Ketika aku berada di kamar dan sudah siap-siap untuk berangkat ke kampus, Handphone ku bergetar ternyata notif chat Whatsapp dari Adrian. Aku membaca isi pesan itu dan terkejut kalau dia ingin ajak ketemuan untuk mengobrol denganku.
"Sayang, nanti pulang kuliah jam berapa? Apakah nanti kita bisa ketemuan? Aku ingin mengobrol sama kamu. Karena lama kita tidak bertemu," ucap Adrian
"Aku pulang kuliah sekitar jam 1 siang sayang. Mau ketemuan dimana?" tanyaku
"Di Cafe tempat biasa kita bertemu sayang. Nanti aku jemput di kampus gimana sayang," tanya Adrian
"Maaf sayang aku harus bawa kendaraan hari ini karena nanti aku harus jemput Ibuku di kantor jadi nanti kita langsung ketemuan saja di cafe," ujarku
"Oke sayang tidak apa-apa. Kalau gitu sampai bertemu di cafe nanti ya," ucap Adrian
"Iya sayang," ujarku
Ada apa kali ini? Pertanyaan yang aku berikan padanya tadi subuh kenapa tidak jawab? Apakah dia sengaja supaya ketemuan nanti baru dia akan menjawabnya? Entah mengapa saat masih pagi pikiranku sudah kacau karena teka-teki dari Adrian. Tidak lama Ibu mengetuk pintu kamarku dan aku membiarkan Ibu untuk masuk.
"Anak Ibu kenapa belum turun ke bawah? Adek kenapa wajahnya begitu? Apakah ada masalah? Ayo cerita pada Ibu," ucap Ibu dengan perasaan khawatir
"Tadi Adrian chat aku Ibu dia ingin mengajakku untuk ketemuan di cafe tempat biasa kami sering kesana. Tapi ada yang aneh Ibu pertanyaanku yang tadi subuh tidak di jawabnya. Hingga menimbulkan banyak sekali pertanyaan didalam otakku," ujarku
"Mungkin dia mengajak ketemuan sekaligus menjawab pertanyaan yang Adek berikan pada Adrian," ucap Ibu
"Semoga saja Ibu," ujarku sambil memeluk Ibu
"Ayo sekarang turun ke bawah ya sarapan habis itu berangkat kuliah," ucap Ibu
"Baik Ibu," ujarku
Aku menceritakan kepada Rendi, Aqilla, dan David soal Adrian saat dikampus. Aku menanyakan pada mereka apakah sebaiknya saat bertemu dengannya nanti sambil aku bertanya padanya apakah dia memiliki masalah disana sehingga dia memutuskan untuk kembali ke Samarinda.
"Bagaimana bisa tiba-tiba pacarmu ada di Samarinda? Padahal dia mengatakan padamu kalau dia mau balik ke kos." David dengan segala kebingungannya bertanya kepadaku.
"Iya Alisya apakah itu tidak menimbulkan banyak pertanyaan lagi didalam kepalamu?" tanya Aqilla
"Teman-teman biarkan Alisya berbicara dulu. Dia juga kaget karena mendengar kabar dari Adrian," ucap Rendi
"Aku juga tidak mengerti dengan Adrian padahal aku chat dia di Whatsapp apakah dia sudah sampai di kos? Tapi dia tidak membalas nya. Adrian justru chat ke aku di jam 23.00 malam dengan mengatakan bahwa dia sudah di Samarinda. Aku baru buka pesan itu saat aku bangun subuh dan hari ini dia ajak aku ketemuan di tempat cafe tempat biasa aku sering bersama dia kesana," ujarku
"Sepertinya dia ingin membicarakan hal penting padamu," ucap Rendi
"Aku juga tidak tahu Rendi aku hanya punya firasat tidak enak hari ini," ujarku
"Tenang Alisya berdoa saja hari ini baik-baik saja. Oke?" tanya Aqilla yang memberi semangat kepada ku
Aku tersenyum pada mereka. "Iya. Terima kasih ya."
