"Tidak. Wajar karena orang yang disakiti seperti itu pasti rasa percaya akan cinta itu hilang didalam benaknya. Tetapi aku percaya hal itu pasti akan muncul kembali cepat atau lambat kamu akan kembali percaya pada cinta," jawab Darsa.
Aku terkejut dia mengatakan hal itu, dia sendiri sedang patah hati tapi dia beda sekali denganku. Dia tidak berubah drastis sepertiku karena putus cinta. Sedangkan aku saat sedang putus cinta dulu aku langsung berubah drastis hingga tidak percaya lagi pada cinta, sehingga menutup hatiku agar pria tidak bisa masuk. Tapi kenapa Darsa sangat yakin aku akan percaya kembali pada cinta.
Esok harinya, aku terbangun pada jam 09.00 pagi karena mendengar suara berisik dibawah. Aku meregangkan badanku kemudian turun kebawah. Ternyata suara ribut itu karena ada orang datang ke rumahku, rupanya itu adalah Sekretaris Kim.
Sekretaris Kim dijemput oleh Darsa di jam 07.00 pagi tadi. Aku terkejut karena aku masih belum mandi dan hanya menggunakan piyama panjang dengan rambut berantakan turun ke bawah. Aku begitu malu, kemudian aku berlari kembali ke atas untuk mandi terlebih dahulu. Mereka yang melihatku hanya tertawa saja.
Setelah mandi, aku langsung turun ke bawah. Tiba-tiba saja Sekretaris Kim mendatangiku dan hormat kepadaku. Seperti biasa, aku tidak suka seperti ini.
"Tidak perlu begitu, aku paling benci hal itu. Karena aku ingin di sapa layaknya seorang teman sekaligus keluarga," ucapku.
"Baik nona," ujar Sekretaris Kim.
"Jangan panggil aku Nona. Aku bukan atasanmu. Panggil saja Alisya," ucapku dengan sinis.
"Baik Alisya," ujar Sekretaris Kim.
"Sarapan sudah siap. Kamu tidak mau sarapan?" tanya Darsa
"Jika kamu muncul lagi tiba-tiba akan aku hajar wajahmu," jawabku.
Ekspresi terkejut di wajah Sekretaris Kim dan Darsa, membuat mereka terdiam seketika setelah aku mengatakan hal itu seperti ketakutan. Padahal baru bilang seperti itu, belum aku melakukannya beneran kepada mereka.
Aku langsung pergi ke meja makan untuk sarapan. Semua orang berkumpul setelah sarapan selesai, Ayah meminta kami semua untuk tetap berada di meja makan untuk membicarakan hal sesuatu. Ternyata Ayah menyuruhku untuk menemani Darsa selama dia berada di Samarinda. Aku terkejut dengan perkataan Ayah, karena aku menjadi asisten Kakakku kenapa tiba-tiba aku harus menemani orang ini lagi selama dia berada disini.
"Mengapa harus Adek Ayah?" tanyaku
"Karena Adek yang punya waktu luang untuk menemani nak Darsa selama dia di Samarinda," jawab Ayahku.
"Tapi adek kan asisten kakak, Ayah. Bagaimana nanti kalau kakak ada rapat di perusahaan?" tanyaku
"Tidak apa-apa adek, ada pak Abraham yang akan menemani kakak. Lagi pula dia juga asisten pribadi sekaligus supir pribadi. Jadi adek bisa menemani Darsa selama dia berada di Samarinda," jawab Kakakku.
"Baiklah," ujarku.
Setelah pergi dari meja makan, Handphone ku bergetar ternyata muncul notifikasi di WhatsApp ternyata grup yang bernama "Heboh" dengan anggota didalam nya Rendi, David, dan Aqilla. Mereka mengajakku pergi ke Mall untuk cuci mata sekaligus ke toko buku sambil melihat apakah disana ada buku keluaran terbaru atau tidak. Ketika aku masih fokus terhadap Handphone, tiba-tiba aku tersandung hampir saja aku terjatuh untuk kedua kalinya. Dan lagi-lagi Darsa yang menolongku dengan cara menahan tanganku. Aku terkejut dan reflek menepis tangannya kembali, kemudian pergi meninggalkannya.
