Chereads / The land of immemorial / Chapter 15 - Yerevan

Chapter 15 - Yerevan

Selama pelayaran itu hari hari Ali disibukkan oleh pekerjaan diruangannya. menerima laporan dari rumi tentang spare part apa saja yang perlu diganti, bahan bakar, menghitung biayanya, memonitor kapal mister albert melalui operatornya dll.

Sepanjang pagi hingga siang ia berada di ruangannya dan sesekali turun keruang makan untuk makan bersama para crew nya.

Diwaktu waktu senggangnya ia mengajari rumi tentang ilmu kelautan, navigasi, dan lainnya agar rumi menjadi menjadi sukses.

Sudah lama tak mendengar kabar martha karena sudah cukup lama tidak melakukan bisnis bersama dan lagipula ia akan menjadi seorang ibu.

Itu akan merepotkannya, Dan tifal selama pendidikannya belum pernah lagi menghubunginya.

Untuk pelayarannya kali ini merupakan suatu hal baru bagi Ali. karena bukan jalur yang biasa ia lalui untuk perdagangan namun memotong kompas agar lebih cepat. dan resikonya pun lebih besar karena jalur itu cukup berbahaya.

Ali pun memandang laut yang semakin dipandang hanya sebatas garis diujung jauh sana. garis itu memisahkan antara biru dan jingga.

Dalam hatinya masih selalu was was, ia terus memutar otak mencari cara alternative agar pelayaran mendapat untung.

Yang ada difikirannya memperbaiki kapal namun jika dilakukan di yerevan dan ketika pulang disergap perompak maka akan sia sia. Sudah barang tentu hal ini menyedot fikirannya. Di tambah ketika alarm kapal berbunyi dan pasukan dikumpulkan kemudian diberikan informasi bahwa ada penyergapan pada kereta pengangkut pasukan oleh sekelompok orang. Rencana pun berubah tidak menggunakan kereta melainkan dengan berjalan kaki. menyusuri kaki gunung.

Ali selalu berdoa agar kepulangannya nanti tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. walaupun kemungkinan itu sangat kecil.

karena ia telah dikenali perompak terutama kapal perang almaut yang selalu membayanginya, yang sudah beberapa kali Ali hampir kehilangan nyawanya.

***

Yerevan, 6 Januari 3022

Kelima kapal berlabuh didermaga, pelabuhan dipenuhi kabut tebal dan hawa dingin menusuk, gerimis yang turun seperti air es yang berjatuhan.

Tidak banyak yang bisa diceritakan dikapal karena semua kapal baik baik saja dan beberapa perkenalan dengan para prajurit dari berbagai latar belakang dan daerah.

Penyakit influenza menjadi euphoria baru dilingkungan kapal. penyakit ini mudah menyebar saat perubahan cuaca yang cukup extreme. dingin sekali disini.

Pasukan berbaris keluar kapal menuju sebuah lapangan besar disisi pantai. mereka sibuk mengechek barang masing masing didampingi atasannya masing masing.

Tak lama suara yang kapal yang cukup besar terdengar. moncong nya terlihat makin jelas dari balik kabut. lusinan alat perang diturunkan dari kapal tersebut.

Ali yang melihat kekuatan sebesar itu takjub dan hanya bisa terpesona. ia melihat pantai itu berubah menjadi perkampungan setelah didirikan tenda tenda.

Ia dan rumi menyusuri bibir pantai, dengan pakaian tebal karena begitu dingin.

***

Perut Martha kian membesar seiring bertambahnya usia janin yang dikandungnya. Di apartement nya di folgn, ia dan tuan herich menanti kedatangan sang jabang bayi.

Tuan herich selalu berbicara di perut martha bahwa ia akan menemui cucunya sebelum pergi. dan saat itu juga air mata martha terjatuh.

Tuan herich merasa dirinya sudah tidak bisa berlayar lagi dengan kondisi tubuhnya yang kian buruk. Sesekali ia memandang cermin dan terlihat sangat kurus dan cekungan besar di tulang dadanya.

"Oh Tuhan", kata mister herich.

dan duduk dipinggir ranjangnya, ia mengambil kalung mendiang istrinya.

