Chereads / Hal Yang Sulit Dilupakan / Chapter 17 - #16 MARAH BESAR

Chapter 17 - #16 MARAH BESAR

Banyak yang ikut campur dalam urusan orang lain. Sehingga dia lupa untuk mengurus dirinya sendiri.

***

Saat malam hari aku pergi ke dapur untuk mengambil cemilan, saat aku jalan menuju dapur tidak sengaja aku mendengar ada seseorang yang sedang berbicara diruang tamu sambil menyebut namaku. Ternyata yang sedang berbicara diruang tamu adalah Darsa, dia menelfon seseorang sambil menyebut namaku aku terkejut dia membicarakan soal masa laluku bagaimana orang yang baru tinggal di rumahku hari ini bisa mengetahui masa lalu ku? Aku mendatangi dia dan merebut ponsel itu dari tangannya sambil berbicara dengan orang yang ada ditelepon tersebut ternyata itu adalah Sekretaris nya Darsa yang masih berada di Korea karena sedang ada urusan yaitu pulang ke kampungnya sebentar untuk menemui keluarganya di Korea, aku kemudian mematikan sambungan telepon tersebut dan berbicara dengannya berdua diruang tamu.

"Bagaimana kamu tahu masa laluku?" tanyaku

"Aku---" Saat dia berbicara terpotong, karena aku langsung menyergap ucapannya.

"Aku hanya berbicara soal masa lalu kepada orang yang aku percaya termasuk keluargaku dan sahabatku. Bagaimana kamu bisa tahu?!" tanyaku sambil membentak. Rasa takut itu terlukis di wajah Darsa saat ini.

Semua orang yang mendengar aku berteriak tiba-tiba turun ke bawah untuk melihat apa yang terjadi diruang tamu. Ayah, Ibu, dan Kakakku melihat aku marah diruang tamu Darsa terkejut karena baru kali ini melihat perempuan yang dia sangka adalah orang yang periang, ceria, dan baik hati saat ini sedang marah besar wajah Darsa seperti benar-benar menyesal dengan apa yang sudah dia perbuat.

"Ada apa ini nak? Nak Darsa ada apa ini? Kenapa Adek Alisya marah?" tanya Ayahku dengan rasa khawatir

"Siapa yang bercerita soal masa laluku sama orang asing ini?!" tanyaku sambil marah

"Jawab!" ucapku dengan semakin meninggikan suaraku.

"Adek tenang dulu," kata Kakakku.

"Dengar baik-baik jika kamu datang ke kota ini hanya untuk mencari tahu masa laluku dan hanya untuk mendekati ku, sebaiknya kamu kembali ke Korea!" ucapku dengan memberi ancaman kepadanya.

"Apakah kehidupanmu hanya untuk mengetahui urusan orang lain?! Sebaiknya kamu cari kesibukkan lain! Jangan ikut campur urusanku apalagi kamu membicarakan masa laluku! Semua itu sudah berlalu! Aku tidak suka ada yang membahas soal ini kembali! Jika aku mendengar hal itu lagi darimu, jangan harap aku membiarkanmu tinggal dirumah ini!" ucapku sambil meninggalkan ruang tamu dan pergi ke kamar.

"Kakak temani Adek ke kamar," pinta Ibuku kepada Kakakku.

"Baik Ibu," ucap Kakakku sambil menyusulku ke kamar.

Ayah mempertanyakan kepada Darsa apa yang sedang terjadi. Darsa menjelaskan kalau dia tidak sengaja berbicara dengan Sekretarisnya di telepon soal masa lalunya Alisya. Darsa menjelaskan kepada Ayahku kalau dia tidak sengaja membicarakan hal tersebut padanya hingga tadi membuat Alisya marah Ayahku mengatakan pada Darsa untuk sabar karena didalam rumah ini ada satu hal yang tidak boleh dibicarakan yaitu soal masa lalunya. Apalagi ada orang baru yang tinggal dirumah dan sedang membicarakan hal itu, karena itu yang membuat Alisya bisa marah besar.

Kakak mendatangi kamarku kali ini Kakakku langsung membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Aku masih duduk dilantai sambil diam karena perbuatanku malam ini yang sangat membuat orang tuaku dan Kakakku khawatir, aku merasa bersalah dengan Ayah dan Ibu karena sikap ku kali ini.

