Chereads / Hal Yang Sulit Dilupakan / Chapter 3 - #2 TIDAK ADA KABAR

Chapter 3 - #2 TIDAK ADA KABAR

Jujur aku sangat beruntung memiliki teman seperti mereka ketika aku sedang dalam pikiran yang negatif, masalah, ataupun sedang lagi down mereka akan menghiburku bagaimanapun caranya agar aku bisa happy lagi. Setelah bermain begitu lama di tempat permainan, mereka bertanya kepadaku ada masalah apa sehingga wajahku bisa seperti tadi.

"Katakan pada kami kenapa wajahmu seperti tadi? Apakah kamu masih khawatir terhadap Adrian di Jakarta?" tanya Rendi dengan wajah kebingungannya.

"Iya jawab aja Alisya. Soalnya ketika wajahmu seperti itu apalagi kalau bukan soal Adrian," ucap David dan Aqilla.

"Aku hanya bingung saja akhir-akhir ini dia seperti menyembunyikan sesuatu dariku. Dia seperti ada masalah disana. Contohnya, tadi dia mengatakan kalau dia pusing karena banyak laporan apalagi selalu ke lab Farmasi hampir setiap hari. Aku merasa dia seperti menyerah terhadap kuliahnya," ujarku sambil menggenggam erat tanganku.

"Sepertinya dia memang butuh waktu untuk refreshingkan otak supaya bisa berpikir jernih mengenai kuliahnya. Karena bukankah itu sudah resiko yang harus dia tanggung? Jika memang dia ingin masuk di Fakultas itu, maka dia harus bersungguh-sungguh menjalankannya. Jika diberi tugas banyak itu memang sudah resikonya kuliah di Fakultas itu dan dia harus menerima resiko itu apapun kondisinya," ucap David

"Contohnya kita, kita sama-sama memutuskan untuk mengambil Fakultas Hukum itu karena memang bidang kita disitu dan kita harus bisa menerima resiko diberi tugas banyak, diberi kuis mendadak, dan lain-lain. Jadi didunia ini tidak ada yang instan. Semua butuh proses Alisya. Jadi jangan kepikiran lagi soal itu, mungkin saja dia belum bisa beradaptasi dengan hal itu dan tidak berhenti di tengah jalan karena sayang sekali kuliah jauh-jauh di Jakarta sudah di semester yang jauh tapi dia masih belum bisa beradaptasi. Cuma tetap berfikir positif saja semoga hal itu tidak terjadi," ucap Aqilla.

"Yang dikatakan mereka itu benar Alisya. Berdoa saja semoga Adrian bisa beradaptasi dengan hal itu. Sekarang jangan berpikiran seperti itu lagi ya," ucap Rendi

"Andaikan saja aku bisa mengatakan hal itu padanya. Tetapi, dia aja akhir-akhir ini jarang sekali chatting aku. Tapi terimakasih banyak yah," ujarku

"Sama-sama bukankah sesama sahabat seperti itu, harus menolong sahabatnya ketika sedang susah," ucap Rendi

"Bener banget. Ayok jalan lagi kali ini aku yang nyetir," ucap David

"Ayok!" ujarku sambil semangat.

Hari sudah sore, sebelum pulang aku dan Rendi mengantar David dan Aqilla ke kampus terlebih dahulu karena kendaraan mobil mereka masih berada di parkiran kampus.

"Kalian hati-hati pulang yah David jangan ngebut loh. Aqilla nanti marahi aja David kalau dia bawa kendaraan ngebut," ujarku pada David dan Aqilla.

"Siap bucinnya Adrian haha," ucap David dan Aqilla pun ikut tertawa.

Aku dan Rendi balik pulang, selama perjalan aku dan Rendi mengobrol tentang kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan dirumahnya. Aku mengantar Rendi terlebih dahulu, karena sudah sore sekali agar tidak magrib dijalan. Diperjalanan, aku merasa Rendi sedang menatapku dengan wajah yang penuh kekhawatiran.

"Kamu yakin baik-baik saja kan?" tanya Rendi

"Aku baik-baik saja Rendi. Emang ada apa?" Tanyaku balik

"Tidak apa-apa. Kalau misalkan ada masalah, jangan sungkan cerita sama aku ya. Insyaallah aku pasti bantu," jawab Rendi.

