Chereads / The land of immemorial / Chapter 10 - Menuju halal

Chapter 10 - Menuju halal

Martha datang bersama joseph rekan kerjanya diperusahaan milik tuan herich.

"kapan kau datang?",

"tadi malam. setelah menerima e mail darimu sepulang kantor aku langsung kemari",

Aku membuang pandangan saat martha menatapku. rasanya malu dengan kondisiku seperti ini.

Tapi martha malah membelai rambut tifal yang lepek karena keringat.

"Lekas sembuh tifal", bisiknya.

kemudian joseph meninggalkan kami berdua di ruangan untuk mencari udara segar. tak lama mehna masuk ruangan untuk melaksanakan tugasnya

"suster mehna perkenalkan ini martha", kemudian mereka berjabat tangan dan mehna pun kembali melaksanakan tugasnya, mengganti infus yang sudah kosong.

"tifal aku khawatir dengan keadaan mu, setelah kepergianmu, papah pulang dan mengatakan di folgn terjadi perang besar, dan aku memikirkanmu, apakah aku bisa bertemu kembali atau tidak, lantas aku memohon pada Tuhan jika dipertemukan kembali aku akan menikah denganmu",

"kau ini", tifal tersenyum.

"kau meledekku?, kau berfikir aku labil?, emosionil?, berharap seperti perempuan lain yang menunggu , berharap pangerannya datang melamar, ya jika lelaki itu peka", desaknya.

"untuk lelaki sepertimu yang terlalu cuek?!, pengecualian", ia mendekatkan wajahnya kearahku.

"kalau begitu aku akan melamarmu", kata kata itu mengalir begitu saja dari mulutku. Martha pun terlihat shock. tak lama ia pun menitikan air mata.

"sungguh?",

"ya , jika kau menerimanya",

kami berdua dalam keadaan hening.

"Ayah akan datang kesini menjemputku",

Kali ini tifal yang dibuat shock.

"Mar..tha", kata tifal ragu.

"kenapa lagi tifal",

"Anu",

"kau utarakan niat baikmu pada ayahku, perkara urusan diterima atau tidak itu nanti",

"aku mau ke toilet, bantu aku", martha membangunkan tifal perlahan.

"aku tidak ingin bertemu ayahmu dalam keadaan seperti ini", kata tifal sambil mengambil cairan infus yang menggantung.

martha tersenyum.

***

"kau cantik sekali martha", aku memandangi gadis itu dibalut pasmina berwarna merah maroon.

Selepas ashar tuan herich datang. aku sempat pangling melihat tuan herich yang sedikit berubah.

Tubuhnya lebih kurus dan terlihat tidak sehat. sesekali terbatuk.

Ia mendekat ke arahku dan memperhatikan kondisiku.

"sudah baikan",

"Lebih baik dari kemarin pak", jawab tifal kikuk.

"pap duduklah dulu", pinta martha. kemudian tuan herich duduk dikursi yang sudah disediakan oleh martha.

" ada yang ingin tifal sampaikan pap", lanjut martha.

jantung tifal berdegup lebih kencang dan nafashya naik turun lebih cepat.

"katakan saja", jawab tuan herich santai.

"saya ingin melamar anak bapak", jawab tifal tenang namun tidak percaya diri.

Tuan herich menatap tajam tifal dan memperhatikan kondisinya lagi.

"bapak sangat tersanjung dengan keberanianmu, tapi..", saat itu pula hati tifal langsung down. mentalnya jatuh mendengar kata tapi, ia sulit berbicara dan terus memperhatikan.

"Kau obati dulu lukamu itu, sehatkan badanmu", senyum bahagia terlihat dari wajah martha dan tifal. Martha langsung memeluk ayahnya dan menangis haru.

"thanks pap, you're my best papi",

"Bapak sudah mengetahui hubungan kalian dari Ali, dan beberapa kali bapak memergoki martha sembahyang malam memohon sesuatu",

"papah melihatku?",

"ya ketika kau lembur dikantor, sayang",

***

Setelah perbincangan saat itu aku baru mengetahui bahwa tuan herich terkena musibah. penyakit paru obstruktif kronis. Disebabkan tuan herich yang kecanduan rokok sejak muda. bahkan jika ada pengiriman barang dalam jumlah besar, maka ia mendapat hadiah cerutu dari koleganya.

Ditambah, ia selalu terkena angin laut yang kencang. Dilain cerita.

Martha selalu menjengukku hampir setiap hari namun jika ada keperluan paling lama tiga hari karena harus keluar kota urusan dagang. Sementara itu, setelah lama kami saling bertemu.

