Begitu aku sadar, aku sudah berada didalam ruangan di rumah sakit. Badanku sangat lemas, aku bingung mengapa aku bisa disini terakhir aku hanya berjalan-jalan saat selesai rapat di kantor kemudian badanku semakin lemas pada saat itu. Aku mendengar suara klakson entah berada dimana posisi suara tersebut, aku ingin lari tapi badanku seperti tidak mempunyai tenaga sama sekali setelah itu aku ditarik dan dipeluk saat itulah aku langsung pingsan dipelukan orang tersebut yang sampai sekarang aku tidak mengetahui siapa dia.
"Tuan baik-baik saja?" tanya Sekretaris Kim
"Aku tidak apa-apa. Tetapi kenapa aku bisa di rumah sakit?" tanyaku balik
"Kata Suster yang mengantar Tuan ke rumah sakit adalah seorang perempuan. Tetapi mereka tidak memberitahu siapa namanya," ucap Sekretaris Kim.
"Aku ingin kamu cari tahu tentangnya. Aku sangat berutang budi padanya," ujarku sambil tersenyum.
"Baik, Tuan. Kata Dokter, tuan kecapean jadi harus banyak istirahat," ucap Sekretaris Kim.
"Aku sudah sehat jadi tidak masalah. Aku ingin pulang sekarang jangan sampai ayah dan ibu tahu soal ini," ujarku.
Namaku Darsa, aku lahir tanggal 20 April 1994 umurku 26 tahun bintangku Aries. Aku lahir di Indonesia kota Jakarta. Ketika aku SD, aku pindah sekolah di Korea karena Ayah memiliki perusahaan yang harus diurus disana jadi kami semua pindah kesana hingga aku besar di negeri Korea.
Aku meneruskan perusahaan Ayahku saat ini hingga jarang balik ke Indonesia aku memiliki teman orang Indonesia disini, setiap aku ingin pergi ke Indonesia aku selalu pergi dengan temanku agar bisa berlibur juga sekaligus silahturahmi ke rumah keluarga yang ada di Jakarta.
Jujur selama di Korea aku hanya pergi ke Kantor untuk rapat, kemudian istirahat makan siang, kemudian rapat lagi, dan pulang. Setelah sampai di rumah Ibu dan Ayah sudah menunggu diruang tamu bersama adikku yang sudah lulus kuliah dan membuka usaha cafe di Korea. Iya, dia adalah Salma. Dia beruntung bisa sempat sekolah di Indonesia kemudian melanjutkan kuliah di Korea agar bisa bersama kami disini. Perbedaan umur kami lumayan jauh yaitu 5 tahun karena dia lahir pada tanggal 06 Desember 1999 umurnya 21 tahun.
"Assalamualaikum Ayah, Ibu. Maaf Kakak baru pulang jam segini tadi ada urusan sebentar," ucapku sambil salim kepada Ayah dan Ibu.
Ayahku bernama Ardhavin Abiputra, sedangkan ibuku bernama Caliana Syafazea. Ayah jarang pergi ke kantor karena aku sudah mengurus semua perusahaan miliknya, tapi jika ayah ingin ke kantor maka itu tandanya dia ingin memeriksa kinerja para karyawannya. Sedangkan Ibuku hanya ibu rumah tangga, padahal kami memiliki pembantu tapi ibuku tetap saja ingin melakukan pekerjaan rumah.
"Wa'alaikumsalam kenapa lama sekali nak? Apakah terjadi sesuatu?" tanya Ibuku
"Tidak ada Ibu semuanya lancar," jawabku.
"Bagaimana di kantor? Apa kamu senang?" tanya Ayahku
"Seperti biasa Ayah hanya melakukan kegiatan sehari-hari seperti rapat, kemudian makan siang, kemudian rapat lagi, dan kemudian pulang," jawabku dengan wajah datar.
"Hahaha Ayah bercanda saja menanyakan hal itu tadi. Besok Ayah akan pergi ke Kantor karena ada anak teman Ayah mau datang ke kantor untuk rapat," ucap Ayahku.
"Siapa Ayah?" tanyaku
"Pasti nya bukan cewek jadi Kakak jangan kepedean hahaha," ucap Adekku.
"Kakak tidak mengharapkan seperti itu Adek," ujarku sambil senyum.
"Cowok, namanya Adya. Dia anak pertama, katanya dia juga membawa Adeknya cewek namanya Alisya dia adalah anak bungsu. Dia sengaja dibawa kesini karena ingin menemani Kakaknya," ucap Ayahku.
