Hari ini mereka sudah bersiap dengan mobil milik erfin untuk melakukan liburan ke bali setelah perdebatan mereka kemarin, sebenarnya nina sudah mengajak rasya dan nina tapi rasya beralasan ia tidak berani berurusan dengan jendra lagi sedangkan nina ia tak bisa ikut karena ada acara keluarga yang tidak bisa ia tinggalkan. Saat nina akan menghubungi lidya jika keduanya tidak bisa ikut, lidya memberi tahu jendra tidak mau liburan dengan banyak orang hanya empat orang saja dan itu hanya nadia, lidya, erfin dan jendra. Mau bagaimana lagi memang jendra yang berhak memutuskan karena liburan kali ini mereka memakai villa milik keluarga jendra.
Sekarang mereka telah berkumpul di rumah erfin tepatnya di ruang tamu, sambil mengecek barang yang harus mereka bawa.
"nad.. lo udah bawa bahan buat Barbeque kan ?". Tanya lidya
"udah kok lid lo tenang aja?". jawab nadia
"buat stok persediaan makanan kita?". tanya nadia kali ini
"tenang aja itu mahh beres.. ntar kalo kurang kita bisa beli di jalan atau disana". Jawab lidya
"baju, make up, obat , perlengkapan masing" udah lengkap kan ?". Tanya lidya memastikan
"udah ". Jawab nadia dan erfin bersamaan. erfin dan nadia refleks menoleh bersamaan, erfin menatap nadia intens membuat nadia langsung membuang mukanya ke arah lain.
"fin jangan lupa buat bawa peralatan darurat mobil lo, isi bensin full juga". ucap lidya
"gue udah ke bengkel kemarin". Jawab erfin
"yaudahhhh yukk berangkat". Ucap lidya semangat sambil membawa barang mereka menuju mobil.
"lo dulu yang nyetir ntar gantian gue". ucap jendra pada erfin, erfin mengangguk mengiyakan sambil memanaskan mobil. Sedangkan para cewek sibuk menata barang mereka di bagasi.
"udah selesai yuk berangkat". ucap nadia
Nadia dan lidya bersamaan membuka pintu mobil bagian belakang, erfin dengan sigap menarik tangan nadia keluar dan menggiringya menuju pintu penumpang di depan. Nadia menatap erfin bingung.
"siapa suruh lo buat duduk di belakang? duduk sama gue di depan". ucap erfin sambil membukakan kursi penumpang depan.
Nadia berdecak kesal namun tetap menuruti ucapan erfin untuk duduk disampingnya, mereka berempat memulai perjalanan panjang mereka untuk liburan, sebenarnya bisa saja mereka menggunakan pesawat. Namun mereka memutuskan naik mobil akan lebih seru dan waktu berjalan lebih lama.
Lidya membuka totebag didepannya, ia tersenyum melihat kue hasil ia begadang kemarin malam untuk membuatnya. Ia mengambil dua kotak kue bitter sweet itu dan mamberikannya satu pada nadia.
"nih nad.. buat lo sama erfin berdua".
"thanks lid". ucap erfin sambil tersenyum
"sama-sama". Jawab lidya dengan senyum yang tulus
"ini lo bikin sendiri?". tanya nadia
" iyalahhh". jawab lidya bangga
Nadia membuka kotaknya dan mengambil sesendok untuk dimasukkan di mulutnya, ohhh... rasanya enakk sekali, ia baru tahu jika lidya pandai membuat kue.
"hmmm enakkk banget lid". ucap nadia sambil memejaman mata merasakan lembutnya kue dan krim yang meleleh dilidah.
"gue mau". ucap erfin
"gak usah lo kan nyetir gak bisa, biar gue aja yang abisin ha haha". ucap nadia sambil tertawa jahat
"suapin ". ucap erfin
"gak bisa fin lo nyetir yang ada jadi gak fokus". ucap nadia lagi
"sekarang bisa". ucap erfin sambil menghentikan mobilnya karena lampu menunjukkan warna merah
Nadia menyerah, alhasil ia menyuapi erfin. Mengambil kue dan mengarahkannya ke mulut erfin. Semua itu tak luput dari pandangan erfin menatap nadia tak lepas sedetikpun.
"ngapain lo liatin gue kayak gitu". ucap nadia
"terserah gue". jawab erfin ketus
"tuh udah ijo ". ucap nadia
Erfin sontak mengembalikan pandangannya ke arah jalan, Sedangkan di belakang lidya sibuk membicarakan sesuatu dengan jedra dengan tangan yang sesekali menyuapi jendra.
