Chereads / The land of immemorial / Chapter 9 - Perawat itu bernama Mehna

Chapter 9 - Perawat itu bernama Mehna

Langit mulai terang. berwarna biru tidak sepekat tadi malam. Asap putih tebal masih menyelimuti tempat itu, kendaraan kendaraan yang rusak pun belum sepenuhnya dingin.

Api api kecil masih keluar dari bagian yang masih menyisakan bahan bakar. Tapi hawa dingin benar benar menusuk setelah bulir bulir air hujan menetes sedikit demi sedikit.

Wajah tifal merasakan sesuatu yang sangat dingin menempel diwajahnya. ia membuka kelopak matanya, namun seperti ada yang mengganjal dan nyeri.

Dieberapa bagian tubuhnya terasa mati rasa dan tidak bisa digerakan. tepat di depan wajahnya mayat dengan mulut menganga menahan sakit saat dibunuh.

Persis dihidung tifal adalah mulut mayat itu. ia dapat mencium aroma yang tidak sedap dari mayat yang matanya terbelalak menatapnya.

Ia mengendus endus sekuat tenaga membalikan badan agar ia segera memalingkan wajahnya dari mayat itu.namun sia sia.

Lama kelamaan hujan turun semakin lebat dan membenamkan wajah tifal dalam genangan air yang tinggi memenuhi separuh wajahnya.

Ia pun kesulitan bernafas.

Ia hanya bisa terengah engah menahan siksaan ini. ia terbatuk batuk karena air masuk melalui hidungnya.

Tak lama langkah langkah kaki terdengar mendekat kearahnya. ia memejamkan matanya, ia pun mendengar suara suara tusukan.

"oh tidak!", dalam hati tifal yang semakin khawatir.

suara itu makin dekat dan berhenti tepat dibelakangku. Ia memperhatikan tubuhku, gerakan naik turun nafasku yang kesulitan bernafas menarik perhatiannya.

"ada yang masih hidup", teriak orang itu pada teman temannya.

Kemudian ia membalikkan tubuhku. Aku yang setengah sadar masih bisa mendengar percakapan mereka samar samar.

"kuat sekali orang ini, seluruh tulang nya patah wajahnya babak belur",

"segera angkat", sahut suara yang lain.

***

Aku membuka mata dan sudah berada dalam sebuah gerbong kereta, dikanan kiriku berisi korban perang yang dirawat. aku bersyukur dengan kondisi sekarang.

Aku melihat banyak yang lebih parah dari diriku, separuh tubuhnya terbakar, kedua kakinya putus dan lain sebagainya. dokter dokter dan perawat sangat sibuk mengobati pasien yang terluka parah.

Folgn merupakan daerah yang luas dan kosong. tempat bertempur kami berada 100 km dari pusat kota disebuah desa. dipojok atas jika dilihat dari peta.

Maka pasukan akan di angkut dengan kereta. beruntung posisiku dekat dengan jendela jadi perjalananku selama lima jam dapat kunikmati melihat keadaan wilayah folgn yang cukup indah.

***

Selama dua minggu dirumah sakit aku tidak merasakan apapun, perawat bilang aku koma dan tak sadarkan diri. dan ini hari pertamaku membuka mata. hanya diam. begitu yang bisa kulakukan.

Aku menanyakan temanku ibrohim dan ismail apakah ada dirumah sakit ini. belum ada jawaban dari pihak rumah sakit.

Setiap hari ada perawat yang bertugas menjagaku namanya Mehna, setelah perkenalan dengannya beberapa saat lalu.

"suster berapa lama aku akan disini?",

"sampai dokter mengzinkanmu pulang",

"begitu ya"

Mehna mengganti cairan infus yang akan habis, kemudian ia menyuapiku dengan sabar. ia terlihat mengasihani kondisiku yang sekujur tubuh dililit balutan berwarna putih, dan dibagian tertentu masih mengeluarkan darah.

Karena terlalu lama diam dan sakit disekujur tubuhku tidak kunjung hilang, serta setiap malam aku harus menjerit kesakitan karena efek obat bius sudah hilang.

Ini karena bedebah yang sudah aku kirim dia ke neraka. ia menghantamkan popor senapannya berkali kali keseluruh tubuhku tanpa ampun, pada saat itu aku sudah mengerang kesakitan tetapi dia terlihat sangat menikmatinya, matanya dipenuhi kemarahan.

Dendam, amarah yang selalu ada dalam benakku jika mengingat kejadian itu.

Kemudian perawat masuk dan menyuntikkan obat penenang. berangsur angsur tubuhku membaik.

Air mataku menetes karena sakit yang amat sangat.

"Tuhan, beruntung Engkau memberiku hidup", gumamku.

"Aku sudah salah melakukan perbuatan itu pada martha. Seharusnya aku tidak menyentuh dia sama sekali, Itu dosa!",

"Ya Tuhan, Allah", Tifal menyebut nama Tuhannya.

Jam 7 pagi, mehna membuka gorden ruangan membiarkan cahaya masuk.