"Wah lihat ketika Ayah menyebutkan kalau Kak Adya mempunyai adik perempuan dia langsung terkejut dan wajahnya merah hahaha," ucap Adekku.
"Dia umurnya sama seperti Adek hanya saja bedanya dia lahir tanggal 02 Desember kalau Adek tanggal 06 Desember," ucap Ayahku.
"Wah ternyata seumuran denganku aku tidak sabar ingin bertemu dengannya Ayah, Adek mau kenalan dengannya," ucap Adekku.
"Tapi janji pada Ayah kalau di kantor jangan ribut ya," ucap Ayahku.
"Siap Ayah," ucap Adekku.
"Jadi besok jam berapa kita menemui mereka Ayah?" tanyaku
"Pagi jam 09.00," jawab Ayahku.
"Baik Ayah," ujarku.
Esok hari tepat jam 09.00 pagi aku, Ayahku, dan Adekku pergi ke kantor untuk bertemu dengan mereka. Dari rumah tadi perasaanku tidak karuan, aku bingung ada apa dengan diriku padahal baru saja bertemu mereka hari ini tapi aku berusaha untuk tetap tenang seperti biasa. Saat sampai di Kantor ternyata dia sudah menunggu di ruangan rapat, kami semua masuk kedalam aku melihat perempuan yang berada disamping pria itu. Apakah dia yang bernama Alisya? Tapi mengapa aku merasa sudah pernah bertemu dengannya?
"Apa kabar, nak Adya? Bagaimana kabar Ayah dan Ibumu?" tanya Ayahku
"Alhamdulillah Ayah dan Ibu baik-baik saja om," ujar Adya.
"Kenalkan ini anak om namanya Darsa dan ini anak bungsu om Salma. Kenalkan ini anak teman Ayah dia nak Adya dan ini Adeknya nak Adya yaitu nak Alisya," ucap Ayahku.
"Salam kenal, aku Darsa," ujarku.
"Saya Adya," ucap Adya.
"Aku Salma," ujar Adekku.
"Aku Alisya. Salam kenal," ucap Alisya.
Dari wajahnya sangat tidak asing apakah sebelumnya aku pernah bertemu dengannya? Tapi dimana? Ayah masih membicarakan soal kerjaan dengan Adya walaupun beda setahun tapi aku lebih senang dipanggil dengan nama saja tidak menggunakan kata Kak. Gadis itu hanya berdiam saja sambil membaca buku yang ada ditangannya dengan serius, apakah dia memang selalu tenang seperti ini? Adekku dengan berani mengajak dia ngobrol membahas soal buku novel gadis itu menjawab dengan senyum.
Senyumnya begitu manis, sepertinya dia orang yang begitu ramah pada semua orang yang berada didekatnya tapi aku merasa dia seperti menutupi sesuatu. Aku melihat Adekku seperti ingin mengajak Alisya untuk keluar dari ruangan.
"Kalian mau kemana?" tanyaku
"Aku mau ajak Alisya keliling didalam perusahaan ini sekalian ke perpustakaan yang ada disini. Ayo temani kami kak," jawab Adekku.
"Iya udah ayo. Ayah kami izin mau ajak Alisya berkeliling didalam perusahaan ini," ucapku.
"Iya hati-hati ya," ujar Ayahku.
Selama berjalan aku tidak sadar terus melihatnya. Wajahnya begitu serius ketika mendengar Adekku sedang menjelaskan. Alisya langsung sadar ketika aku sedang melihatnya sejak tadi. Dia begitu sinis, aku tahu dia pasti sangat risih karena aku terus melihatnya.
"Maaf saya tidak sengaja melihatmu," ucapku.
Justru Alisya menjawabku dengan menatap sinis diriku.
"Tidak perlu minta maaf karena saya juga tidak perduli soal itu," ujarnya sambil mengalihkan pandangannya.
Diantara semua gadis yang pernah aku temui hanya dia saja yang bersikap dingin seperti ini padaku. Hingga membuatku sangat penasaran, kenapa dia bisa dingin seperti ini.
Ketika sudah sampai di salah satu perpustakaan di perusahaan kami, aku melihat Alisya begitu sangat senang berada diantara banyak buku. Wajahnya sangat senang, aku bisa membaca ekspresinya saat ini. Tapi semua itu tidak berlangsung lama. Karena ketika dia ingin mengambil salah satu buku di rak, Ayahku memanggil kami karena sudah waktunya makan siang.