Chereads / The land of immemorial / Chapter 6 - Pandangan itu berlanjut

Chapter 6 - Pandangan itu berlanjut

Digerbang pengungsian belasan penjaga bersiap siaga, rasanya ali semakin senewen melihat orang yang menodongkan senjata kearahnya.

Para penjaga meminta identitas untuk dijadikan data. kemudian kami diberitahu bahwa mendapat tenda paling ujung. sementara tifal tertahan di pos penjagaan setelah tau bahwa dia seorang prajurit.

Ia dibawa kesebuah tenda yang berukuran lebih besar digunakan untuk kantor. Mobil mobil d parkir disebuah tanah lapang disisi pojok tenda tenda pengungsi.

Sebelahnya, jarak beberapa meter terdapat kuda kuda yang diikat. dan di ujung jauh sana terdapat sebuah landasan yang tidak begitu panjang. tapi cukup masuk pesawat untuk ukuran sedang.pemandangan yang indah ketika lampu lampu di sisi runway menyala, dan ada pesawat mendarat.

Ada pula beberapa pesawat kecil berlogo angkatan udara dilengkapi senjata berjejer rapih. Para mechanic tampak sibuk dari kejauhan.

Tenda itu berukuran 3×4 berbentuk persegi dan lancip segitiga dibagian atas. hanya ada 3 kasur dan 1 terpal. untuk membuatnya nyaman bisa memasukan barang dari luar.

Tanah menjadi basah dan terdapat sedikit genangan air. Sudah 4 jam hujan tidak berhenti sejak ditengah perjalanan. Ali membuka laptopnya dan mencari beberapa file.

Ia membuka e book ebook tertentu agar bisa dibaca. Ia menjadi pribadi yang sangat berbeda sesudah bertemu tuan herich.

lebih banyak membaca, senang belajar. karena ia tidak mau seperti dulu. dibohongi orang terus menerus karena tidak tahu apapun.

Ia sangat menyenangi bidang perdagangan jalur laut maka ia pun belajar mengenai hukum laut agar dapat memuluskan pekerjaannya.

Tiba-tiba tirai tenda terbuka dan martha masuk kedalam.

"sedang apa ali?, martha langsung menyambar laptopnya.

"kau mengagetkanku",

"maaf", jawab martha manja.

Martha menebarkan pandangannya kesekeliling mencari sesuatu.

" Dimana tifal?,

"aku juga menunggunya, sudah satu jam lebih diperiksa", mata ali masih fokus pada e book di laptopnya.

Tak lama kemudian suara tifal terdengar dari luar tenda sedang bercakap cakap dengan seseorang.

Tifal kemudian masuk kedalam tenda.rupanya dua teman nya itu sudah menunggu lama.

"lama sekali", "halo tifal", kata ali dan martha yang berbicara hampir serentak.

"halo martha", jawab tifal antusias, kemudian memandang ali.

"aku mendapat tugas baru ali",

"kapan kau akan berangkat?, sekitar tiga atau empat hari lagi.menunggu pemberangkatan pesawat selanjutnya.

"tapi aku masih khawatir akan keadaan keluargaku, tadi aku mencari seluruh data dari pihak penjaga, tidak ada nama keluargaku",

"lantas bagaimana", sergah martha.

tifal hanya diam dan tidak menjawab. fikiran nya dipenuhi pertanyaan pertanyaan yang ia buat sendiri dan menambah kekhawatiran.

"kau tidak perlu khawatir, kau fokus saja pada tugasmu, aku yang akan mencari keluargamu", coba ali menenangkan.

"terima kasih kawan", tifal agak tenang sedikit.

"aku akan minta tolong pegawaiku dan teman teman di kepolisian untuk mencari mereka tapi jika keadaan sudah terlihat aman. apa tugas baru mu", tanya ali.

"bertempur ali, aku akan dikirim ke medan perang di myrmo", aku titipkan surat wasiat jika aku akan berangkat.

"kau harus pulang!", tidak ada surat wasiat.

hati martha mencelos, ia menatap tifal kemudian air matanya mengalir.

"kau kenapa martha?", tanya ali heran.

"entahlah dadaku terasa sesak, mendengar berita ini?".

Tifal menatap marta.

"masih suka tape?",

Martha tersenyum dan tersedak tangisannya sendiri.

"aku mengantuk, aku ke tenda duluan", lanjutnya sambil menyeka air matanya yang masih menetes.