*****

Singkat cerita - lagipula apa yang menarik untuk diceritakan oleh orang yang sedang sakit- Genap satu setengah bulan aku berada di rumah sakit. Perlahan kondisiku berangsur angsur membaik.

Kedua tanganku sudah bisa kugerakkan. walaupun pada keadan tertentu akan muncul rasa ngilu yang luar biasa, dan kaki kanan sudah bisa digerakan. menekuk sedikit demi sedikit.

Sedangkan yang kiri naas. belum sedikitpun bisa digerakkan. kursi roda sangat membantuku untuk beraktifitas saat ini.

Aku menatap cermin.babak belur. ada sebuah jahitan cukup besar dipelipis sebelah kanan.

"ini yang membuatku tidak bisa melihat saat itu", gumamku mengingat kejadian dulu.

Dirabanya jahitan yang mengerikan itu, sudah kering dan menghitam seperti kepompong, dibibir sebelah kanan juga jahitan memanjang ketelinga seperti joker.

"Ya Tuhan..., wajahku, ini seperti mimpi buruk bagiku",

Aku ingin sekedar berjalan jalan menyusuri koridor, sudah lama tidak melihat matahari dan hembusan angin segar.

Menjadi sesuatu yang menggembirakan untukku, hijau pepohonan, air yang bergemericik, gesekan ranting pohon setelah satu setengah bulan dalam ruangan.

Aku menuju bungalo disudut rumah sakit dan terdiam lama disitu. menatap alam.

Sesuatu telah menarik perhatianku, menara pemancar.

Yang itu berarti ada sinyal, fikiranku langsung tertuju pada Ali. disanalah gudang informasi yang kubutuhkan.

Martha dan kabar keluargaku.

sebelum berangkat, Ali memberikanku e mail agar aku bisa menghubunginya.

"Mehna", panggilku kebetulan ia melintas di koridor.

Aku membuang pandanganku dari tatapannya karena malu, melihat wajahku sekarang.

"ada apa tifal",

"bolehkah aku minta tolong",

"apa itu?",

"aku ingin menghubungi keluargaku, bisakah aku menggunakan komputer disini",

"tentu, tersedia komputer untuk fasilitas umum disini",

"biar aku antar",

"maaf merepotkan",

Mehna mengantarku pada sebuah ruangan laboratorium, didalamnya teradapat beberapa komputer disusun rapih.

Mehna langsung meninggalkan ruangan untuk kembali bekerja. Aku langsung membuka platform e mail dan memasukkan alamat e mail ali.

Dear Ali,

Assalamualaikum,

Bagaimana kabarmu, martha serta keluargaku di black place, sudah satu setengah bulan tidak berkabar.

Dari sahabatmu.

Tifal

Tidak butuh waktu lama, kebetulan ia sedang online. Setelah itu beralih ke videocall.

Ali sangat terkejut melihat wajahku yang rusak, ia turut prihatin dan tetap memberikan semangatnya.

Kami tidak bisa berkomunikasi dengan baik karena sinyalnya putus putus dan beberapa kali harus d restart ulang.

Ali mengatakan bahwa martha -setelah keberangkatanku-, beberapa hari setelahnya tuan herich datang dan membawa martha menuju folgn untuk menemui rekan kerjanya. Aku terkejut mendengar hal itu dan senang, ia memberikan alamat e mail martha padaku.

Ali juga memberi tahuku mengenai keadaan keluargaku, bahwa sampai saat ini mereka belum ditemukan. Rasa khawatir terus menghantui hati tifal. wajahnya berubah, saat mengetahui belum ditemukan. Dan sambungan vidcall itu terhenti.

Dear martha,

Bagaimana kabarmu, aku dengar dari Ali bahwa kau sedang di folgn, Aku berada di rumah sakit st. carolus pusat kota.

Salam hangat.

Tifal.

Aku tidak ingin mengucapkan kata kata yang berlebihan padanya, sebelum halal. cukup satu kesalahan pada malam itu.

Tifal kemudian bergegas menuju kamar, karena tangan nya sudah mulai terasa ngilu lagi.

"obat penenang lagi", gumamku.

***

Mehna datang dan menyuntikkan obat penenang setelah aku menjerit jerit kesakitan. tak lama obat itu bereaksi dan seluruh tubuhku menjadi lemas dan tertidur.

Beberapa jam aku tertidur dan saat terbangun bajuku sudah kasur dan bajuku sudah basah oleh keringat.

Tapi tubuhku terasa lebih ringan kali ini. mungkin karena aku banyak bergerak tadi siang sehingga otot ototku berfungsi.

Aku memandang ke arah meja disebelahku . ada sebuah bingkisan bagus yang berisi buah buahan dan cokelat.

"siapa yang menjengukku?", tifal tersenyum senang.

***

Esoknya paginya, tifal terbangun oleh percakapan beberapa orang. masih dalam keadaan lemas ia membuka matanya, masih terasa berkunang kunang.

seperti mimpi.

Martha berdiri tepat disamping tifal. ia memakai pasmina berwarna merah maroon. cantik sekali.