Chereads / OBSESSION BOYFRIEND / Chapter 20 - 20 - OBSESSION BOYFRIEND

Chapter 20 - 20 - OBSESSION BOYFRIEND

Setelah melewati seharian di pantai kuta mereka memilih untuk kembali ke Villa setelah matahari tenggelam. Mereka sekarang sudah berada di balkon Villa jendra untuk melakukan pesta Barbeque. Terlihat mereka sibuk menata dan menyiapkan bahan makanan, ada sosis, daging, ayam, tomat, paprika, dan beberapa seafood seperti abalone, gurita, cumi-cumi dll.

"Hmmm.. enakknya". Ucap lidya sambil tersenyum saat mengunyah sosis bakar yang sudah dibumbui saos dan mayonise itu.

"Enak banget hmm.. mau apa lagi, sini aku bakarin". Ucap jendra ikut tersenyum melihat kelucuan gadisnya.

"Semua satu-satu boleh hehe". Jawab lidya sambil menyengir lebar

Jendra dan erfin sibuk memanggang sedangkan lidya dan nadia sibuk makan.. hahaha sangat adil bukan ??.

Setelah semua matang nadia dan lidya menatanya tak lupa menyiapkan beberapa kudapan sayuran dan beberapa pilihan saus.

"Udah sini dulu, makan bareng-bareng". Ucap lidya

"Kalo kalian bakar semua bisa selesai pagi". Tambah nadia

Jendra dan erfin langsung meletakkan capitan dan berjalan menuju keduanya. Jendra duduk di samping lidya sedangkan erfin duduk di samping nadia tepat di depan jendra.

"Mau apa ?". Tanya lidya

"Daging sama sosis aja". Jawab jendra

Lidya mengambil piring dan meletakkan beberapa daging dan sosis. Lalu ia mengambil semua jenis satu di piring miliknya.

"Nih jend". Ucap lidya sambil memberikan piring milik jendra

Lidya bersiap melahap miliknya, karena sudah sangat lapar. Saat mengarahkan cumi-cumi ke mulutnya-

"Suapin". Ucap jendra singkat

Lidya meletakkan cumi-cuminya dan mengambil piring milik jendra. Lidya memberikan suapan pertamanya pada jendra lalu kedua untuknya, begitu seterusnya.

Mereka makan sambil bercanda gurau menikmati suasana.

"Aku mau ke kamar mandi bentar". Ucap lidya pada jendra dan lainnya

"Iya sayang". Jawab jendra

"Jangan lama-lama". Sahut nadia

Lidya menuju kamar mandi, setelah menyelesaikan urusan membuang cairan di kantung kemihnya itu. Saat berjalan menuju balkon tak sengaja lidya melihat jendra yang berdiri di lorong menuju balkon, lidya mengernyit. Ia berniat menghapiri jendra.

"Kasih dia pelajaran". Ucap jendra

"...".

"Habisin bisnisnya, buat semua perusahaan gak ada yang bantu dia ".

".."

"Saya tunggu kabar selanjutnya".

Tutt..

Lidya berdiri mematung,

'siapa yang akan dihabisi?? Apa itu orang yang gue kenal??, Ya tuhan semoga ini gak ada buhungannya sama sekali sama gue'. Batin lidya

Lidya mengintip perlahan, melihat jendra sudah kembali. Lidya mengambil nafas panjang dan berjalan menuju teman-temannya dan langsung duduk di tempat semula. Ia mengambil minumnya dan mengaduknya pelan.

'positif thinking lidya.. lo harus mikir positif'. Pikir lidya

"Lid!!!". Ucap nadia keras

Lidya terkesiap, menatap nadia tajam.

"Apaan sih nad". Ucap lidya sinis

"Lo yang apa apaan, dari tadi diajak ngomong, dipanggil, gak jawab sama sekali". Ucap nadia kesal

"Lo kenapa ngelamun?". Ucap erfin

"Nggak kok gak papa". Jawab lidya terkejut, jadi dari tadi ia melamun. Padahal ia baru merasa dipanggil barusan.