"Kakak minta maaf. Sebenarnya saat di Korea, Kakak menceritakan itu kepada orang tuanya dan juga ada Darsa disana. Kakak minta maaf ya. Ini semua salah Kakak," ucap Kakakku sambil sedih melihat diriku.

"Kakak tidak salah. Tolong jangan seperti itu justru aku yang harus minta maaf karena sifatku membuat Ayah, Ibu dan Kakak jadi sedih karena sifatku yang seperti ini sekarang. Aku tidak bisa mengendalikan kemarahanku Kak," ujarku

Air mata mulai mengalir di pipiku. Aku terisak hingga aku merapatkan bibirku.

"Tidak Adek itu hal yang wajar kamu sulit melupakan kenangan pahit yang dulu sampai membuatmu menjadi seperti ini. Sekarang istirahat karena Adek pasti kecapean habis perjalanan jauh tadi. Oke Good Night Adekku yang terbaik," ucap Kakakku

"Good night too Kakakku yang terbaik," ujarku

Hujan telah turun di pagi hari ketika aku sudah bangun dan masih mengumpulkan niat untuk membuka mata hingga tidak mengantuk kembali. Aku beranjak dari kasur setelah mengumpulkan niat, rumah sudah ramai karena sudah pada bangun aku menuruni tangga dengan keadaan masih mengantuk dan menguap sambil menutup mulut. Hingga tidak sadar aku tersandung dan hampir saja jatuh ternyata yang menolongku adalah lelaki yang membuatku marah besar tadi malam aku menepis tangannya kemudian ke meja makan untuk sarapan. Notif WhatsApp muncul di Handphone ku ternyata grup yang ber-isikan aku, Rendi, David, dan Aqilla.

[Rendi]

"Alisya aku mendengar dari Kakakmu kalau kamu sedang marah besar tadi malam katanya orang itu membicarakan masa lalu mu dengan sekretarisnya itu melalui telepon. Apa kamu sekarang baik-baik saja?"

[Alisya]

"Aku masih marah besar sekarang tadi saja dia menolongku yang hampir jatuh di tangga tapi aku menepis tangannya dengan kasar."

[Aqilla]

"Berani sekali orang itu. Dia pikir dia siapa? Berani-berani nya dia menyentuh sahabat kita."

[David]

"Apa perlu aku beri dia pelajaran?"

[Alisya]

"Tidak perlu aku bisa menghajarnya jika aku mau."

[Rendi]

"Jika ada sesuatu lagi beritahu kami." Ucap Rendi

[Alisya]

"Iya terima kasih." Ujarku

[Rendi, Aqilla, dan David]

"Iya sama-sama"

[Alisya]

"Besok aku ada acara reunian SMA di salah satu Hotel tempat dimana dulu adalah tempat perpisahan SMA ku."

[Rendi]

"Perlukah kami menemanimu?"

[Alisya]

"Boleh. Besok ya katanya jam 13.30 siang acaranya."

[David]

"Oke besok pakai mobilku aja kita pergi kesana sama-sama. Aku dan Aqilla akan jemput kalian"

[Alisya]

"Oke."

Setelah selesai sarapan, aku membantu Bibi Ijah untuk merapikan meja dan mencuci piring Darsa ternyata masih berada di meja makan sambil melihatku merapikan meja makan. Darsa langsung berdiri dan membantuku mencuci piring Bibi Ijah yang melihat kami berdua langsung meninggalkan ruang makan. Akhirnya hanya kami berdua yang masih berada di ruang makan aku hanya diam sambil membasuh piring yang sudah diberi sabun. Darsa seperti ingin bicara sesuatu padaku tapi karena ekspresiku yang dingin dia seperti tidak jadi ingin berbicara denganku, awalnya aku tidak enak padanya karena selama dia disini aku memperlakukan Darsa dengan tidak baik bahkan sejak kejadian tadi malam, aku sangat tidak enak padanya karena membentak dia.

Mengapa aku susah sekali untuk minta maaf. Ketika piring yang sedang aku pegang hampir saja jatuh dan pecah karena tanganku yang licin tapi dengan sigap Darsa langsung menolongku. Tanganku dan tangannya tidak sengaja saling berpegangan karena piring hampir terjatuh dan pecah. Aku yang langsung menyadari hal itu langsung melepasnya dengan cepat, jantungku langsung berdegup dengan sangat kencang.