Chereads / Hal Yang Sulit Dilupakan / Chapter 25 - #24 DITOLAK

Chapter 25 - #24 DITOLAK

Tidak masalah jika yang kamu cintai bukanlah aku. Semoga kamu bisa bahagia dengan orang pilihanmu, walaupun itu bukan bersamaku.

***

(Rendi)

Sakit, sesak, perih, sedih semuanya campur aduk didalam diriku. Kali ini aku menyatakan perasaanku pada Alisya setelah sekian lamanya.

Tapi semuanya tidak seindah yang aku harapkan. Alisya menolakku karena dia hanya menganggapku sebagai sahabat, sekaligus seperti saudaranya sendiri.

Aku tidak masalah jika memang dia menolakku, setidaknya perasaan yang aku pendam sejak lama sudah aku sampaikan padanya.

Aku hanya bisa berharap dia bisa membuka hati nya kembali, dan semoga laki-laki yang akan dekat dengannya nanti bisa membuat Alisya percaya lagi pada cinta.

Persahabatanku dengan Alisya tentu tidak akan putus hanya karena cintaku di tolak. Setidaknya hatiku sudah enak bisa menyatakan perasaanku padanya hari ini.

Aku mengantarnya kembali ke kamar agar bisa istirahat, semua orang didalam ternyata sedang menunggu kami sejak tadi termasuk Darsa dan Sekretaris nya juga ada di kamar.

"Ayo, kok di luar lama banget. Habis PDKT ya hahaha." Ledek Aqilla sambil tertawa kecil.

"Atau habis menyatakan perasaan ni hahaha," ucap David yang membuat suasa di ruangan menjadi heboh hanya karena mulut mereka berdua.

Aku hanya tersenyum dan mengatakan kepada mereka bahwa kami hanya sebagai sahabat, dan selamanya akan seperti itu. Dari wajah David dan Aqilla mereka memahami maksud dari perkataanku, kalau Alisya baru saja menolak cintaku.

Saat aku pamit untuk pulang dan keluar dari kamar Alisya, tiba-tiba saja ada yang mendatangiku sambil berlari dengan kencang. Ternyata itu adalah David dan Aqilla. Saat sudah berada di depanku, David dan Aqilla sampai sulit untuk mengontrol nafasnya karena habis berlari mengejarku.

Aku bertanya kepada mereka, mengapa berlari seperti itu demi mengejarku. Ternyata mereka ingin mengajakku untuk ke cafe ngopi sebentar. Sebenarnya aku ingin langsung pulang tetapi karena aku tidak begitu enak dengan mereka, jadi aku menerima ajakan itu.

"Iya tapi kalian tarik nafas dulu pelan-pelan, kalian habis lari karena mengejarku," ucapku.

Aku bercerita kepada mereka soal aku menyatakan perasaanku kepada alisya, tapi alisya menolak. David dan Aqilla tidak menyangka bahwa aku akan menyatakan perasaanku hari ini, tapi karena aku merasa bahwa hari ini adalah waktunya jadi aku menyatakan nya pada alisya tadi.

"Kamu hebat kawan, setidaknya kamu sudah menyatakan nya hari ini walaupun tidak sesuai dengan apa yang kamu harapkan," ucap David sambil menepuk bahuku.

"Benar Rendi, kamu sudah berusaha hari ini. Tapi kalian beneran tetap bersahabat kan?" tanya Aqilla

"Iya seperti aku katakan di rumah sakit tadi, kami hanya sebagai sahabat dan selamanya akan seperti itu," jawabku.

"Kamu sangat dewasa kawan. Ayo sini aku peluk." David berucap seraya menghampiriku.

Ketika David ingin memelukku, aku langsung menghindar darinya sejauh 1 meter. Di cafe yang ramai seperti itu, membuat orang akan berfikir yang tidak-tidak tentang aku dan David. "Tidak terima kasih, aku masih waras." David dan Aqilla tertawa sambil memegang perutnya karena perkataanku tadi.

Setelah berkumpul dengan David dan Aqilla, malamnya aku kembali pulang ke rumah. Aku menceritakan pada orang tuaku semuanya, kalau aku sudah menyatakan perasaanku pada Alisya. Tetapi aku ditolak karena dia hanya menganggapku sebagai sahabat sekaligus saudara tidak lebih dari itu.

Aku juga mengatakan pada orang tuaku kalau kami akan tetap bersahabat. Orang tuaku memahami perkataanku, mereka bangga padaku karena pemikiranku dan Alisya sama-sama dewasa.

Karena orang tuaku berfikir, jika aku memutuskan persahabatanku dengan alisya itu akan membuat dia semakin sedih nantinya. Aku kembali ke kamar setelah mandi dan memakai baju.

