Chereads / OBSESSION BOYFRIEND / Chapter 15 - 15 - OBSESSION BOYFRIEND

Chapter 15 - 15 - OBSESSION BOYFRIEND

"Gue gak pernah main main sama ucapan gue, berani lo pergi dari gue. Gue bakal habisin orang-orang di sekitar lo".

Apa yang harus lidya lakukan sekarang, apa ia menerima jendra di kehidupan nya mulai sekarang? Ya Tuhan dia tak ada rasa sama sekali dengan jendra. Ditambah semua sikap jendra yang membuat lidya berfikir dua kali untuk menerima jendra. Jendra terkadang berubah menjadi mengerikan dan menakutkan jika semua tidak berjalan sesuai kehendaknya.

Dan akan berubah jadi iblis jika ia tak menurutinya. Ia sangat takut, melihat kondisi rasya saja sudah membuatnya meringis, apalagi nanti jika ancaman jendra benar akan melukai keluarganya.

Tidak.. la tidak boleh menyerah, bukan kah jendra seperrti bom waktu yang tak tau akan meledak ? Walaupun ia berstatus pacar dengan jendra atau tidak, jendra akan tetap melukai orang disekitarnya. Perbedaannya jika ia tidak memenuhi perintahnya, jendra akan mewujudkan semua ancamannya.

ia akan tetap berusaha untuk bisa putus dari iblis ini apapun caranya.

"Tidur". Ucap jendra sambil memeluk tubuh lidya erat seolah tak ada hari esok.

Dengan lembut lidya melepas tangan jendra yang berada di pinggangnya.

" Jangan pernah nolak gue atau lo bakal dapet yang lebih dari ini ". Ancam jendra penuh penekanan

Lidya berhenti bergerak, sepertinya ia harus terbiasa dengan jendra sekarang. Ia benar benar takut pada jendra sekarang, karna kondisinya jauh dari lingkungannya. Tak ada orang 1 pun di villa ini, bahkan harus melewati hutan lebat terlebih dahulu.

"Gu.. Gue gak nyaman, gue gak bisa tidur". Ucap lidya takut membuat jendra marah

" Kenapa hmm" Jawab jendra sambil menelusupkan wajahnya di leher gadisnya.

"Hmm.. Bisa nggak lo pakek baju?". Ucap lidya hati hati

"Mulai sekarang lo harus terbiasa, gue gak bisa tidur pakek baju". Jawab jendra mutlak

"Klo gitu--"

"Tidur!! " Ucap  jendra di telinga lidya diakhiri gigitan kecil di telinga nya.

Lidya meringis geli kemudian mencari posisi nyaman di pelukan jendra, sedangkan jendra mengelus rambut lidya pelan sampai sang putri tertidur.

"Good night baby"

Cup

---------------------

"Sakitttt.. Auuu". Lidya merintih kesakitan saat merasakan tiba tiba perutnya sakit, biasanya rasa sakit ini akan muncul saat ia sedang haid.

Bagaimana bisa lupa tanggal datang bulannya. Meringkuk sambil memegangi perut sepertinya bukan hal yang akan menghilangkan rasa sakitnya.

Lidya bangun dari tempat tidurnya, melihat jam yang ternyata masih pagi buta. Ia meringis merasakan perutnya kembali nyeri.

" Sayang kenapa? ". Ucap jendra saat mendengar suara gadisnya meringis kesakitan.

" Perutku sakittttt.. Hiks.. Hiks".

Oh tidak ia akan terlihat sangat manja saat sakit. Ia tidak mungkin manja ddengan jendra setelah apa yang terjadi kemarin. Jendra memeluknya lembut.

"butuh apa sayang? ".

Ia meringis geli, apa ia akan bilang sejujurnya. Tapi Ia sangat malu mengatakannya sekarang, tapi sepertinya ia tak punya pilihan lagi.

Lidya merentangkan tangannya di depan jendra. Jendra menyerngitkan dahi bertanda bingung.

" Gendong" Ucap lidya berbisik sambil menahan malu. Mau bagaimana lagi rasa sakit di perutnya tak memperdulikan rasa malu lagi, rasanya bener benar sakit sekarang.

