"Adek juga sayang sama kalian semua," ujarku.
Sebenarnya yang dikatakan mereka itu benar, aku cukup bahagia saja kali ini karena aku masih punya keluarga serta sahabat yang sekarang berada disini bersamaku. Kakakku mengajakku untuk membuat coklat panas didapur bersama, setelah itu ada hal yang ingin kakakku bicarakan padaku di taman.
Ketika berada ditaman, kakakku mengatakan kalau Darsa ingin mengajak kami semua ke korea. Karena orang tuanya ingin bertemu dengan orang tuaku. Aku mengerti, wajar jika ingin bertemu karena orang tua dia dan orang tuaku saling berteman. Tetapi, mengapa aku juga harus ikut? Aku tidak mempertanyakan hal itu kepada kakakku. Aku akan ikut, jika sahabatku ikut. Itulah keputusanku.
"Bagaimana perasaan Adek sekarang?" tanya Kakakku
"Masih sama saja kak. Tapi aku masih perlahan-lahan untuk merubahnya," jawabku.
"Iya adek jangan terburu-buru. Lama-kelamaan, pasti bisa adek lupakan," ucap Kakakku.
"Aku akan meminta maaf padanya nanti. Apa kita masih punya es krim di kulkas?" tanyaku
Kakakku mengerutkan keningnya dengan kebingungan. Mungkin dia mengira untuk apa aku bertanya hal itu.
"Tentu. Masih sangat banyak. Ada apa dengan es krim dek?" Kakakku bertanya balik kepadaku
"Aku mau buka obrolan dengan Darsa nanti dengan cara mengajaknya makan es krim. Karena Adek sedikit canggung padanya," jawabku sambil menggaruk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal.
Kakakku hanya tertawa ketika mendengar aku merasa canggung pada Darsa sampai memulai obrolan dengan cara mengajaknya makan es krim. Tapi memang kenyataannya seperti itu. Aku begitu canggung.
Bagaimana bisa aku memulai bicara dengannya, jika tidak diawali dengan es krim. Kalau tidak seperti itu, aku akan gugup nantinya. Kakakku terus menertawakanku, hingga aku hanya terdiam melihat kakakku yang sangat puas tertawa sambil menyentuh perutnya.
Iya mungkin itu terdengar sangat lucu baginya, yah wajar saja karena dia jomblo. Mana pernah dia dekat dengan perempuan. Banyak perempuan yang dekat dengan kakakku, tapi justru kakakku menolak. Karena tidak ada yang pas dengannya. Ayah tidak pernah menjodohkan kami dengan anak temannya karena ayahku melihat kami sudah dewasa, jadi aku dan kakakku bisa memilih jodoh kami sendiri.
Tapi karena kakakku terlalu fokus dengan perusahaan ayahku jadi dia tidak begitu perduli soal jodoh. Karena kakakku berpikir nanti juga jodoh datang dengan sendirinya. Kakakku memilih pasangannya bukan dilihat dari fisiknya. Tapi yang dilihat kakakku adalah wanita yang dewasa, pekerja keras, menyayangi keluargaku dan juga aku, serta mencintai kakakku bukan karena harta.
Soal baik, semua orang itu pasti baik. Tergantung kitanya saja yang pandai menilai orang itu seperti apa. Jika salah menilai saja, maka kita yang rugi sendiri. Sama sepertiku dulu telah salah menilai Adrian orang yang baik.
"Iya ketawa saja sepuasnya. Seperti komedian saja kalau adek sedang bicara hal serius," ucapku.
"Hahaha maaf adekku yang lucu, baiklah ajak Darsa mengobrol. Kasihan dia dari tadi memikirkan soal adek, karena adek kan habis menangis. Ayo ambil es krimnya, baru ajak Darsa ke taman ya. Kakak mau kembali ke dalam," ujar Kakakku.
"Baik kak," ucapku.
Aku mengambil es krim di kulkas dan mengajak Darsa untuk mengobrol sekaligus meminta maaf padanya, atas perkataan ku tadi pasti dia sakit hati. Bahkan Rendi duluan menyatakan perasaannya padaku saat dirumah sakit, walaupun aku hanya menganggap Rendi seperti sahabat dan juga seperti saudara.
Darsa yang sedang duduk di sofa ruang tamu, aku menghampirinya. Ternyata dia dari tadi memang menungguku. Untuk apa dia repot-repot menunggu, padahal menunggu itu tidak enak.
"Ke taman sekarang," ucapku sambil memegang es krim di tangan.
"Ada apa?" tanya darsa
"Mau es krim tidak? Kalau tidak mau ya udah aku makan sendiri aja," ucapku sambil berjalan menuju taman dan aku tertawa kecil.
