Chereads / Hal Yang Sulit Dilupakan / Chapter 11 - #10 KENYATAAN YANG PAHIT

Chapter 11 - #10 KENYATAAN YANG PAHIT

Rasanya lega semuanya sudah kembali ke rumah. Ibu sudah sehat kembali begitupun juga denganku kami akhirnya bisa melakukan aktivitas seperti biasa. Aku pergi ke kampus tidak sendirian Rendi yang menyetir mobilku motornya dia letakkan di rumahku karena keadaanku belum sembuh total, David, dan Aqilla juga menemaniku.

Setelah pulang dari kampus aku balik kerumah dan Rendi juga kembali ke rumahnya, tiba-tiba saja Ibu memanggilku untuk duduk ruang tamu. Ibu mengatakan bahwa hari ini kita akan jalan-jalan makan malam sekaligus karaokean padahal aku dan Ibu baru saja sembuh dari sakit tetapi Ayah mengajak jalan-jalan supaya refreshing sejenak.

Malam hari tiba, kami pergi ke tempat makan lalapan di pinggir jalan makanan favorit keluarga kami orang yang punya tempat makan sampai hafal dengan kami. Selesai makan kami pergi ke karaoke Ayah dan Kakak begitu antusias ingin menyanyi memang suara mereka tidak bisa di anggap remeh, Ayah dulu pernah menjadi band di sekolahnya hingga bakat itu turun ke Kakak yang dulu SMA hingga kuliah dia menjadi band dan paling populer dikalangan wanita. Aku dan Ibu hanya menikmati suara mereka ketika menyanyi.

Tanpa aku sadari baterai Handphone ku habis. Aku lupa mengisi daya Handphone ku sebelum jalan ternyata Adrian chat aku di Whatsapp saat mau membalas chat nya Handphone ku mati. Waktu sudah menunjukkan jam 23.10 kami pulang dan sampai rumah di jam 00.10 malam.

Aku langsung lari ke kamar untuk mengisi daya Handphone ku dan menyalakannya kembali. Aku memeriksa WhatsApp ternyata banyak notif pesan dari Adrian. Aku yakin dia pasti marah lagi dan menuduhku yang tidak-tidak.

[Alisya]

"Maaf sayang tadi pas dijalan Handphone aku mati. Ini aku baru pulang dari jalan dengan Ayah, Ibu, dan Kakakku."

[Adrian]

"Hmm"

[Alisya]

"Sayang kenapa?"

[Adrian]

"Tidak apa-apa."

[Alisya]

"Sayang marah?"

[Adrian]

"Tidak juga."

[Alisya]

"Tidak juga berarti iya. Sayang kenapa?"

[Adrian]

"Kamu jalan dengan keluargamu sampai jam segini. Tapi kenapa giliran denganku jalan hanya sebentar gak sampai jam 9 langsung pulang."

[Alisya]

"Wajar aku pulang jam segini karena aku jalan dengan keluargaku. Jika aku jalan dengan kamu itu beda lagi karena kamu baru pacar aku, wajar ketika anak perempuan sedang jalan dengan seorang laki-laki tidak bisa lama orang tua di rumah pasti akan khawatir kenapa anak gadisnya belum pulang jam segini."

Adrian tidak membalas pesanku setelah itu, aku bingung akhir-akhir ini dia mengeluarkan sifatnya yang seperti ini. Ada apa dengan dia? Mengapa dia seperti ini? dia selalu saja berkata seperti itu setiap aku jalan dengan keluarga ku.

Bahkan dia menuduhku kalau aku ada dekat dengan cowok lain selain dia. Yang dia tuduh adalah ketika aku bersama sahabatku. Karena sahabatku cowok ada Rendi dan David hingga ketika aku slow respon cuma 1 menit saja, dia langsung curiga kepadaku.

[Alisya]

"Sayang iya udah aku minta maaf. Sayang jangan marah lagi ya."

[Adrian]

"Hmm."

[Alisya]

"Aku mohon jangan marah seperti ini lagi. Lagi pula aku tidak macam-macam diluar sana."

[Adrian]

"Iya sayang aku maafin. Ini sudah malam sayang tidur ya."

[Alisya]

"Iya sayang selamat malam."

[Adrian]

"Selamat malam juga sayang."

Lagi, lagi, dan lagi aku yang minta maaf padanya padahal yang salah dia karena sudah egois seperti itu tetapi mengapa aku sangat bodoh dengan cara meminta maaf padanya padahal jelas-jelas dia yang salah. Aku langsung mengganti baju kemudian tidur karena besok hari sabtu jadi aku bisa istirahat sejenak.