Mendengar gadisnya berbisik pelan membuat jendra tersenyum tipis. Sungguh sangat menggemaskan melihat lidya manja seperti ini, ahh sepertinya jendra sangat suka dengan lidya yang manja seperti ini. Tak menunggu waktu lama jendra berdiri dan langsung menggendong lidya didepan seperti koala.

"Mau ambil tas". Ucap lidya pelan

Jendra menurunkan lidya di sofa tempat tas lidya berada. Lidya mengambil sesuatu kemudian merentangkan tangannya lagi. Jendra tersenyum, ia langsung menggendongnya lagi. Kini dia tau penyebab gadisnya manja. Karena gadisnya sedang haid.

Walau sedikit heran kenapa ia berubah jadi sangat manja sangat berbeda dengan beberapa waktu lalu yang berubah jadi singa betina. Sepertinya gadisnya ini akan berubah menjadi sangat manja saat merasakan sakit.

"Ke kamar mandi". Pinta lidya pelan

Jendra menurutinya menggendong perlahan dan mendudukkan lidya diatas toilet.

"Aku tunggu diluar". Ucap jendra

Cup.. Jendra mencium kening lidya lembut. Lalu menutup pintu kamar mandi pelan.

"Jendra... Udah selesai". Teriak lidya dari dalam kamar mandi

Jendra membuka pintu dan menggendong gadisnya seperti semula. Sepertinya gadisnya tak ingin jauh darinya sekarang, lihatlah sekarang gadisnya menyandarkan kepalanya di bahu jendra, tak lupa kedua tangannya yang ia kalungkan dileher jendra.

Jendra tersenyum gemas, sepertinya ia ingin lidya seperti ini selamanya. Ia sangat menikmatinya sekarang, tak henti hentinya jendra mengelus punggung lidya pelan dan sesekali mencium puncak kepala gadisnya.

Jujur saja lidya merasa sangat nyaman sekarang, mendengar degub jantung dan suhu tubuh jendra membuat lidya merasa lebih baik dari sebelumnya.

"Masih sakit sayang? " Tanya jendra

"Maasiih". Ucap lidya jujur karna memang ia sangat benci merasakan nyeri yang melilit di perutnya, terkadang ia harus berguling guling di atas kasur sambil menangis. Liliana selalu membuatkannya ramuan herbal untuk membuatnya sedikit lebih baik.

"Duduk sini bentar sayang.. Aku mau bikinin kamu teh". Ucap jendra halus

"Ga mau" Ucap lidya tak lupa dengan gelengannya. Dengan menampilkan kedua mata yang berkaca seolah air mata itu akan segera turun.

"Iyaiya gak turun". Jawab jendra mengalah

"Susu aku mau susu". Ucap lidya sambil menatap jendra memelas

"Oke susu". Ucap jendra kemudian

"Makasii.. ". Jawab lidya tersenyum

Cupp

Jendra mematung kaget, apa ia tak salah? Lidya menciumnya lebih dulu.. Oh tidak jendra sangat senang sekarang bahkan senyumnya menampilkan semua giginya. Lidya menyerngit ? Apa jendra sehat? Kenapa ia tersenyum lebar sekali? Melihat jendra yang tersenyum lebar saja sangat jarang bahkan tidak pernah.

"Sayang kamu cium aku? " Tanya jendra dengan senyumnya yang dijawab anggukan aneh dari lidya.

Jendra refleks memutar lidya digendongannya sambil tertawa. lidya yang berada di gendongan jendra pun hanya tersenyum melihat ekspresi jendra yang menurutnya sangat berlebihan

Sekarang disinilah mereka, berakhir di depan tv menonton film setelah kejadian heboh itu. Bahkan senyum jendra sampai saat ini tak lepas dari wajahnya.

Jendra sangat sabar dan telaten mengurus lidya yang sakit perut. Mulai dari menyiapkan kantung hangat untuk mengompres perut lidya. Membuatkan susu panas sampai membuat mie instan untuk mereka berdua.

Sekarang film romance indonesia menjadi tontonan mereka berdua. Dengan posisi meluruskan kaki dan memakai selimut  untuk mengurangi udara dingin ditubuh mereka.

"Aku mau pulang" Ucap lidya memecah keheningan

"Sekarang masih hari sabtu yang"

"Gak mau. Mau pulaaannnggg" Rengek lidya

"Nurut bisa! " Ucap jendra dengan nada rendahnya

"Iyaa.. " Jawab lidya menciut

"Good girl" Ucap jendra sambil mengelus rambut lidya pelan

Ia mau tak mau harus menuruti semua apa keinginan jendra mulai sekarang. Karena ia tak mau kejadian semalam menjadi kenyataan.

