"Apa ada orang didalam?" tanya salah satu Polisi
Tidak ada satu pun jawaban karena mulutku juga ditutup oleh Ratna. Hingga membuat Polisi tidak ada acara lain. Semuanya langsung berpencar agar mereka tidak bisa kabur.
Brak!
Terdengar pintu gudang didepan di dobrak oleh Polisi, dan langsung masuk ke dalam. Tetapi mereka tidak bisa bergerak, karena Ratna masih menyodongkan pisau itu ke arah leherku. Semua juga langsung ikut masuk ke dalam. Setelah mereka melihatku, ibuku (Kayla Zhara Qamela) langsung menangis karena melihat keadaan diriku yang begtu malang. Darah menetes terus menerus dari tanganku, hingga darah itu jatuh dan menyentuh lantai yang masih didasarkan semen. Kakakku yang melihat aku terluka karena Ratna, membuat kakakku semakin kesal.
Hingga ketika kakakku maju ke depan, beberapa anak buah Ratna ingin mengahadang kakakku pada saat itu. Tiba-tiba David, Rendi, dan Darsa menyusul untuk membantu, sedangkan anak buah ayahku juga ikut membantu kakakku hingga suasana didalam gudang begitu berisik.
"Hadang mereka aku akan bicara pada Ratna karena ini ada hubungan nya dengan ku," ucap Darsa.
"Baik," ujar Rendi.
Darsa mendatangi ku dengan berlari kencang. Tetapi tiba-tiba terhenti, dia tidak bisa bergerak karena ratna ada bersama denganku, dengan memegang pisau yang masih dia arahkan ke leherku yang mulus itu. Darsa tidak bisa berbuat apa-apa, karena sekali melangkah saja, maka leherku akan di sayat.
"Ratna lepaskan dia, dia tidak ada hubungannya dengan kita," ucap Darsa.
"Bohong! Jelas-jelas kamu mengatakan padaku kalau dia adalah orang istimewa dihatimu. Kenapa kamu seperti ini Darsa, padahal aku sangat mencintaimu," ujar Ratna sambil menangis.
Ratna yang sedang lengah karena menangis, akhirnya tangannya turun ke bawah. Pisau itu perlahan-lahan menjauh dari leherku dan turun ke bawah. Tiba-tiba ada yang mendorong Ratna dengan begitu keras. Ternyata yang mendorong itu adalah, Sekretaris Kim. Darsa dengan cepat melepaskan ikatan di tanganku pelan-pelan, dan ikatan di kakiku.
Aku langsung lemas, dan tidak bisa berdiri untuk jalan. Selama empat hari ditahan, hanya diberi makanan bekas seperti roti, dan juga tanpa minum yang cukup membuat tubuhku sulit untuk bangkit. Saat Darsa sedang bertanya soal kondisi ku, aku melihat Ratna berjalan mengambil sebuah balok. Kali ini sasarannya bukanlah padaku, tetapi sasarannya ada pada Darsa. Lagi dan lagi aku reflek dengan mendorong Darsa dari tempat dia sedang bersimpuh di sampingku.
Buak!
Suara hantaman balok dari ratna membuat aku mengeluarkan darah dari mulut. Aku bisa merasakan bahuku sangat sakit, hingga aku hanya bisa menahan rasa sakit itu. Kakakku yang melihat keadaan aku semakin parah, langsung segera menghabisi anak buah ratna dan berlari untuk mendatangi ratna.
Untungnya Rendi menahan kakakku untuk tidak melakukannya. Ratna masih terdiam, saat melihat aku menolong darsa ketika dia mau menyerang menggunakan balok. Darsa seperti tidak mengerti, mengapa aku selalu menolongnya. Kali ini aku menolong dia untuk kedua kalinya, Darsa membaringkan aku di pangkuannya. Darsa yang melihat keadaan aku semakin parah, langsung menangis.
"Kamu sudah menolong ku untuk kedua kalinya," ucap Darsa.
"Kamu sudah tahu? Ternyata perawat itu ember juga mulutnya," ujarku.
Ambulan yang belum muncul pada saat itu, membuat darsa semakin khawatir, dan berteriak kepada polisi untuk segera memanggil ambulan untuk cepat datang. "Cepat panggil ambulan!" teriak Darsa.
Semua anak buah ratna di amankan oleh polisi, sekaligus ratna juga ikut tertangkap karena dia adalah dalang dari semua ini. Aku di masukkan ke dalam mobil ambulan, lalu pergi ke rumah sakit, dan disusul oleh yang lainnya. Darsa yang menemaniku di dalam mobil ambulan terus mengajak aku untuk mengobrol agar tidak pingsan.
"Kenapa kamu harus ada disini? Lebih baik kamu di mobil sama yang lainnya." justru Darsa tetap berada di sampingku, karena dia tidak ingin aku kenapa-kenapa lagi. Dia ingin selalu berada disisiku. "Aku akan tetap disini menemani mu. Jangan pingsan, tetaplah sadar, sebentar lagi kita akan sampai di rumah sakit."
Pembicaraan itu tidak berlangsung lama, hingga membuat aku jatuh pingsan karena terlalu banyak mengeluarkan darah. Darsa langsung panik, dan meminta supir ambulan untuk menambahkan kecepatan.
Setiba di rumah sakit, suster langsung membawa aku ke ruang IGD untuk di obati sebelum itu Dokter memeriksa keadaanku terlebih dahulu, kemudian membersihkan darah yang terus menetes dari luka sayatan di tanganku.