"kita akan bertemu", kata tuan herich tanpa sadar.

Ia melihat martha dari balik jendela kamarnya. sangat ceria mengelus ngelus perutnya yang besar, sesekali ia melihat martha sedang videocall lewat laptopnya.

Ia menuju ruangan di sudut rumahnya, kemudian mengambil air dan membasuhnya mengikuti ajaran barunya.

Ia lelah dan berhenti dari minuman keras setelah berkenalan dengan Salman seorang imigran asal Arab.

Setiap waktu waktu tertentu ia selalu melakukan gerakan gerakan unik kata tuan herich. ia selalu melakukan gerakan berdiri, duduk, sujud begitu selama pelayarannya dikapal. tidak pernah bosan.

Tuan herich saat itu disebelahnya asik mabuk dengan minuman keras. Salman tidak melarang atau mengingatkan.

Sampai akhirnya tuan herich tersentuh dan ingin mencoba gerakan tersebut. dan disaat itu ia memutuskan untuk mempelajari lebih jauh hingga akhirnya memutuskan untuk memeluk islam.

***

Martha mencari cari tuan herich. Ia memanggil manggil ayahnya. disudut ruang apartement ia melihat ayahnya sedang duduk bersila diatas sebuah karpet. Ia membisikkan ditelinga ayahnya

"papih", kata martha lirih.

Namun tuan herich tak bergeming kepalanya tertunduk dan ada sisa air mata disisinya. Ia merasa ada yang aneh dengan ayahnya yang sedari tadi diam. dan saat martha menggoyangkan tubuh tuan herich, tubuh tuan herich pun ambruk tak berdaya.

Saat itu juga emosi martha meledak. ia berteriak teriak memanggil nama ayahnya, menagis sejadi jadinya.

Namun ia sadar bahwa ia dan ayahnya tau bahwa kejadian ini pasti terjadi. ia berusaha menenangkan diri, dan masih dengan isak tangis dan hati yang sangat sakit ia pergi ke lobi apartement.

Ia mengambil laptopnya dan memberi tahu tifal akan ayahnya. dari jauh tifal berusaha menenangkan martha. Tifal meminta martha agar ayahnya segera diurus untuk dimakamkan. dari videocall itupun tifal tak kuasa menahan tangis. ia menitikan air matanya tapi berusaha tegar agar semuanya berjalan lancar.

Martha segera menghubungi pihak apartement agar diurus secara islam sesuai keyakinan barunya.

Martha segera menghubungi saudara saudaranya dan tidak sampai lima jam apartement martha dipenuhi tamu yang menghadiri pemakaman.

Tifal memohon maaf tidak bisa mengahadiri pemakaman karena jaraknya yang jauh dari myrmo ke folgn dan memakan waktu tiga sampai lima hari untuk perizinan.

Moment itu bertepatan dengan tifal yang akan menghadapi tugas pertamanya. Tifal meminta izin untuk pulang terlebih dahulu untuk menghadiri pemakaman tuan herich walaupun sudah telat. sebelum ia melaksanakan misi pertamanya. terbang ke azerbaijan.

Ali yang mendengar berita itu dari Rumi langsung lemas di ruang kerja nya.

Ia seakan tidak memiliki kemampuan untuk berbuat apapun baginya tuan herich adalah ayah sekaligus guru yang selalu menemani selama delapan tahun terakhir.

Tetapi ia mendapat pelajaran dari meninggal nya tuan herich, bahwa ketika masih di madrasah bersama tifal ia pernah diajarkan oleh haji garu (tokoh dalam novel beach at the last ocean), tidak ada yang tau akhir hidup seseorang.

Yang ia tau semasa hidupnya ia selalu minum minuman keras, sampanye, dan sesekali wanita saat ali mengantarkan tuan herich ke sebuah hotel saat berlabuh di daerah lain.

Namun Akhir hayatnya berakhir diatas karpet dan sedang duduk bersila seperti yang dikatakan Rumi yang diberi tahu oleh tifal via videocall.

Ali masih tidak habis fikir.

"mungkin ada kebaikan yang pernah ia perbuat", gumam Ali.