Mataku mulai dibanjiri oleh air mata hingga mengalir ke daerah pipiku, mungkin saja aku masih kepikiran yang tadi. Aku mengusap air mataku, dan berusaha untuk tidak lemah sebagai laki-laki. Alisya pernah mengatakan padaku, untuk tidak menjadi laki-laki yang suka menangis karena itu akan membuatku semakin lemah. Saat ini aku akan memutuskan untuk membuka hatiku dan perlahan-lahan aku melupakan rasa cintaku kepada Alisya.

Esok harinya, aku mendatangi rumah sakit kembali di pagi hari, untuk menjenguk Alisya. Karena siang nanti jahitannya akan di buka. Ketika aku sedang menuju ke ruang kamar Alisya, Darsa sedang duduk di kursi taman rumah sakit seperti sedang memikirkan sesuatu. Aku langsung duduk di sampingnya untuk mengajak nya mengobrol karena selama dia disini aku hanya sebatas kenal saja dengannya dan tidak ada mengobrol dengannya sama sekali.

Aku bertanya pada darsa sedang apa diluar, ternyata dia ingin menikmati angin pagi. Aku langsung duduk disebelah nya juga, untuk menikmati angin pagi itu juga. Rasanya sangat nyaman, memang angin di pagi hari itu membuat hatiku sejuk. Sebenarnya aku masih merasa sedih, tetapi aku harus menyembunyikan perasaan sediku ini, agar alisya tidak curiga padaku.

"Boleh aku bertanya sesuatu padamu?" tanya Darsa

"Silahkan," jawabku.

"Apakah Alisya orang yang pemberani?" tanya Darsa

Aku menjawab pertanyaan Darsa, bahwa sebenarnya Alisya adalah orang yang penakut. Saat SMP, dia pernah di bully dan hampir mendapat tamparan dari salah satu gadis yang ingin mendekatiku di sekolah. Tapi aku berhasil menolongnya, hingga Alisya berjanji akan menjadi orang yang kuat. "Itu sebabnya ketika dia di culik, dia berusaha untuk kuat tetapi sebenarnya dia sangat takut," jawabku.

"Kamu begitu paham mengenai dirinya. Apakah kamu punya rasa suka padanya?" tanya Darsa

Aku terkejut bagaimana Darsa tahu jika aku memiliki perasaan pada Alisya, hal itu tidak membuatku untuk lemah karena aku sudah tenang karena kemarin. Aku mengatakan perasaan pada Alisya. Walaupun jawaban Alisya tidak sesuai dengan yang aku harapkan. Aku jujur kepada darsa kalau aku sudah menyatakan perasaanku kemarin, tapi dia menolakku.

"Aku mengerti Alisya hanya menganggapku sebagai sahabat, sekaligus saudara tidak lebih dari itu. Jadi aku tidak bisa memaksa Alisya untuk menerimaku. Tapi kami akan tetap bersahabat," jawabku.

Darsa begitu terkejut dengan perkataanku. Bagaimana tidak, aku dan alisya sudah lama bersahabat bahkan orang-orang mengira kami adalah sepasang kekasih. Tapi itu semua, tidaklah mungkin.

"Pemikiran kalian sangat dewasa, semoga kamu mendapatkan jodoh yang lebih baik dan mau menerima kamu apa adanya," ucap Darsa.

"Terima kasih. Oh iya jaga alisya ya, karena aku tahu, kamu juga menyukainya," ujarku.

Sontak darsa terdiam sejenak selama 10 detik, mungkin dia tidak menyangka kalau aku bisa menebak hal itu. Darsa bertanya padaku bagaimana aku bisa tahu hal itu. Aku menjelaskan padanya, selama di rumah sakit Darsa selalu menemani Alisya. Saat Alisya hampir jatuh dari kasur pun, dia dengan sigap menolong Alisya. Bahkan kejadian di gudang itu pun, Alisya menolong Darsa yang hampir kena pukulan balok Ratna.

"Aku bisa melihat kamu menatap Alisya, kamu begitu khawatir padanya. Jadi dari situ aku bisa menyimpulkan, bahwa kamu menyukai Alisya," ucapku.

"Tapi dia masih belum membuka hatinya untuk orang lain," ujar Darsa.

Aku meyakinkan kepada Darsa bahwa suatu saat nanti Alisya akan membuka hatinya kembali, memang itu butuh waktu yang lama. Apalagi dia masih trauma dengan masa lalunya dulu.

"Ayo kita ke ruang kamar Alisya karena nanti siang, jahitan yang ada di tangannya akan dibuka," ucapku.

"Iya ayo," ujar Darsa.

Ketika masuk ke dalam ruangan Alisya, ternyata dia sudah menunggu sejak tadi. Aku langsung mendatanginya untuk mengobrol. Tidak masalah jika aku patah hati hari ini, yang penting aku bisa melihat Alisya bahagia dengan jodohnya nanti dan mungkin saja jika jodoh itu adalah Darsa, aku juga tidak masalah.