"Iya Rendi. Begitupun sebaliknya. Kamu juga kalau ada apa-apa atau butuh sesuatu, jangan sungkan ngomong sama aku. Aku gak suka kalau kamu menyembunyikan masalah dariku, aku ini sahabatmu sudah seharusnya sebagai sahabat saling membantu. Jadi jangan diam saja membisu seperti patung," ucapku sambil cemberut.

"Hahaha iya tau aja kebiasaanku kalau sedang diam membisu. Iya pasti kalau ada apa-apa aku akan bilang," ujar Rendi.

"Janji?" tanyaku

"Janji," jawab Rendi.

Setiba di rumah Rendi, aku masuk kedalam rumah Rendi dulu untuk pamit ke Ayah dan Ibunya Rendi. Aku masuk dan tidak lupa mengucapkan salam. Aku salim tangan kedua orang tua Rendi.

"Assalamualaikum Pak, Bu. Alisya langsung pamit pulang yah," ujarku pada kedua orang tua Rendi sambil salim.

"Tidak mau mampir dulu nak, buat makan malam?" tanya Ayahnya Rendi.

"Tidak terimakasih pak, soalnya takut magrib dijalan jadi langsung pulang saja pak. Lain kali saja hehe," jawabku.

"Iya sudah kalau gitu, salam buat Ayah dan Ibu kamu ya nak Alisya," ucap Ibu Rendi.

"Baik ibu. Kalau begitu saya pamit dulu ya. Assalamualaikum," ujarku.

"Wa'alaikumsalam. Rendi, antar nak Alisya sampai kedepan yah," ucap Ayah Rendi.

"Iya bapak. Ayok aku antar kamu kedepan," ucap Rendi.

"Makasih yah sudah diantar kedepan. Aku pulang dulu Assalamualaikum," ujarku sambil melambaikan tangan.

"Wa'alaikumsalam. Iya sama-sama. Hati-hati dijalan yah jangan ngebut," ucap Rendi sambil melambaikan tangan juga kepadaku.

Akupun langsung menyalakan mobil dan langsung pergi. Saat diperjalanan, aku menikmati pemandangan sore hari sambil ditemani music di tap mobil. Orang-orang yang sedang asik jalan dengan keluarganya, jualan kaki lima mulai pada muncul di pinggir jalan untuk buka jualannya pada sore hari menjelang malam, dan terlihat kendaraan-kendaraan yang lain sedang jalan menuju untuk pulang ke rumah masing-masing dengan lajunya mereka mengemudi. Akupun mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Sesampainya aku di rumah, ternyata Ibu sudah menunggu ku diruang tamu. Aku langsung masuk ke dalam rumah sambil salim dan mencium tangan Ibuku.

"Assalamualaikum Ibu, maaf ya bu Alisya pulang sore tadi setelah makan siang kami jalan-jalan sebentar cuci mata di Mall," ujarku dengan muka memelas.

"Wa'alaikumsalam iya nak tidak apa. Sekarang kamu ganti baju ya habis itu turun ke bawah nanti kita sholat mabrib sama-sama," ucap ibu sambil tersenyum.

"Siap Ibu aku ke atas dulu ya. Tapi ngomong-ngomong Ayah dan Kakak belum pulang ya ma?" tanyaku dengan wajah kebingungan

"Tadi Ayah barusan menelfon kalau Ayah dengan Kakak sedang dalam perjalanan pulang," jawab ibu

"Baik kalau begitu Ibu. Aku ke atas ya mau mandi," ujarku sambil mencium pipi Ibu.

"Iya hati-hati jangan lari," ucap Ibu dengan wajah yang khawatir.

Saat sudah sampai dikamar, aku memeriksa Handphone ku untuk melihat apakah ada notif chat dari Adrian. Ternyata tidak ada. Tidak biasanya seperti ini katanya dia akan mengabariku jika dia sudah sampai, tetapi sampai sekarang tidak ada kabar sama sekali darinya. Akupun mengirim pesan kepada Adrian untuk menanyakan apakah dia sudah sampai di kos nya atau belum.

[Alisya]

"Sayang sudah sampai di kos? Kok sayang gak ada beri kabar?"

Aku melihat dia terakhir aktif beberapa menit yang lalu. Mulai lagi timbul pertanyaan didalam otakku. "Apakah dia sedang banyak tugas?", "Apakah dia sedang main game?" dan masih banyak pertanyaan lainnya.