Flashback

"Gue gak akan biarin lo mati gitu aja sayangg". Ucap jendra

Jendra melepas bajunya. Lidya tak bisa berfikir lagi. Ia takut, ia sungguh tak mau semua berakhir seperti ini.

" Jend.. Stopp .. Hiks.. Hikss.. Gue mohon berhentii.. Gue takutt hiks.. Hiks.. " Teriak lidya lantang sesenggukan

"Hiks.. Hiks.. Gue janji hiks.. Gue bakal belajar hiks suka sama lo.. Hiks gue janji gue gak akan pergi dari lo hikss". Lanjut lidya

"Gue mohon berhenti.. Gue takutt.. " Ucap lidya memohon

Jendra menyeringai puas, setelah mendengar ucapan gadisnya.

"Ssstttt.. Udah jangan nangis hmm.. "

"Aku pegang janji kamu, kalau kamu berani pergi dari aku. Aku gak segan taruh benih aku disini" Ucap jendra berbisik di telinga lidya sambil mengelus perut rata diakhiri kecupan di perut gadisnya.

Lidya sontak terkejut merinding. Ia benar benar tak ada pilihan lagi.

"Le.. Lepasin tangan aku.. " Ucap lidya gugup

Jendra melepaskan tali yang mengunci tangan lidya bergantian, lalu berbaring tidur disamping gadisnya sambil memeluknya erat

Flashback and

"Besok aku mau ajak kamu ke suatu tempat" Ucap jendra membuat lidya tersentak membuyarkan pikirannya.

"Kemana? " Jawab lidya

"Rahasia" Ucap jendra membuat lidya penasaran, apalagi yang akan jendra tunjukkan kepadanya. Kejadian kemarin yang hampir membuatnya gila membuat lidya benar benar waspada dengan perlakuan jendra sekarang.

"Gak usah aneh aneh" Jawab lidya

"Nggak sayang..  Sini" Ucap jendra sambil menuntun lidya untuk bersandar pada dadanya.

Lidya memeluk dan menggesek hidungnya gemas. Baru sadar jika bau tubuh jendra mempunyai wangi yang sangat khas.

"Tumben wangi" Jawab lidya

"Tiap hari aku wangi sayang" Ucap jendra

---------------------------------------

"Kita sebenernya kemana sih jend? " Ucap lidya sebal. Bagaimana tidak mereka sudah berjalan 30 menit menyusuri hutan.

"Bentar lagi sampek" Jawabnya sambil membantu lidya melewati batu batu besar.

Selalu itu jawabannya, lidya bukanlah anak kecil yang bisa dibohongi.

"Kalo masih jauh bilang jauh, deket bilang deket. Kamu bilang jauh pun aku gak ngeluh. Aku cuman tanya, takutnya kamu aneh aneh". Ucap lidya kesal

" Nggak sayangg.. Percaya, kalo macem macem aku juga cuma sama kamu". Jawab jendra sambil mengedipkan matanya

"Nggak lucu" Jawab lidya merinding

"Kita udah sampek". Ucap jendra

" Mana? Kok gak ada apa apa? ". Tanya lidya melihat samping kanan dan kirinya sedangkan jendra berdiri didepannya sehingga menghalangi tubuhnya untuk melihat didepan sana.

" 1 , 2 , 3"  Ucap jendra sambil merentangkan kedua tangannya dengan mata yang terpejam.

"Waaaaaahhhhhhh... Kerenn bangettt". Ucap lidya tersenyum lebar sambil berlari mendekati air terjun didepannya yang sangat indah dengan danau lumayan besar dibawahnya. Airnya sangat jernih bahkan berwarna biru terang, berada disisinya membuat tetesan air mengudara yang menimbulkan rasa sejuk dan segar bersamaan.

" Suka? " Tanya jendra sedikit keras

"Banget yuuhuuuuu" Teriak lidya senang

"Makasiii suka bangettt" Ucap lidya mendekat ke arah jendra

"Cium dulu" Ucap jendra sambil merendahkan tubuhnya sejajar dengan lidya

"Cup.. "

Karena sangat senang lidya tanpa sadar langsung mencium pipi jendra.