"Ngantuk hmm". Tanya jendra sambil menatap lidya

"Iya.. aku ngantuk". Ucap lidya

"Yaudah lagian ini udah malem nih.. ayok tidur guys". Ucap erfin

"Iyaaa, gue juga udah capek banget". Ucap nadia

Mereka berempat menuju kamar mereka masing masing, lidya benar - benar merasa sangat lelah sekarang. Tapi tetap saja, pikiran itu mengganggunya. Ia menuju kamar mandi untuk berganti pakaian. Sekarang ia sudah berbaring diranjang, ia merasa mengantuk sekali. Namun tetap saja mata sulit untuk terpejam. Ia mengalihkan perhatiannya dengan membuka hpnya, mungkin saja dengan ini matanya bisa lelah dan terpejam dengan sendirinya.

Jendra sudah keluar dari kamar mandi dan menatap lidya dengan alis yang berkerut. Ia pikir gadisnya benar-benar merasa lelah. Tapi saat sudah berada di kamar malah bermain hp.

"Katanya tadi capek". Ucap Jendra

"Iya capek". Ucap lidya dengan pandangan yang masih mengarah ke handphone nya.

"Taruh hp kamu, tidur". Uacap jendra

"Iya". Jawab lidya sambil menaruh handphonenya di nakas.

Lidya mengambil guling dan mengangkat selimut sampai ke lehernya, ia berusaha memejamkan matanya. Jendra pun sudah berbaring di samping lidya sambil mengecek laporan perusahaannya dengan tabnya. Ia melirik gadisnya sambil menggeleng pelan.

Setelah beberapa menit, lidya sudah berkelana di mimpinya.

*****

"Jend.. ayo siap-siap kita mau ke pantai pandawa". Ucap lidya memasuki kamar setelah menyiapkan sarapan untuk mereka berempat. Hanya nasi goreng dan relur. Ia mondar mandir menyiapkan isi tas, ia melihat jendra baru saja keluar dari balkon kamar.

"Aku mau ke jerman". Ucap Jendra

"Kamu mau ke jerman ? kapan ?". Ucap lidya santai

"Sekarang, kamu ikut aku kesana". jawab jendra sambil menatap lidya

Lidya sontak langsung terpaku, menatap jendra dan berusaha nenelaah perkataan nya. Lidya menghembuskan nafas pelan.

"Jend.. aku baru satu hari loh di Bali, dan aku gak berdua sama kamu ada erfin sama nadia". Ucap lidya halus

"Kalo kamu ke jerman, kamu berangkat sendiri aja ya. Aku gak ikut, aku masih pengen disini, lagian aku sama anak-anak kok kamu gak usah khawatir". Ucap lidya pelan

"Beresin baju-baju kamu sekarang, kita berangkat jam 9". Ucap jendra tegas sambil melihat ke arah jam tangannya lalu berjalan keluar meninggalkan lidya.

"Jendraa.... aku gak mau ikuttt.....". Ucap lidya keras

"Aku mau disini sama erfin sama nadiaaa ..". Lanjutnya

"Aku cuma bakal beresin baju kamu doang..". tambah lidya sambil mempacking barang-barang jendra ke dalam koper

Jendra kembali membawa segelas susu putih kesukaan gadisnya. ia melihat lidya membereskan perlengkapannya ke dalam koper.

"Jeeeennnddd... aku gak mau ikut kamu, aku disini aja bertiga sama erfin, nadia". Ucap lidya memelas

"Aaakuu mohonn.. plisss.. kali ini aja aku pengen disini plisss". Ucap lidya memelas sambil memegang tangan jendra erat berharap jendra mengabulkan keinginannya. Jendra menyodorkan susu dan memberikannya pada lidya.

"Minum dulu susunya, kita bicarain setelah kamu minum". ucap jendra final

Lidya tau jika jendra sudah menatapnya tajam, perkataannya mutlak. Lidya meminum susunya cepat, ia ingin menyelesaikan masalah ini segera.

"Udah ". jawab lidya sambil menaruh gelas diatas nakas

Jendra menarik pelan tangan lidya dan menuntunnya untuk duduk diranjang.

"Boleh ya plisss kali ini aja..yaa". ucap lidya sambil memegang tangan jendra erat.