Esok harinya aku bangun dengan keadaan lelah karena semalam pulang begitu malam sekitar jam 00.10 malam. Aroma terapi yang menemani pagi dan suara ayam berkokok tetangga di pagi hari aku memeriksa handphone ku terlebih dahulu sebelum ke kamar mandi. Ternyata ada chat grup Whatsapp yang anggotanya berisikan Rendi, aku, David, dan Aqilla.

[David]

"Teman-teman gimana kalau kita jalan ke Mall hari ini?"

[Aqilla]

"Iya kalian tidak stress apa dirumah mulu hehe."

[Alisya]

"Boleh. Gimana Rendi?"

[Rendi]

"Bisa. Jam berapa?"

[Alisya]

"Gimana kalau jam 11 siang?"

[Aqilla]

"Bisa. Sampai bertemu di jam 11 teman-teman"

Setiba kami di Mall kami mulai makan siang terlebih dahulu kemudian kami pergi ke tempat photobox untuk berfoto bersama. Aku terus melihat Handphone dan berharap Adrian menghubungi ku dan bertanya mengenai kabarku. Sambil berjalan dengan mereka aku merasakan bahwa aku ingin terus melirik kanan dan kiri entah ada apa dengan diriku.

Tiba-tiba langkahku berhenti disalah satu cafe yang berada di Mall tempat dimana kami habis reunian ditempat tersebut pada waktu itu. Iya aku melihat Adrian, dia bersama wanita yang menurutku cantik, modis seperti model, kulit putih sama denganku, lebih tinggi sedikit denganku.

Mereka saling berpegangan tangan sambil saling bertatapan satu sama lain, kenapa sikapnya dia terhadapku berbeda sekali ketika bertemu dengan wanita ini. Aku langsung meneteskan air mata. Rendi, David, dan Aqilla tidak sadar aku sudah berhenti dan tidak mengikuti mereka dari tadi. Aku menghampiri Adrian dengan wanita tersebut aku ikut duduk diantara mereka sedangkan Rendi, David, dan Aqilla hanya mengawasi ku dari depan cafe.

"Sayang sedang apa disini?" tanyaku sambil tersenyum dengan meneteskan air mata

Adrian terkejut dengan kedatanganku yang tiba-tiba berada dihadapannya. "Sayang kenapa bisa ada disini?"

"Aku sedang jalan dengan teman-temanku," ujarku

Gadis yang sedang bersama dengan Adrian itu mempertanyakan aku siapanya Adrian. Ternyata selama ini dia tidak bilang kalau dia sudah ada yang punya, yaitu aku. Aku dengan berani mengatakan kalau aku adalah pacar Adrian. Dengan santai gadis itu menatapku seperti sedang mengejekku.

Dia seperti tidak punya salah sama sekali. Hingga gadis itu bilang kepada Adrian untuk pilih aku atau dia. Dan jawaban yang keluar dari bibir Adrian adalah, dia memilih gadis itu ketimbang aku.

"Mengapa kamu lakukan ini padaku? Salah apa aku selama ini padamu? Aku tidak pernah marah saat kamu dekat dengan teman cewekmu. Aku tidak marah saat cewek yang kamu boncengin saat SMA waktu itu sambil berkata padaku "aku pinjam dulu cowokmu ya katanya dia mau mengantarku pulang". Walaupun hatiku sangat sakit tapi dengan bodohnya aku tidak marah padamu, bahkan kamu salah selalu aku yang minta maaf padahal aku tidak salah. Kamu tidak ada bersikap romantis padaku, aku tidak marah. Kamu tidak menjenguk ku saat aku sakit dan jatuh pingsan saat itu justru kamu malah meninggikan suaramu padaku aku tidak marah. Mengapa kamu sampai setega ini sama aku? Aku disini selalu menunggu mu dan setia padamu. Tetapi inikah balasanmu untuk ku Adrian?" tanyaku sambil menangis

Adrian justru meminta maaf karena sudah menyakiti hatiku. Tapi aku sudah terlanjut sakit hati sekarang. Mengapa tidak dari sejak awal saja dia putus denganku. Mengapa harus membuat hatiku sakit seperti ini. Aku mengusap air mataku yang terus mengalir. Semua pengunjung cafe disana mulai berbisik-bisik seraya melihat ke arah kami bertiga.

"Tidak perlu minta maaf justru ini adalah waktu yang tepat Allah menunjukkan sifat aslimu mulai dari sifat egois, tidak dewasa, tidak tegas. Semuanya sudah ditunjukkan hari ini juga. Bahkan orang tua aku tahu kamu akhir-akhir ini memang sudah berubah padaku. Sekarang kita tidak ada hubungan apa-apa lagi, aku yang akan putusin kamu dan kamu wanita yang saat ini dengan dia sekarang semoga dengan adanya kehadiran dirimu bisa mengubah dia menjadi lebih baik. Aku permisi," ujarku sambil beranjak dari kursi dan pergi dari tempat itu.