Darsa langsung beranjak dari sofa kemudian menyusulku dari belakang. Sesampainya di taman, aku memberikan Darsa es krim itu. Aku masih terdiam sambil makan es krim, aku bingung mau mengatakan apa padanya. Padahal aku bisa saja ngomong sama dia tapi kenapa kali ini aku sangat susah untuk bicara dengannya. Hingga akhirnya Darsa yang membuka obrolan duluan kepadaku.
"Apakah kamu masih marah padaku?" tanya Darsa
"Kalau aku masih marah, mana mungkin aku mengajakmu ke taman sambil makan es krim. Pertanyaan konyol," jawabku.
"Terima kasih sudah memaafkanku. Sekali lagi aku minta maaf," ucap Darsa.
"Justru aku yang minta maaf padamu atas sikapku selama ini. Aku tahu pasti ini sulit dimaafkan olehmu, apalagi aku sudah menyakiti hatimu karena sifatku yang seperti ini," ujarku.
"Kamu tidak perlu minta maaf. Aku maklumi hal itu, ucap Darsa.
"Emm... kata Kakakku kamu mengajak kami semua untuk ikut kamu ke Korea, karena orang tuamu sudah lama tidak bertemu dengan ayah dan ibuku. Tapi aku tetap ikut jika teman-temanku juga ikut ke Korea. Karena aku tidak akan pergi, jika mereka tidak ikut," jawabku.
"Iya Alisya, akan aku pastikan teman-temanmu ikut juga ke sana," ucap Darsa.
"Terima kasih," ujarku.
"Sama-sama," ucap Darsa.
Tidak berasa liburan di vila sudah berlalu. Darsa dan sekretaris Kim kembali ke korea. Kami semua juga ikut berangkat bersama Darsa dan sekretaris Kim.
Setiba di korea, kami semua menginap di rumah Darsa karena memang rumahnya sangat luas dan banyak kamar tamu untuk kami semua bisa tempati selama berada di sana.
Ayah dan Ibu sangat senang bisa bertemu dengan orang tua Darsa, sedangkan Salma begitu senang ketika aku kembali juga kesini membawa keluargaku dan juga teman-temanku. Tapi di sela mereka sedang berbincang aku membuka obrolan untuk berbicara kepada ayah dan ibu darsa. Aku meminta maaf kepada mereka, karena aku sudah bersikap yang tidak baik pada Darsa selama di samarinda.
Hingga Darsa menyatakan perasaanku, semuanya aku jelaskan saat itu juga. Tapi orang tua Darsa justru tidak marah padaku, air mataku menetes setelah aku menjelaskan semuanya. Bahkan Salma juga ikut menangis. Tante Caliana langsung menghampiriku dan memelukku.
Tante Caliana (Ibunya Darsa) juga mengerti posisiku dan menyuruhku untuk jangan terus menyalahkan diriku sendiri. Yang membuatku tersentuh adalah, tante Caliana mengatakan kalau beliau sangat sayang padaku, dan menyuruhku untuk menjadi wanita yang kuat. Karena banyak yang sayang padaku.
"Itu benar Alisya, lupakan semuanya saatnya kamu membuka lembaran baru. Bahagiakan dirimu, karena kamu berhak untuk bahagia," ucap adek Darsa, bernama Salma.
"Benar Nak, jangan menangis lagi ya. Kamu harus menjadi wanita yang kuat. Karena yang kami semua tahu, nak Alisya adalah gadis yang periang dan tidak pernah cengeng seperti ini," ucap om Dhavin (Ayahnya Darsa) sambil mengelus kepalaku.
"Terima kasih semuanya," ujarku.
Aku tersenyum dan langsung memeluk tante Caliana. Padahal aku sudah begitu dingin kepada anaknya. Tetapi mereka begitu sabar, dan sangat baik kepadaku. Hingga mereka sudah menganggapku seperti anaknya sendiri.
Setelah istirahat di kamar tamu, semuanya ternyata sudah berada di meja makan sambil mengenakan pakaian rapi. Aku melihat seorang perempuan yang tidak aku kenal sama sekali, begitu dekat dengan keluarga Darsa. Dan yang paling utama, gadis itu duduk disamping Darsa sambil tertawa bersama. Masalah apa lagi ini? Mengapa hatiku sangat sakit? Siapa wanita ini?
Aku terdiam memandang mereka yang sedang bercanda dan tertawa disana. Perempuan itu menatap Darsa seperti tatapan suka padanya. Baru satu masalah kelar, kenapa masalah baru muncul terus padaku?
Haloo reader. Terima kasih sudah mampir ke novel pertamaku. Setelah ini, aku akan lama update dikarenakan menabung bab untuk premium. Sabar menunggu ya kak, kita akan ketemu kembali di chapter terbaru dengan "POV AUTHOR". Jangan lupa follow Ig ku : dnliis_ agar tau informasi terkait novelku dari sana ^^.