"Hmmm". Jawab jendra

"Yeyy... makasiii jend". Ucap lidya senang mendengar jawaban jendra.

"Hoooaaaammm aku ngantukkk banget... barang-barang kamu udah selesai aku packing.. kalo mau berangkat--". Belum sempat lidya menyelesaikan ucapannya ia sudah tidur

"Dasar keras kepala". ucap jendra dengan dengusan pelan

Jendra mengangkat tubuh lidya ke gendongan nya dengan bridal style. Kemuadian berjalan keluar pintu kamar, berhenti tepat di depan kamar erfin dan memanggilnya keluar.

"Gue mau ke jerman sekarang, lo bebas pakek apapun divilla ini. Kalo ada sesuatu yang lo butuhin bisa hubungin gue". Ucap jendra

Tanpa menunggu jawaban erfin, jendra sudah bergegas turun menaiki mobil ferari kuning yang sudah tersedia didepan.

"Thankyou bro..". Teriak erfin

Jendra meletakkan lidya dengan posisi yang nyaman, tak lupa memasangkan sabuk pengamannya. Setelah memastikan jika semua aman, barulah ia memasuki mobil dan mengendarai mobil itu keluar area Villa pribadinya.

*****

Mata lidya mengerjap pelan menyesuikan cahaya sekitarnya, ia berkedip kedip memastikan jika pengelihatannya tidak salah. Lidya langsung terbangun dari tidurnya saat menyadari ia sudah tidak berada di Villa kemarin, ini aneh. Dimana dia sekarang? tunggu, seingatnya kemarin ia sangat merasa ngatuk lalu tertidur. Oh iya ia ingat jendra kemarin sudah berangkat ke Jerman, lalu sekarang ia berada dimana ??.

"Nadddd???". teriak lidya

"Finnnn... Erfinnn??". teriak lidya lagi saat tak mendengar suara sahutan satu pun.

Dari arah pintu Jendra muncul membawa sarapan dan susu, lidya lagi-lagi mematung. Bagaimana bisa ada jendra disini, seharusnya ia berada di Jerman sekarang, apa jendra membatalkan keberangkatannya. Lidya menatap jendra tajam, pasti sekarang ia sudah berada di Jerman bersama jendra.

Ini sudah keterlaluan, jendra benar-benar mewujudkan semua ucapannya. Jendra pasti memasukkan sesuatu di minumannya kemarin. Ini terlalu gila di otak lidya, bahkan mungkin hanya jendra yang tidak punya rasa takut dan melakukan semua keinginannya tanpa keraguan sedikitpun.

Lidya marah, ini tidak pernah terjadi sebelum ia mengenal jendra, jendra menakutkan. Membuat ia benar-benar tak nyaman disisinya. Jika melakukan hal ini bukanlah hal yang susah, entah apa yang bisa jendra lakukan selanjutnya padanya.

"masih capek ?? makan dulu ". Ucap jendra

"aku mau pulang sekarang". Ucap lidya langsung bangun lalu menatap sekitarnya, apa ada barangnya disana, lidya bernafas lega untung saja jendra membawa tasnya paling tidak, ada dompet dan handphone miliknya disana.

Lidya mengambil tas nya dan melangkah menuju pintu kamar. Bagaimanapun ia harus bisa kembali ke Indonesia, yang benar saja. Ini sama saja dengan penculikan namanya.

"Aku ada masalah dan aku pengen kamu tetep disini temenin aku". Ucap jendra dengan nada rendah

Lidya yang hendak melangkah keluar behenti dan berjalan menuju jendra. Rasanya ia terlalu egois jika meninggalkan jendra saat terpuruk seperti sekarang.

Lidya mensejajarkan tubuhnya menghadap jendra, menatap mata jendra dan menghembuskan nafas kasar.

"Jend.. kalo kamu mau aku temenin kamu bilang, kalo kamu ada masalah kamu bisa cerita. Kalo kamu bawa aku kaya gini yang ada aku marah, takut, gelisah". Ucap lidya

"Aku bakal temenin kamu disini tapi kamu harus janji jangan ngulangin hal itu, jangan pernah masukin apapun ke makanan atau minuman aku oke". Ucap lidya kesal

Jendra menatap lidya terpaku, jujur saja, ia sedikit merasa lebih baik mendengar ucapan lidya walaupun dengan wajah datarnya.