"nadia ada hubungan apa sih sama erfin jend?". tanya lidya berbisik tanpa melihat jendra
"gak tau". ucap jendra
Lidya menyuapi jendra dengan pandangan melihat kearah depan dengan nadia dan erfin sebagai objeknya.
"erfin suka sama nadia jend?". tanya lidya dengan matanya masih mengarah ke depan
"...". Jendra diam tak menjawab ucapan lidya
"jend.. kok gak jawab sih jend". ucap lidya lalu mengalihkan pandangan nya ke atah jendra. Sontak ia kaget melihat pipi jendra yang belepotan krim kue. Lidya tertawa kencang melihat wajah jendra. Sontak nadia dan erfin melihat ke arah belakang mereka bertiga tertawa melihat jendra. Sedangkan jendra menatap lidya tajam dengan krim di wajahnya.
"sory.. soryy.. aku gak tauu kalo yang makan kue bukan mulut kamu tapi wajah kamu hahaha". lidya tertawa sambil memegangi perutnya
Setelah tawanya berhenti lidya mengambil tisu dari tasnya dan mengelap krim itu di wajah jendra. Jendra masih memasang wajah kesalnya, ia berbisik tepat disamping telinga lidya pelan.
"aku gak suka kamu lebih perhatian sama hal lain dari pada aku". ucap jendra dingin
Lidya pikir jendra hanya bercanda lantaran kesal dengan kejadian tadi.
"iyaa.. kan udah minta maaf". ucap lidya tetap dengan senyumnya
"bener.bener.gak.suka". ucap jendra dengan penuh penekanan dan dengan rahang yang mengeras
Lidya terdiam sekejap berusaha menerima ucapan jendra, lidya menatap jendra heran. Jadi jendra kesal cuma karena masalah sepele gini, ohhh ayolahhh lidya kan hanya penasaran saja. ia juga tidak bermaksud mengacuhkan jendra sama sekali, buktinya ia tetap mengobrol dengan jendra kan???
Jendra menatap lidya tajam rahangnya mengeras membuat lidya kembali merasakan takut dengan sikap jendra sekarang.
"m- mmm maaf a-aku gak sengaja". jawab lidya sambil menunduk takut
Jendra menepuk pahanya dua kali, lidya yang mengerti maksud jendra menggeleng pelan.
"ada nadia sama erfin aku malu". bisik lidya
"naik lidya". ucap jendra dengan nada perintah membuat lidya dengan perlahan duduk di pangkuan jendra
Saat ini posisi mereka sangat dekat, lidya benar-benar malu dan takut sekarang. Ia malu jika nadia dan erfin melihat ia berada dipangkuan jendra, lidya menenggelamkan wajahnya di dada jendra untuk mengurangi rasa malunya. Tapi ia lebih takut jika jendra marah dan melakukan hal yang lebih menakutkan.
Jendra mengelus pelan kepala lidya dan menunduk membisikkan sesuatu di telinga gadisnya.
"gue gak suka lo kasih masakan lo ke erfin". ucap jendra rendah membuat lidya semakin takut jendra marah, ia menggenggam kedua tangannya erat di belakang pungkuan jedra.
"gue gak suka mata lo natap cowo lain selain gue". ucap jendra diakhiri dengan geraman
Lidya tanpa sadar meneteskan air di kedua matanya, ia benar-benar takut dengan jendra. Jendra berubah, jendra semakin posesif dengannya. Ini benar-benar gak wajar, ia hanya boleh menatapnya. Tidak boleh menatap laki-laki lain.
"gu-gue cuma ngasih kue ke mereka, gue gak ngasih kue hiks.. buat erfin doang.. gue cuma hikss ngelihat mereka berdua ngobrol. Ya tuhannnn hiks hiks.. gue cuma ngelakuin hal kecil yang biasa orang lakuin hiks , kenapa dia jadi semakin over hiks hiks". batin lidya sambil menangis
Jendra mendengar gadisnya menangis masih mengelus kepala lidya pelan, ia tak menghentikan tangisan lidya karna ia harus tau kesalahan yang ia perbuat. Sebenarnya ia tidak marah saat melihat lidya memberikan makanan itu pada mereka, tapi ia tidak suka respon erfin yang tersenyum pada gadisnya saat mengucapkan terima kasih dan gadisnya juga membalasnya dengan senyuman, ia merasa kesal dan marah saat melihatnya. Ia tidak ingin gadisnya beinteraksi dengan laki-laki selain dirinya, benar-benar membencinya. Senyum gadisnya hanya untuknya, setiap masakan yang ia buat untuknya, dan setiap tatapan gadisnya hanya boleh tertuju padanya.