"Apa mau kami temani?" tanya David
"Tidak apa-apa. Aku akan pergi sendiri kesana," ujarku
"Baiklah kalau begitu. Nanti hati-hati dijalan ya," ucap Rendi
"Iya Rendi," ujarku
Selesai dari kampus aku langsung pergi ke cafe tempat dimana aku sudah janji dengan Adrian. Jantungku semakin berdegup kencang tidak karuan seperti rasanya ingin pingsan, hingga membuatku menarik nafas panjang. Hingga aku sampai di cafe ternyata Adrian sudah menungguku di meja yang masih kosong belum ada minuman aku duduk didepannya dan dia ternyata memberikan coklat kepadaku.
"Ini untukmu sayang. Maaf membuatmu kaget dengan kedatanganku di Samarinda. Aku tidak sempat memberimu kabar karena aku pulang buru-buru," ucap Adrian
"Iya tidak apa-apa. Tetapi bagaimana dengan kuliahmu disana Sayang?" tanyaku
"Aku berhenti sayang," ucap Adrian
"Kenapa? Bukankah kamu sudah di semester yang lumayan jauh? Apakah tidak sayang berhenti kuliah begitu saja?" tanyaku
"Jujur aku sudah lama berhenti kuliah. Aku minta maaf baru mengabari mu sekarang. Aku takut kamu kecewa padaku. Aku tidak tahan di sana karena aku selalu dimarahi dosen karena aku hanya telat beberapa menit, kemudian laporan begitu banyak dan harus diselesaikan hari itu juga. Jadi aku memutuskan untuk berhenti kuliah saja," ucap Adrian
"Justru aku kecewa karena kamu tidak memberitahu aku soal ini. Kamu sudah lama berhenti kuliah tapi kamu tidak memberitahuku? Jadi selama kamu berhenti kuliah kamu melakukan kegiatan apa saja disana sayang?" tanyaku
"Aku kerja sampingan di tempat cafe temanku sementara sampai aku siap memutuskan untuk kembali ke sini," jawab Adrian
"Apakah orang tuamu sudah mengetahui hal ini?" tanyaku
"Aku sudah memberitahu mereka," jawab Adrian
"Iya sudah kalau begitu kalau ada masalah bilang saja ya sayang. Aku begitu khawatir kemarin aku takut kamu disana kenapa-kenapa karena tidak mengabari ku," ujarku
"Iya sayang maaf ya," ucap Adrian
"Iya sayang tidak apa-apa," ujarku
"Sebentar ya sayang ada telfon. Aku terima telfon dulu," ucap Adrian
"Iya sayang," ujarku
Adrian menerima telfon yang sejak tadi berdering, tetapi kenapa harus jauh dari meja tempat kami duduk? Apakah tidak bisa menerima telfon dari sini saja? Apa mungkin privasi sehingga aku tidak boleh mengetahuinya?. Aku tidak ingin curiga pada Adrian tetapi dengan tingkah dia seperti itu membuat diriku menjadi curiga aku tidak bisa langsung menyimpulkan semuanya tanpa adanya suatu bukti, aku tidak ingin menjadi salah paham nantinya. Dari cara dia menerima telfon dan mengobrol dengan orang yang ada di telfon dia senyum-senyum beda dengan diriku dia tidak seperti itu pada diriku.
"Maaf sayang tadi temanku mengajak untuk ngumpul-ngumpul hari ini," ucap Adrian
"Iya sayang tidak apa-apa ngumpul saja nanti bersama mereka. Karena lama juga mereka tidak bertemu denganmu, kan?" tanyaku
"Iya sayang," jawab Adrian
"Kalau begitu aku balik pulang ya sayang. Karena ini sudah jam 15.00 aku harus jemput Ibuku di kantor," ucapku
"Iya udah kalau gitu sayang hati-hati dijalan ya," ujar Adrian
"Iya sayang juga ya. Aku pamit dulu. Assalamualaikum," ucapku sambil beranjak dari kursi untuk pergi
"Wa'alaikumsalam," ujar Adrian
Akhirnya dia mau terbuka padaku, tetapi kenapa hati ini masih seperti belum puas dengan jawaban dari Adrian. Setiba aku dikantor Ibuku, aku masih menunggu Ibu keluar dari kantor sambil memainkan Handphoneku. Wajahku masih seperti orang kebingungan, memikirkan soal Adrian yang tersenyum seperti itu tadi di telfon aku tidak ingin curiga tetapi hati ini yang selalu mendorong diriku untuk curiga. Ketika aku sedang berfikir ternyata Ibuku sudah keluar dari kantor.