"Aku bakalan pergi ke kantor, kamu tunggu aku di sini. Kamu bisa pakek fasilitas apapun di rumah ini, asal jangan pergi ya sayang". Ucap jendra

"Iya tapi aku mau susu, snack, makanan yang banyakkkk". Ucap lidya semangat karna luluh saat mendengar nada sayu di akhir ucapan jendra.

"Kalo kamu mau, kamu bisa pergi ke lantai 2. Aku pulang malem, gak usah tungguin aku. Okey?". Ucap jendra

"Okey". Jawab lidya

"Aku mau berangkat tapi setelah kamu habisin makanan kamu". Ucap jendra

Lidya mengambil sarapan nya dan langsung memasukkan ke dalam mulutnya. Jendra tersenyum, ia mengecup dahi lidya lama.

"Isi baterai biar semangat". Ucap jendra sambil tersenyum

"Aku berangkat dulu". Lanjut jendra kemudian berjalan keluar kamar.

Lidya tersenyum menampilkan deretan giginya, pipinya terasa panas. Ia merasa seperti banyak kupu-kupu beterbangan di perutnya.

"Aaaaaaa gakkk gak". Teriak lidya berguling-guling diatas ranjang

*****

Jendra berangkat ke kantor mengendari mobil mercy merah miliknya, terlihat sangat mewah dan menarik perhatian setiap pengguna jalan. Saat memasuki area loby seluruh karyawannya behenti dan berdiri membungkuk untuk menghormati direktur rajendra' group. Dibelakang jendra sendiri berdiri beberapa petinggi perusahaan.

Hawa dan suasana kantor terasa sangat mencekam, bagaimana tidak semua karyawan kantor sudah mengetahui bahwa ada seseorang yang membocorkan rahasia perusahaan yang membuat harga saham turun dan perusahaan pesaing yang memanfaatkannya dengan terang-terangan ingin menjatuhkan perusahaan rajendra's group.

Jendra berjalan dengan angkuh dan sorot mata yang tajam. Mereka yang melihat mimik wajah jendra merinding, tak mampu membayangkan bagaimana nasib penghianat perusahaan jika sampai tertangkap oleh pimpinan mereka. Sudah menjadi rahasia umum jika jendra tak memiliki belas kasih kepada orang yang berani mengganggunya.

Mereka tidak tahu persis bagaimana jendra menghukum penghianat. Yang mereka tahu, keesokan harinya semua orang itu akan hilang bak ditelan bumi. Jika meraka mati mungkin masih bisa ditemukan jasadnya. Tapi mereka benar-benar hilang, tak ada jasad maupun jejak. Ia melenyapkan musuhnya dengan sangat bersih.

Duduk di kursi kebesarannya, jendra menatap orang-orang yang berada di depannya.

"Sammeln Sie jetzt alle Leiter jeder Abteilung mit allen Berichten". (Kumpulkan semua pimpinan setiap divisi sekarang dengan membawa semua laporannya). Ucap jendra mengintimidasi

Semua orang didepannya, tepatnya 3 orang pimpinan itu bergegas pergi untuk melaksanakan perintah pimpinan mereka.

"Wie können sie es wagen, mit mir zu spielen?".

(Berani - beraninya mereka bermain denganku). Ucap jendra dengan seringainya

Setelah menunggu beberapa menit semua orang berkumpul, terlihat 10 orang berbaris rapi didepan jendra dengan tangan yang memegang dokumen.

Mereka terdiri dari 7 unit yaitu perencanaan, peninjauan, pelaksanaan, pemasaran, keuangan dan SDM yang dipimpin oleh 3 orang pimpinan. Mr. Fabio membawahi divisi perencanaan dan peninjauan, Mr. Simon membawahi divisi pelaksanaan dan pemasaran dan terakhir Mr. Jonas yang membawahi divisi keuangan dan SDM.