Jendra menatap gadisnya yang tidur didadanya tersenyum tipis, selalu saja setiap selesai menangis gadisnya akan tertidur kelelahan.
****
Lidya membuka matanya pelan ia melihat sekitar ternyata ia sudah duduk di depan tepat di samping kemudi, tempat nadia kemarin. Ia menoleh ke belakang melihat nadia dan erfin yang tertidur dengan saling bersandar.
"jangan lihat erfin". ucap jendra tanpa mengalihkan pandangannnya dari arah depan
Lidya terkejut membalikkan badan dan menunduk.
"iyaa". ucap lidya
Jendra kembali fokus menyetir, terlihat dari kaca jendela langit sebentar lagi menjadi cerah yang berarti sebentar lagi pagi menjelang. Ternyata ia tidur sangat lama, ia ingat ia tertidur kemarin menjelang malam.
"Jend.. aku laper". ucap lidya
"iya bentar lagi kita makan ". jawab jendra
Setelah menempuh beberapa puluh kilometer, dan matahari sudah tak malu untuk muncul, jendra memutuskan untuk berhenti di salah satu restoran di bali. Iya sekarang ia sudah sampai di Kota Denpasar, tinggal perjalanan sedikit lagi untuk menuju Villa Jendra.
"ayo makan". ucap jendra setelah mematikan mesin mabil milik erfin itu.
"aku bangunin mereka dulu". ucap lidya
"aku aja". ucap jendra langsung menepuk pipi erfin untuk menyuruhnya bangun
"erggg...". desis erfin pelan membuka mataya.
"bangun, kita makan". ucap jendra lalu turun dan menutup pintu mobil
Jendra berjalan ke sisi lain membuka pintu untuk lidya, lidya menyerngit. Sejak kapan jendra membukakan pintu untuknya seingatnya ia tak pernah melakukan hal seperti ini. Iya mengulurkan tangannya seolah meminta lidya untuk menggapainya, lidya menggapai tangan jendra dan keluar mobil mereka berdua menuju restoran sedangkan erfin masih sibuk membangunkan nadia.
"nad.. bangun ayooo udah sampek". ucap erfin sambil menepuk pelan pipi nadia
Lihatlah pipi nadia sangat besar mebuat erfin tak tahan untuk mencubitnya. Erfin tak tahan, ia mecubit pipi nadia gemas, nadia yang merasa ada yang menarik pipinya keras sontak langsung meringis sakit.
"auuu.. sakiiittt finnn". ucap nadia
"ya maap .. dari tadi susah dibangunin". jawab erfin
"ya gak usah di cubit juga". dumel nadia sambil menutup pintu mobil keras
"iyaiya maaf". ucap erfin
"sana pesen ". ucap lidya pada nadia
"fin pesenin ya terserah". ucap nadia sambil menunjukkan puppy eyes nya
"iya.. ". jawab erfin yang langsung menuju tempat pemesanan
"kita udah dimana?". tanya nadia
"Bali.. tinggal ke Villa". jawab lidya
"yess.. akhirrrnyaaa". ucap nadia sambil menghembuskan nafas besar
Erfin sudah kembali dengan makanan yang penuh di tangannya. Mereka berempat makan dengan khitmat, setelah makan mereka bergegas menuju mobil.
"kita istirahat sebentar ya guys .. ntar sore kita pergi ke pantai kuta". ucap nadia
"siappp". jawab lidya dan erfin kompak
Mobil mulai masuk ke gerbang utama, mereka terkejut melihat gerbang utama villa jendra begitu besar. Ditambah setelah masuk gerbang mereka harus menempuh jalan yang lumayan panjang untuk bisa masuk menuju Villa utama. Sepanjang jalan terlihat taman yang rapih dan terawat, disamping jalan berjejer pohon cemara, terlihat didepan ada air mancur setelah melewati air mancur mereka sampai di Villa keluarga Rajendra. Menurut mereka ini lebih terlihat seperti mansion daripada Villa.
