanya sangatlah mengerikan. Ini kali pertamanya bagi Cartez bisa melihat ekspresi berbeda dari sosok Warryson Held. Held lalu berkata,

"Tidak ada jalan kabur! Kebangkitannya telah tiba! Kemanapun kalian pergi, dia akan menemukan kalian! Teruslah berlari! Cartez! Jangan pernah kembali! Dan menginjakkan kakimu lagi ke daratan! Aku mengutukmu!"

"Cepat pergilah, Cartez. Mereka sudah menunggumu di sana," ucap Wenwuu selagi berjalan menghampiri held.

Cartez terkejut menyadari kalung liontin yang sedang digenggam Wenwuu di tangannya.

"Wenwuu ... aku berhutang banyak kepadamu," sahut Cartez.

Wenwuu mengangkat tangan kirinya, dan ketika itu lingkaran sihir di belakang mereka bergerak maju menelan mereka semua ke dalam portalnya.

Dalam sekejap saja, ruang di sekitar mereka berubah menjadi hamparan pasir dan tepian air lautan. Mereka berenam kini berdiri di area pesisir pantai, dan menghadap suatu penampakan kapal layar raksasa yang sedang mengambang di tepian laut.

"Ini ... kapalnya?"

Kapal tersebut sangatlah panjang dan lebar, di atasnya pilar tiang berjejer mengibarkan kain layarnya. Luas dek di atasnya sangatlah besar, bahkan terdapat bangunan megah di tengahnya. Kapal layar bak bahtera ini mampu menampung puluhan ribu jiwa di dalamnya, terlebih masih terdapat ruang kosong dari empat dek lantai ke bawahnya.

"Kereeeen ...!" gumam Fyierra. Sorot kekaguman terpancar pada matanya.

Tiba-tiba terdengar suara derap langkah kaki seseorang. Saat Cartez menoleh, ada seorang pria berambut putih yang berjalan dari suatu sekoci. Dia berjalan ke arah Cartez, seraya berkata,

"Ternyata kalian sudah sampai, ya? Selamat datang di kapal sihir bangsa Exorcist, tuan dan nyonya."