Semua orang yang berdiri disana menyerahkan laporannya kepada sekretaris pimpinan Mr. Regas Pramudias. Regas meletakkan semua laporan di atas meja jendra. Jendra menyeringai, ia membuka semua laporannya. Entah membacanya atau hanya membuka setiap halamannya dengan cepat dan melemparkannya setelah ia melihatnya.

"Wie lange haben Sie für diesen Bericht gebraucht?".

(Butuh berapa lama kalian membuat laporan ini ?). Tanya jendra dengan nada rendah menahan emosi

"4-5 Tage Sir".

(4-5 hari pak). Jawab ketua divisi perencanaan

"Dumm!! Diese Falschmeldung zu machen hat sogar so lange gedauert".

(Bodoh!! Membuat laporan palsu ini kalian bahkan membutuhkan waktu selama itu). Teriak jendra emosi

Semua orang terkejut, mereka saling menatap satu sama lain.

"Denke nicht, dass du hier frei arbeitest, alles zum persönlichen Vorteil tust oder die Absicht hast, das Unternehmen leicht zu zerstören".

(Jangan pikir kalian bekerja disini bebas melakukan semua hal untuk keuntungan pribadi atau berniat menghancurkan perusahaan dengan mudah). Ucap jendra

"Ich kenne all deine Handlungen hinter meinem Rücken, egal wie klein sie sind".

(Saya tau semua perbuatan kalian dibelakang saya sekecil apapun). Lanjutnya

"Ahhh.. ich kann es kaum erwarten die kleinen Mäuse hier zu töten".

(Ahhh.. saya tidak sabar ingin menghabisi tikus-tikus kecil disini). Ucap jendra dengan senyuman puas sambil menatap mata mereka

Semua orang yang berdiri disana bergetar takut sampai peluh dingin keluar tanpa izin membanjiri tubuh mereka.

Tok..tok. Bunyi ketukan pintu

"Eintreten".

(Masuk). Ucap jendra

"Bericht Sir, unsere 7. Division ist bereit, Aufträge auszuführen".

(Lapor sir kami dari divisi 7 siap melaksanakan perintah). Ucap pemimpin divisi 7

"Fang all die kleinen Mäuse hier, Dami".

(Tangkap semua tikus kecil disini, dami). Perintah jendra

Dami membungkuk dan memerintahkan anak buahnya, mereka terkejut ada 3 orang yang di bawa mereka -mereka menyebutnya divisi ke 7 yaitu mr. Fabio yang merupakan pimpinan dari divisi perencanaan dan peninjauan dan tentu saja kedua ketua divisi itu.

Mereka benar - benar tidak menyangka jika rumor yang mengatakan terdapat 7 divisi di perusahaan ini, selama mereka mengira jika itu adalah omong kosong belaka karna nyatanya hanya ada 6 divisi yang berada di gedung ini.

Bahkan mereka tak menyebutkan nama divisi, mereka hanya menyebutkan divisi ke-7 benar- benar penuh rahasia. Jadi selama ini, semua karyawan yang bekerja di perusahaan ini di awasi dan di teliti oleh orang di balik layar.

Tujuh orang lainnya menelan ludah kasar, rasanya sekarang mereka seperti berjalan diatas bara api.

"Wenn Sie mit hoher Loyalität arbeiten, werde ich all Ihre Wünsche erfüllen".

(Jika kalian bekerja dengan loyalitas tinggi, saya akan mewujudkan semua keinginan kalian). Ucap jendra

"Denke niemals daran, ein Verräter zu sein, denn ich werde dich auf eine Weise erledigen, die dir nie in den Sinn gekommen ist".

(Jangan pernah berpikir untuk menjadi penghianat, karna saya akan menghabisi kalian dengan cara yang tak pernah terlintas di otak kalian). Lanjutnya

Mereka semua mengangguk takut, tak ada yang berani menatap jendra sekarang. Mereka hanya bisa menunduk  dan berdoa untuk bisa cepat keluar dari ruangan yang mencekam ini.

"gehen!"

(Pergi!). Perintah jendra

Mereka semua berjalan keluar ruangan dan bisa bernafas lega.