Dokter itu menjelaskan bahwa, kondisiku saat ini begitu parah karena darah banyak keluar dari luka sayatan itu, sehingga membuatku tidak sadarkan diri akibat kekurangan darah. Dokter juga menemukan lebam di bagian belakangku seperti habis dipukul. Hingga dokter mempertanyakan sesuatu hal, "Apakah dia habis terkena pukulan yang cukup keras?"
"Iya Dokter belakang nya terkena pukulan balok," jawab Darsa.
Dokter menjelaskan kembali mengenai kondisiku. Dokter itu akan menjahit luka sayatan ditanganku. Tapi sebelum itu mereka membutuhkan donor darah. Karena rumah sakit itu kehabisan stok darah.
Golongan darah yang aku miliki adalah O+, dan untuk lebam di belakangku tulang bahuku mengalami retak sehingga mereka nanti akan memberikan alat penyangga bahu untuk sementara.
Rendi dengan sigap, langsung menawarkan dirinya untuk segera mengambil darahnya. Karena kebetulan golongan darahnya dan darahku sama-sama O+. "Baiklah silahkan pergi bersama suster untuk di periksa," ucap Dokter.
Ayahku memohon kepada Dokter, untuk melakukan yang terbaik, untuk kesembuhanku. "Kami akan berusaha semaksimal mungki," ucap Dokter.
Selama 2 hari aku tidak sadar. Aku terbangun dipagi hari, saat orang-orang masih tertidur aku terus memanggil memanggil orang tuaku dan kakakku. Saat aku masih memanggil mereka berkali-kali, semuanya terbangun dan mereka langsung menghampiriku yang sudah sadarkan diri.
Ketika kakakku melihat aku sudah sadarkan diri, langsung mengelus kepalaku sambil menangis. Karena melihat kondisiku yang di beri perban dan wajahnya yang masih lebam akibat tamparan dari Ratna pada saat itu. "Adek aman sekarang, adek jangan khawatir ya semua baik-baik saja." ucap kakakku
Aku mengalihkan pandanganku untuk melihat kearah tanganku, yang diberi alat penyangga bahu. Rasanya tidak menyangka pada diriku sendiri, bahwa tubuhku akan separah ini. Jika gadis lain yang mengalami hal ini, pasti dia akan sangat syok, dan mengalami trauma. Tetapi aku berbeda, aku begitu santai saat melihat kondisiku yang sekarang. Walaupun sebenarnya aku sedikit takut kalau aku akan mati ditangan Ratna.
Ketika aku menggerakan sedikit saja, justru sangatlah sakit. Ayah memberitahuku, bahwa aku mengalami keretakan di bahu jadi untuk sementara sehingga aku harus menggunakan alat penyangga bahu itu. Memang ini sangatlah membosankan, karena setiap harinya, aku harus melihat alat penyangga bahu itu menggantung di tanganku. Untuk kata "Sementara" itu, entah sampai kapan akan berlaku.
Aku tidak bisa menahan tangisanku. Aku meneteskan air mata karena melihat mereka semua begitu sedih melihat keadaanku seperti ini. Aku berpikir lagi-lagi aku merepotkan mereka semua. Hingga aku tidak menyadari bahwa yang lainnya juga berada dirumah sakit itu. Seperti sahabatku, Darsa, dan juga sekretaris Kim.
Aku ingin bergerak untuk duduk, tetapi Rendi melarangku untuk bergerak. Apalagi aku baru saja sadarkan diri. Aku terus meminta maaf kepada semuanya, jika aku tidak pergi diam-diam pada saat itu mungkin hal ini tidak akan terjadi. Aku menganggap diriku itu selalu salah, aku begitu nekat pergi sendirian. Tetapi mereka berusaha meyakinkan diriku kalau aku tidak merepotkan mereka, dan menyuruh aku untuk tetap fokus pada kesembuhan luka aku.
"Bagaimana dengan Ratna?" tanyaku. Aku justru bertanya tentang orang yang sudah membuatku seperti ini, mungkin mereka mengira entah terbuat dari apa hatiku ini sampai aku masih baik terhadap Ratna.
"Dia masih berada di kantor polisi. Kakak dan ayah akan datang ke sana," jawab Kakakku.
"Jangan kamu pikirkan wanita itu. Dia akan segera mendapatkan hukuman yang setimpal," ucap Darsa.
(Kantor Polisi)
Ratna masih di tahan di kantor polisi untuk diintograsi apa penyebab nya dia melakukan semua ini, gadis itu hanya menjawab bahwa dia tidak suka ada orang yang mendekati pria yang di cintai nya yaitu Darsa. Dia mengaku akan menyingkirkan siapapun yang berani mendekati Darsa, termasuk aku.
Polisi memanggil ayah Ratna untuk segera datang ke kantor polisi. Saat polisi memanggil ayah Ratna (Richard) ternyata ayahku (Adiwangsa Suherman Novandiro), kakakku, dan Darsa berada disana.
Ayah Ratna terkejut melihat bahwa Ayah dari korban itu adalah teman lamanya, tetapi ayahku bisa dikatakan lebih berbahaya dan lebih di atasnya.
Sedangkan ayah Ratna masih berada dibawah Ayahku, sehingga membuat semua orang takut dengan Ayahku. Ayah Ratna langsung bersujud di kaki ayahku untuk meminta ampunan atas apa yang di lakukan anaknya kepada diriku.