Chereads / Hal Yang Sulit Dilupakan / Chapter 16 - #15 KEMBALI KE SAMARINDA

Chapter 16 - #15 KEMBALI KE SAMARINDA

Jangan terlalu membenci orang. Karena bisa saja orang yang kamu benci, akan menjadi pasanganmu suatu saat nanti.

***

Sudah 2 minggu kami berada di negara Korea Selatan akhirnya aku dan Kakakku bisa balik ke Samarinda tapi sesuatu yang buruk menurutku yaitu pria itu ikut kami ke Samarinda karena dia punya urusan disana. Aku terpaksa harus melihat wajah pria menyebalkan itu lagi, saat didalam pesawat beruntungnya aku bisa duduk dengan Kakakku dan bukan dengan dia pesawat lepas landas mereka semua pada tidur sedangkan aku hanya membaca novel sambil mendengarkan music. Aku hanya membaca novel sebentar dan kemudian memandang jendela hanya awan putih yang kulihat tetapi hatiku sangat adem melihatnya walaupun tidak ada apa-apa hanya terdapat awan putih yang menyelimuti penerbangan kami.

"Aku berharap dengan aku balik ke Samarinda, aku bisa memulainya dari awal tanpa melupakan masa lalu yang pahit itu," ucapku

"Amin," ujar Kakakku yang sudah bangun sejak tadi

"Kakak terbangun? Maaf ya kak Alisya rebut ya?" tanyaku dengan perasaan tidak enak kepada Kakakku

"Tidak Adek. Tidak apa-apa semoga adek bisa kembali seperti dulu lagi ya," ujar Kakakku

"Insya allah kak karena aku belum bisa membuat diriku kembali seperti dulu lagi karena aku masih teringat masa lalu yang susah aku lupakan kak," ucapku

"Iya dek Kakak mengerti. Sekarang istirahatlah perjalanan kita untuk pulang masih panjang," ujar Kakakku

"Baik Kak," ucapku

Setiba di Jakarta kami mesti transit untuk ke Balikpapan dan disana kami di jemput Ayah dan Ibu, tidak hanya orang tuaku tetapi ada Rendi, David, dan juga Aqilla. Aku, Kakakku, dan Darsa duduk diruang tunggu sambil menunggu pesawat untuk penerbangan ke Balikpapan aku menyalakan Handphone ku untuk memeriksa apakah ada yang mengirim pesan di WhatsApp atau tidak ternyata banyak sekali walaupun hanya grup yang berisi Rendi, David, dan Aqilla. Ayah dan Ibu juga mengirim pesan kepadaku apakah aku sudah makan atau belum kemudian aku jawab satu-satu, tiba-tiba saja ada satu pesan dari grup alumni SMA mereka membuat acara reunian di salah satu hotel di Samarinda tempat dimana dulu juga adalah tempat perpisahan SMA kami. Aku membicarakan hal ini kepada Kakakku dan semua ada di keputusanku aku ke acara itu atau tidak akhirnya aku mengikuti acara itu lusa nanti.

Akhirnya kota yang aku rindukan selama aku pergi ke luar negeri, aku kembali ke kota kelahiran ku yaitu kota Samarinda. Aku begitu senang saat kembali lagi kesini ternyata setelah kami mengambil semua koper dan juga oleh-oleh ada seseorang yang sudah menunggu kami diluar yaitu Ayah, Ibu, Rendi, David, dan Aqilla aku langsung berlari kemudian memeluk Ayah dan Ibu.

"Assalamualaikum Ibu. Adek kangen sama Ayah dan Ibu," ucapku

"Wa'alaikumsalam Ayah dan Ibu juga kangen sama Adek dan juga Kakak. Nak Darsa bagaimana kabar Ayah dan Ibumu? Kamu sudah besar sekarang," ujar Ayah

"Iya Om lama tidak bertemu. Alhamdulilah baik-baik saja Om," ucap Darsa

"Kamar untuk nak Darsa sudah siap jadi nanti sampai rumah nak Darsa langsung ke kamar saja nanti," ujar Ayah

"Baik Om," ucap Darsa

Jujur aku tidak suka Ayah dan Ibu begitu akrab dengan anak tersebut. Bagaimana bisa orang tuanya dan orang tua ku juga berteman sejak lama, aku tidak perduli dengan pembicaraan mereka aku langsung pergi menghampiri Rendi, David, dan Aqilla.