Dengan cepat jendra memeluk lidya membawanya ke gendongannya dengan senyum yang sangat cerah.

Jendra langsung berlari mendekat air terjun tak terganggu dengan lidya yang ada di gendongannya.

Jendra menciumi puncuk kepala lidya berkali kali. Jendra sangat bahagia, menikmati alam kesukaannya bersama orang yang ia suka.

Melihat respon lidya yang begitu senang membuat jendra berniat akan sering memberikan kejutan seperti ini pada gadisnya.

-----------------

Setelah drama lidya yang tak ingin pulang. Sekarang mereka sudah berada di dalam mobil menuju jakarta karna besok sekolah sudah dimulai.

"Yahh susu kotak aku abis". Rengek lidya setelah sambil menggeledah tasnya.

" Ambil aja di bawah kaki kamu". Jawab jendra

Kening lidya berkrut bingung, namun ia tetap melakukannya. ia melihat di bawah kursi mobil, dan benar saja di sana terdapat 1 karton susu kotak putih kesukaan lidya. Lidya tersenyum senang melihat banyak susu kotak kesukaannya.

"Ini semua buat aku? ". Ucap lidya terkejut

" Buat siapa lagi sayang? Aku gak suka susu putih". Jawab jendra

"Ahh... Makasiii". Ucap lidya tulus

Tanpa menunggu lama lidya langsung mengabil 3 kotak susu dan meminumnya 1 persatu.

" Besok ulang tahun sekolah, jadi aku bakal tampil sama kak rafa besok". Ucap lidya sambil menyeruput susunya

"Iyaa.. Gak usah dandan cantik cantik biasa aja. Aku gak suka kamu dandan". Jawab jendra

" Kok gitu.. Gak mau aku, masak yang lain dandan cantik aku nggak". Jawab lidya

"Kamu gitu aja udah cantik sayang". Ucap jendra lembut

Blushhh.. Pipi lidya mendadak terasa panas. Dan senyum malu itu muncul tak bisa ia kendalikan. Gawat begini saja sudah membuat jantungnya berdetak cepat.

" Pipi kamu merah banget.. Kamu sakit?" Ucap jendra tak lupa dengan senyum mengejeknya

"Gakk" Ucap lidya ketus

Jendra tersenyum mengejek gadisnya yang blushing.

"Cuma aku yang boleh liat pipi kamu merah, jangan pernah gitu sama cowok lain. Ngerti". Ucap jendra mutlak

" Hmm.. Iyaiya". Jawab lidya

Bahkan saat seperti ini jendra memerintah. Sungguh mengesalkan rasanya. Didalam mobil mereka sangat hening, lidya sudah terlihat lelah dan mengantuk, ia menyandarkan kepala nya sambil terpejam.

Jendra yang melihat gadisnya mengantuk langsung menepikan mobilnya.

"Sayang duduk sini ". Ucap jendra sambil menepuk pahanya.

" Nggak mau". Ucap lidya pelan

Dengan sekali tarikan lidya sudah berada di pangkuan jendra menyandarkan kepalanya di dada bidangnya.

"Mulai sekarang setiap ngantuk tidur di pangkuan aku". Ucap jendra

Lidya yang benar benar tidak kuat untuk membuka matanya hanya berdehem pelan.

Cupp. Jendra mencium puncak kepala lidya. Sepertinya posisi ini sangat menguntungkan jendra karena tak perlu bergerak banyak ia bisa mencium puncak kepala gadisnya sesering mungkin. Wangi bayi yang menyeruak kuat dari rambut lidya membuat jendra bener benar candu dengan tubuh gadisnya itu.

Lihatlah bahkan wajah lidya benar benar sangat mirip dengan bayi yang putih, mulus tak lupa bibir yang merah alami seperti bayi.

Sepanjang perjalanan jendra merasa sangat bahagia menghabiskan banyak waktunya untuk bersama gadisnya, ia senang karna lidya mulai menerimanya. Ia berjanji tak akan melepaskan gadisnya, ia akan bersama gadisnya selamanya.

Karena tak tega membangunkan gadisnya, ia menggendong dan membawanya masuk ke rumahnya.

Jendra kembali mengendarai mobilnya setelah berpamitan kepada liliana.