***

Jam enam pagi. Langit masih gelap, hanya biru muda dan biru tua. lapangan masih dipenuhi genangan-genangan air bekas hujan tadi malam.

Hawa dingin sangat menusuk. Ali menarik selimutnya hingga menutupi kepalanya yang mulai kedinginan. Ia memicingkan matanya yang ngantuk berat sebab perjalanan semalam -jam 4 pagi tertidur-ke arah kasur tifal. kosong. Ia tidur kembali.

Sementara tifal berjalan jalan mengelilingi camp pengungsian. Ia berhenti di seberang landansan. Ia melihat mecanic dan pilot mempersiapkan pesawatnya.

belasan pesawat siap diterbangkan. satu persatu pesawat dihidupkan, suara nyala mesin pesawat yang besar membuat penghuni tenda keluar untuk melihat.

dooomm, bunyi mesin pesawat menyala disusul putaran propeler yang makin kencang. angin dari putaran propler berhembus kencang membuat udara lebih dingin.

Banyak orang keluar untuk melihat iring iringan pesawat tesebut. seketika sepanjang sebrang landasan dipenuhi orang, banyak yang terkagum kagum.

Saat ini pesawat adalah sesuatu yang langka dan produksi nya pun sangat minim. Karena kurangnya sumber daya alam.

Ditengah keriuhan itu martha terus memperhatikan tifal dari jauh. ia menatapnya diam diam.

Ia jatuh hati pada tifal saat pertemuannya dulu mengantarkan tape untuknya, sosok anak itu masih terngiang dalam fikiranya dan ditambah lagi fisik serta ketampanannya setelah menjadi prajurit.

Membuat dirinya semakin jatuh hati. Tapi ia sadar ada hashima di hati tifal. Saat ini adalah waktu yang tepat untuk mendekatinya.

Ia berfikir keras bagaimana cara mendekatinya tetapi tidak terlihat bahwa dia yang suka terlebih dahulu.

Hati dan fikirannya dipenuhi kebingungan. Ia memberanikan diri menyapa tifal, namun sia sia. Deru mesin pesawat mengalahkan suaranya.

Riuh sorak sorai anak anak melambaikan tangan nya sambil berloncat loncat kegirangan saat pesawat mulai terbang satu persatu.

Kali ini gagal.

Martha pun mengurungkan niatnya setelah melihat tifal dihampiri salah seorang penjaga.

***

Ali yang baru saja bangun melongok keluar tenda. Ia meliahat tifal sedang mengikatkan kudanya.

Ali menghampiri sahabatnya itu.

"kuda siapa ini", tanya Ali sambil memegangi jaketnya kedinginan. gigi geliginya bergemeletuk.

"kuda milik ibrahim salah satu penjaga, ia menitipkannya padaku, dia bertugas disana", kata tifal sambil menunjuk sebuah hanggar pesawat.

"kuda yang sangat bagus tifal, kau bisa menungganginya?,

"bisa Ali, ada pelajarannya di sekolah militer, para prajurit wajib bisa menunggang kuda. Sudah sarapan ali?", ali hanya menggelengkan kepala.

"klo begitu kita ke warung",

"baiklah",

Rupanya disana sudah ada sudah ada martha dan teman teman wanitanya. Pucuk di cinta ulam pun tiba.

Martha berusaha menahan perasaannya saat ali dan tifal datang. Ia sedikit grogi melihat tifal. Agar tidak terlalu terlihat ia pun bangkit dari duduknya dan membeli sesuatu, sementara ali dan tifal masih mencari tempat duduk.

Ada dua kursi kosong. Mereka kemudian duduk disana, sementara martha kembali ngobrol bersama temannya setelah saling sapa kepada ali dan tifal.

Namun pandangan martha tidak bisa lepas dari tifal yang menikmati makanannya.

"tiga hari lagi kau berangkat tifal", martha duduk diantara mereka berdua.

"iya martha, tiga hari lagi, bagaimana kabar tuan herich?",

"papah sedang keluar negri tifal, aku khawatir keadaan nya, Ia belum mengirim kabar",

"semoga baik baik saja", kata tifal membesarkan hatinya.

Ali mulai merasa curiga dengan gerak gerik martha yang seolah ingin mendekati tifal, ali mencuri pandang kearah martha, yang sedari tadi memandang ke arah tifal cukup lama. Teman temanya pun menghampiri martha untuk mengajaknya kembali ke tenda.