"Kalian apa kabar? Aku kangen kalian," ucapku kepada Rendi, David dan Aqilla

"Aku kangen Alisya. Kamu makan dengan benar kan?" tanya Aqilla sambil menangis memelukku

"Hahaha aku baik-baik saja lihat aku ada disini sama kalian. Udah jangan nangis gitu aku kan sudah pulang dari luar negeri," jawabku

"Tapi ngomong-ngomong itu cowok siapa Alisya?" tanya Rendi

"Itu Darsa. Dia salah satu anak teman Ayahku. Orang tuaku dan orang tuanya juga sudah berteman sejak lama itu sebabnya orang tua Darsa tahu soal aku. Orang tuanya mempercayakan aku dan Kakakku untuk pergi bersama dia karena kebetulan dia ada urusan disini. Sebenarnya pada saat disana aku menolong dia hampir ditabrak oleh mobil kemudian dia pingsan karena wajahnya pucat banget pada saat itu. Aku sudah memberitahu kepada perawat disana untuk tidak memberitahu siapa yang menolongnya waktu di rumah sakit semoga saja dia tidak tahu," jawabku sambil mataku melirik ke arah Darsa yang saat itu sedang bersama dengan orang tuaku

"Mungkin saja kalau dia tahu, dia hanya mengatakan terima kasih padamu Alisya. Jangan begitu dingin sama dia, biarpun begitu dia adalah anak teman Ayahmu kasihan kalau kamu terlalu galak sama dia," ucap Rendi

"Aku malas banget sama orang itu, risih dekat dengan dia," ujarku

"Iya udah aku hanya menyarankan begitu. Tapi wajar aja karena kamu masih terperangkap dengan masa lalu yang sangat sulit kamu lupakan sampai saat ini, aku percaya suatu saat nanti kamu akan kembali ceria seperti dulu," ucap Rendi

Terpampang senyum di wajahnya Rendi saat memberiku saran yang tiada habisnya. Rendi memang selalu seperi itu. Mengoceh setiap saat ketika aku sedang mencibir seseorang yang tidak aku suka.

"Makasih banyak Rendi," ujarku

"Iya sama-sama Alisya," ucap Rendi

Ayah begitu senang mengobrol dengan Darsa, aku tidak suka dia begitu akrab dengan Ayahku, Ibuku, dan juga Kakakku perasaan benci ini selalu saja ada ketika dia berada disekitar orang-orang terdekatku seperti ingin sekali mendekati keluargaku dan juga aku. Kami keluar dari bandara dan jalan untuk pulang kembali ke Samarinda sebelum itu kami mencari makan siang terlebih dahulu kemudian baru melanjutkan perjalanan untuk pulang ke Samarinda.

Kota kelahiranku yaitu Kota Samarinda, akhirnya aku sampai juga di kota yang sangat aku rindukan walaupun hanya 2 minggu tetapi rasanya sangat lama ketika berada disana aku duduk di sofa sambil bersandar betapa senangnya hatiku bisa pulang ke kota Samarinda.

"Nak Darsa kamarnya sudah siap. Nanti Bibi Ijah yang mengantarkan nak Darsa ke kamar," ucap Ayahku

"Baik Om terimakasih," ujar Darsa

"Adek ini Darsa sudah lama tidak ke Samarinda nanti Adek bawa jalan-jalan keluar ya," ucap Ayahku

"Dia hanya jarang ke kota ini Ayah, bagaimana dia bisa lupa?" tanyaku sambil pergi ke kamarku untuk istirahat

"Ayah biar Kakak aja yang menemani Darsa untuk jalan-jalan," ucap Kakakku

"Iya Nak," ujar Ayahku

Aku mengernyitkan wajah saat melihat dia begitu akrab dengan keluargaku yang jelas-jelas bukan anggota keluarga ini. Untung saja Kakak menolongku aku begitu menyesal pada Ayah karena langsung pergi ke kamar, tetapi aku tidak mau minta maaf pada pria itu karena aku tidak salah.

Ketika berjalan ke dalam kamarku, kamar itu begitu rapi karena bibi Ijah yang merapikannya sebelum kami datang ke rumah. Aku langsung duduk di kasur yang empuk sambil memikirkan sesuatu yaitu tidak terasa waktu semakin berputar hingga aku selalu memikirkan bagaimana seterusnya aku tidak bisa membuka hatiku untuk siapapun? Karena walaupun Kakakku mengajakku ke luar negeri tapi tetap saja tidak ada perubahan.