Ketika sampai di Mall, kami makan siang terlebih dahulu kemudian kami keliling untuk melihat barang apa yang menarik untuk kami beli. Sekarang Rendi bekerja di salah satu Bank, sedangkan David dan Aqilla meneruskan perusahaan ayahnya. Kami sama-sama membeli barang yaitu berupa gelang sebagai tanda persahabatan kami. Di sela kami sedang berbelanja, ternyata ada Darsa dan sekretaris Kim yang mengikuti kami dari belakang mengapa pria ini selalu menggangguku.
Aku baru ingat kalau aku mendapat amanah dari Ayah untuk menemani Darsa selama dia berada disini. Aku memberitahu Rendi, David, dan Aqilla soal amanah yang diberikan kepada ayahku. Sahabtku mengerti dan berkenalan dengan Darsa dan juga Sekretaris Kim.
"Salam kenal aku Rendi, sahabat Alisya," ucap Rendi.
"Aku David dan ini Adekku Aqilla," ucap David.
"Salam kenal aku Darsa dan ini Sekretarisku, yaitu Sekretaris Kim," ujar Darsa.
"Salam kenal semuanya," ucap Sekretaris Kim sambil hormat.
Kami melanjutkan jalan-jalan lagi dengan ditambah ada Darsa dan Sekretaris Kim. Setiba kami di toko buku, aku mencari novel yang menarik untuk aku baca sedangkan mereka mencari buku yang lain. Rendi tiba-tiba mendatangiku aku terkejut dia ada dibelakang. Rendi mempertanyakan saat aku pulang bersama Darsa waktu itu apakah dia tidak berbuat macam-macam denganku, karena secara Rendi baru mengenal Darsa. Itu sebabnya dia khawatir kalau Darsa akan berbuat sesuatu padaku.
Tetapi aku meyakinkan Rendi bahwa aku baik-baik saja, justru Darsa membelikan es krim kesukaanku. Aku berbicara pada Rendi mengatakan padanya bahwa aku sangat bingung bagaimana Darsa bisa mengetahui apa yang aku suka hingga es krim kesukaanku saja dia tahu. Ketika aku dan Rendi sibuk berbicara, ternyata Darsa muncul ditengah-tengah kami sedang mengobrol tentang dia. Aku langsung diam dan tidak berbicara kembali begitu juga dengan Rendi. Tapi dari wajah Rendi seperti ingin mengatakan sesuatu padaku, tetapi apa?
Dalam sekejap aku melupakan pemikiran tentang Rendi tadi dan fokus kepada diriku sendiri. Mungkin nanti Rendi akan mengatakannya kepadaku sepertinya Rendi belum bisa membicarakannya sekarang. Jika tidak juga tidak apa-apa lagi pula pasti soal privasinya Rendi, dan aku tidak bisa ikut campur sepenuhnya. Ketika aku berada di tempat novel dan Rendi berada di buku-buku yang lain jauh dariku Darsa mengajakku mengobrol.
"Sedang cari novel yang bagus?" tanya Darsa
"Tidak juga. Hanya lihat-lihat saja," jawabku.
"Mau aku bantu?" tanya Darsa
"Dari pada kamu sibuk dengan urusanku, lebih baik kamu juga cari buku atau yang lain. Aku bisa sendiri," jawabku.
"Oke," ucap Darsa kemudian meninggalkanku.
Saat aku sendirian di bagian novel aku merasa seperti ada seseorang yang sedang mengawasiku, ketika aku melihat disekeliling tidak ada siapa-siapa. Aku langsung mendatangi Rendi, David, dan Aqilla yang sudah berada di kasir. Wajahku yang kelihatan sekali sedang berpikir sesuatu tentu saja diketahui oleh mereka dan mempertanyakan soal diriku.
Aku mengatakan kepada mereka kalau aku merasa ada yang mengawasiku tapi setelah aku melihat disekeliling tidak ada siapa-siapa, Rendi menyuruhku untuk waspada dan dia menyuruhku jika ada sesuatu segera menghubungi mereka.
"Apakah CCTV disini tidak bisa diperiksa? Karena ini menyangkut keselamatan Alisya juga." Aku bisa melihat wajah Darsa yang begitu khawatir terhadapku.
"Setahuku bisa asalkan kita izin," ucap Rendi.