"gila jend... ini mah istana bukan Villa". ucap nadia terkejut
"iyaa.. keren banget besarrr banget". jawab lidya takjub, sedangkan erfin hanya menggeleng maklum. Erfin sudah tidak terkejut lagi dengan kekayaan keluarga jendra. Melihat mereka mengingatkan ia dulu waktu pertama kali menginjakkan kaki di mansion ini. Mereka berjalan mengikuti langkah jendra, jendra membawa mereka menuju lantai 2.
Iya sebenarnya ini mansion bukan Villa seperti ucapannya, hanya saja jendra tidak mengatakannya.
"lebih besar yang ada di Jakarta". ucap Jendra
"Jakarta? rumahmu?". ucap lidya kaget
Benar juga ia belum pernah ke rumah jendra, jadi ia juga tidak tau seperti apa kediaman keluarga jendra sebenarnya.
"iyaa...". jawab jendra berhenti di tengah ruangan
"itu fin kamarmu sama nadia.. dan disana kamarku sama lidya". ucap jendra enteng
"haaa!!!!". teriak nadia dan lidya bersamaan
"nggak apa-apaan kalian". ucap nadia dan lidya bersamaan
"kenapa? gak mau ? ya udah ayo kita balik ke Jakarta". ucap jendra lagi
"aahhhh gamaaauu". ucap lidya dan nadia
Jendra menatap erfin, erfin yang mengerti maksud jendra langsung menarik tangan nadia menuju kamar. Sedangkan lidya sudah berada di gendongan jendra sekarang.
***
Setelah istirahat sekarang mereka sudah bersiap untuk pergi ke Pantai Kuta Bali, pemandangan pantai kuta sangatlah indah, hamparan pasir yang luas dan deru ombak yang mampu membuat siapa saja menarik nafas pelan untuk merasakan ketenangan dan keindahannya. Terlihat beberapa penjual yang menjajakan dagangan dan jasanya, ada jasa tato, jasa kepang rambut, tak lupa penjual pernak pernik dan warung- warung yang berjejer di pinggir pantai.
Mereka berempat terhanyut dalam suasana menyenangkan, berlari saling mengejar dan saling menendang pasir ke arah lawannya. Seperti tak punya masalah dan beban, mengalir begitu saja, tertawa dan saling mendorong agar semuanya sama-sama terkena cipratan air laut. Ah... bali sungguh indah, ditambah banyak pengunjung yang tak hanya dari orang lokal tapi banyak turis asing yang terlihat santai sambil berjemur di pinggir pantai,
Terlalu senang bermain mereka merasa haus dan lelah, mereka memilih untuk beristirahat dibawah payung untuk bersantai.
"ada yang jualan es kelapa tuh ". tunjuk erfin dengan dagunya
"yuk beli .. haus banget gue ". jawab nadia
"gue sama jendra juga". teriak lidya pada erfin dan nadia yang sudah berjalan menuju warung.
"capek ??". tanya jendra
"nggak kok.. seneng banget malah". ucap lidya
Jendra menatap gadis di sebelahnya tanpa sadar ikut tersenyum, jendra mengarahkan rambut lidya ke belakang telinga.
"nih guys.. ". ucap nadia sambil memberikan kedua es kelapa yang masih dengan kulitnya itu.
"thanks". ucap lidya sambil tersenyum
"gila.. seru banget ya ...". ucap nadia dengan senyumnya
"eh liat tuh ada yang mau nato gak ?". tanya nadia antusias
"nggak ah.. gak suka gue". jawab lidya
"lo mau ayo sama gue". ucap erfin
"boleh tapi gue temporary aja". jawab nadia
"ayuk". ucap erfin sambil menggandeng tangan nadia menuju tempat jasa tato itu.
"ayuk". ucap jendra pada lidya
Lidya menyerngit bingung menatap jendra tapi tetap ikut berjalan menuju tempat tatto. Terlihat nadia sedang di tatto, ia menato bahu belakangnya dengan gambar kupu-kupu.

Setelah beberapa lama sekarang giliran erfin yang mentatto tangannya dengan inisial N.E Forever, tenang saja tatto mereka hanya tatto temporary yang akan hilang dalam jangka waktu 2 minggu saja.
Kini giliran jendra yang memberikan lengan kirinya pada seniman tatto itu, semuanya penasaran melihat gambar apa yang akan terukir di lengannya. Setelah terlihat semuanya cukup terkejut melihat ukiran huruf ditangan jendra yang bertuliskan love you to death dibawahnya ada tulisan latin kecil lidya falycia. Jendra yang melihat hasilnya tersenyum puas sedangkan lidya termagu seakan waktu berhenti beberapa detik saat melihat tatto itu.