Mehna pun membuka diri dan menceritakan dirinya. Mehna yang sekarang merupakan perawat di st. carolus ini adalah seorang pendatang. Ia berasal dari wilayah dekat azerbaijan tempat dimana terowongan itu dibangun.

Ia menceritakan betapa mengerikannya sebuah lubang besar disisi gunung. Disebelah terowongan itu terdapat pintu besi yang berukuran besar dan dijaga oleh sebuah pasukan.

Diantara keduanya dibuat sebuah pembatas untuk menghormati perjanjian dimana tidak boleh melebihi batas masing masing.

Setiap saat tiap orang berjaga bergantian.

"Pasukan yang menjaga itu berseragam seperti dirimu", ujar mehna.

Dan sisi lainnya berjubah merah. Mehna sendiri merupakan gadis yang berbakat, ia menamatkan sekolah perawatnya dengan beasiswa dan kemudian bertugas disini.

Postur nya tinggi langsing dan memiliki hidung yang runcing melengkung berambut ikal panjang.

jika bicara ia memiliki dialek yang khas mengikuti bahasa ibunya.

***

Berangsur angsur kondisiku mulai pulih, senang rasanya wajahku tidak ditempeli kepompong itu yang membuat ku geli, jahitan yang menghitam itu sudah hilang dan menyisakan bekas luka yang berwarna merah muda, Begitu juga jahitan dimulut perlahan menghilang.

Wajahku sedikit demi sedikit mulai membaik.dan tenagaku mulai pulih. rasa sakit di persendianku mulai berkurang. Tetapi masih dengan bantuan tongkat aku berjalan.

***

Kebetulan hari ini martha baru pulang dari luar kota. urusan bisnis. Ia mengajakku keluar rumah sakit dan pergi ke sebuah cafe.

Disana ia melepaskan penatnya dengan menceritakan keluh kesah pekerjaannya, sebagai pendengar yang baik mungkin aku bisa mengurangi bebannya.

Ia tersandung masalah perijinan barang paket dinegara lain kerena ada dokumen yang keliru.Sehingga ia pergi untuk menyelesaikan dokumen yang yang kurang itu.

Martha memesan banyak sekali makanan.

"aku lapar, ingin makan yang enak agar moodku kembali bagus", ujarnya sambil melahap makanan yang ia pesan.

"martha, apakah kau ada keturunan barat?,"

Ia sepertinya mengetahui arah bicaraku yang ingin mengetahui silsilah kelarganya.

"ehmmmm", ia berfikir sejenak sambil mengunyah.

"papih berasal dari Arten dimana kampung halaman nya dikelilingi pegunungan dan mamah dari harmland. mamah telah tiada saat aku berusia enam tahun, Papih itu orang gunung tifal", Martha menekankan.

"Tapi papih memilih laut untuk hidupnya, karena Papih itu alergi dingin, sejak kecil dia sudah tersiksa akan dinginnya pegunungan.

ia selalu mengurung diri di kamar dan tidak bermain dengan yang lain dan hanya bisa menikmati segalanya di balik jendela. setiap ia bermain selalu gatal gatal sebab alergi dinginnya. tpi ia seorang yang keras kepala dan pekerja keras", katanya sambil menyantap makanan nya dengan lahap.

"ia sangat pintar martha, aku kagum dengan ayahmu",

"Awal papih merintis itu, setelah ia lulus sekolah ia mengikuti tes untuk petugas bea cukai dan setelah lama ia resign dan mendirikan perusahaan sendiri",

"Martha, kenapa kau ingin bersamaku?", Martha mengehentikan makannya dan menatap tifal serius.

"tak tahu",

Tifal sontak kaget mendengar jawaban martha.

"ya aku tak tahu tifal, aku hanya mau.itu saja",

"kenapa memangnya?",

"adakah alasan yang lebih masuk akal",

"Alasan yang lebih masuk akal?", martha berfikir sejenak.

"Ada, kenapa aku meminta pertama kali, karena budaya kelurgaku bebas namun berprinsip, bukan masalah lelaki atau perempuan terlebih dahulu. Aku melihat ibuku yang mencintai papih. beliau yang menemani papih sampai akhir hayat. Ia yang berjuang saat papih bangkrut. jika dirimu bertanya kenapa harus terburu buru. itu karena...", martha menghentikan makannya lagi dan raut wajahnya berubah sedih.

"papih divonis dokter tidak akan lama karena penyakitnya, aku ingin ada yang melindungi, sudah kodratnya bukan?",

"Mar...tha aku minta maaf", tifal merasa bersalah.