(Darsa)
Aku asik berbicara dengan Sekretaris Kim tiba-tiba saja kucingku Piko hilang dari pangkuanku. Aku panik mencari Piko kesana kemari tetapi tidak ada sama sekali ternyata Sekretaris Kim menemukan Piko berada di halaman taman bersama Alisya, aku terkejut baru kali ini kucingku mau dekat dengan orang baru.
"Piko dari tadi aku cariin ternyata disini maaf ya Alisya dia buat kamu kaget," ucapku.
"Iya," ujar Alisya.
"Bagaimana kabar orang tuamu? Baik-baik saja?" tanyaku
"Sebelumnya kamu udah bertanya hal ini pada Kakakku. Jika memang tidak ada bahan pembicaraan dan ingin berusaha berbicara kepadaku sebaiknya kamu diam saja," jawab Alisya.
Dia meninggalkanku bersama Poki yang masih berada di halaman taman. Mengapa dia sedingin ini? Kata Kakaknya dia adalah orang yang periang, selalu tertawa, dan mudah bergaul. Tetapi yang aku lihat sekarang ini dia sangat dingin, tatapannya sangat sinis seperti melihat musuh lamanya yang sangat dia benci. Saat aku bertemu dengan Ayahku, Ibuku, dan dengan Kakak Alisya untuk menanyakan mengapa Alisya seperti itu.
Aku terkejut dengan yang dikatakan oleh Kakaknya, begitu tega membuat Alisya seperti ini. Pantesan saja dia begitu berubah hingga bersikap dingin kepada pria yang ingin dekat dengannya dan hanya bersikap ceria kepada orang-orang tertentu saja terutama keluarga dan teman dekatnya saja.
Wajahnya yang cantik seperti itu bagaimana bisa cowok itu berpaling dari dia. Diselang-selang aku berbicara dengan Ayahku, Ibuku, dan Kakak Alisya Sekretaris Kim membisik ku untuk berbicara di halaman taman sebentar.
Gadis yang pernah menolongku pada saat aku hampir ditabrak dan membawaku ke rumah sakit ternyata sudah ketemu siapa namanya dan ternyata gadis itu adalah orang yang saat ini sedang berada dirumahku sekarang yaitu Alisya aku tidak menyangka hal ini akan terjadi, Sekretaris Kim mendapat informasi tentang nama itu dari salah satu perawat yang berada di rumah sakit itu juga dia tidak sengaja mendengar salah satu orang memanggil nama Alisya saat gadis itu sedang berada disamping ku sambil membawaku keruang IGD.
"Akhirnya gadis yang selama ini aku cari dia berada dirumahku sekarang," ucapku sambil tersenyum.
"Mengapa Tuan? Mau Tuan apakan Nona Alisya?" tanya Sekretaris Kim
"Aku akan diam saja sambil memandang dari jauh saja. karena aku tahu sifatnya begitu dingin karena masa lalunya," ujarku.
"Baik Tuan. Tetapi apakah Tuan tetap mendekati Nona Alisya walaupun sifatnya seperti itu?" tanya Sekretaris Kim
"Aku tidak mendekatinya. Mengenai sifatnya itu pasti akan menghilang suatu saat nanti dan aku percaya hal itu," ujarku.
"Baik Tuan," ucap Sekretaris Kim.
"Tapi jika mantannya itu mendekatinya lagi akan aku beri dia pelajaran. Aku minta tolong padamu Sekretaris Kim selama kita di Samarinda nanti aku ingin kamu mengawasi Alisya dari jauh," ujarku.
"Baik Tuan," ucap Sekretaris Kim.
Ketika mereka pulang aku melihat Alisya begitu diam dan hanya salim tangan Ayah dan Ibuku, saat Kakaknya berpamitan dengan ku Kakaknya berpesan padaku untuk tidak begitu dekat dengan Adeknya, karena Adeknya bisa marah besar dan Kakaknya memintaku untuk hati-hati. Tetapi aku hanya mengatakan iya kepada Kakaknya aku yakin sifat yang seperti ini hanyalah sementara dan tidak bertahan selamanya. Aku memberikan Novel kepada Kakaknya untuk diberikan kepada Alisya karena aku mengetahui kalau Alisya sangat suka membaca Novel dan seperti biasa tidak ada ekspresi senang di wajah Alisya hanya diam sambil menerima Novel dariku.
Malam hari tiba aku selalu memikirkan soal Alisya hingga tanpa aku sadar Ayah duduk di depanku sejak tadi dan melihatku sedang berpikir sesuatu. Seperti biasa Ayahku pasti tahu yang aku pikirkan adalah Alisya, Ayah sambil membawakan Kopi untukku kami pun berbicara juga soal Alisya.
"Kamu memikirkan Alisya ya nak?" tanya Ayahku
"Iya Ayah. Ada hal yang ingin aku ceritakan pada Ayah. Tapi tolong Ayah jangan marah padaku," jawabku
"Bagaimana Ayah bisa marah padamu kalau kamu belum cerita," ucap Ayahku.
"Sebenarnya kemarin aku sempat pingsan dijalan dan ada mobil hampir menabrakku Ayah," ujarku.
"Bagaimana bisa? Tapi kamu tidak apa-apa kan nak?" tanya Ayahku
"Aku baik-baik saja Ayah karena ada gadis yang menyelamatkanku hingga aku tidak ditabrak oleh mobil," ujarku.
"Siapa itu nak?" tanya Ayahku
"Alisya Ayah. Dia yang sudah menyelamatkan ku," jawabku.
"Benarkah itu?" tanya Ayahku dengan ekspresi terkejut
"Iya Ayah aku meminta Sekretaris Kim untuk mencari orang yang sudah menolongku pada saat itu hingga salah satu perawat dirumah sakit itu memberitahu Sekretaris Kim bahwa yang menyelamatkanku adalah Alisya Ayah," ujarku.
"Kita harus berterima kasih padanya. Kita berutang budi padanya," ucap Ayahku.
"Jangan Ayah aku tidak ingin mereka mengetahui kalau aku sudah tahu kalau Alisya yang menyelamatkanku. Biarkan saja Ayah suatu saat nanti biar aku yang mengatakannya," ujarku.
"Baik nak," ucap Ayahku.
Aku duduk di taman sambil menikmati angin malam. Dipikiranku masih terbayang wajah Alisya ketika tersenyum tadi, tanpa disadari aku tersenyum ketika mengingat yang tadi. Dia begitu lucu dan lugu, dia begitu sopan pada Adekku. Tiba-tiba Sekretaris Kim mendatangi ku sambil membawa minuman dan cemilan. Dia begitu tahu jika aku berada diluar pasti sedang memikirkan sesuatu.
"Apakah Tuan masih memikirkan nona Alisya?" tanya Sekretaris Kim
"Ti-tidak. Memangnya ada apa?" Aku begitu gugup saat menjawab pertanyaan Sekretaris Kim.
"Tuan saya sudah lama kerja dengan Tuan, bagaimana bisa saya tidak hafal dengan eskpresi tuan?" tanya Sekretaris Kim sambil tertawa kecil
"Aku hanya tiba-tiba terbayang senyumannya saja. Hingga membuatku tersenyum sendiri. Ta-tapi bukan berarti aku suka ya," jawabku dengan gugup.
"Hahaha jelas-jelas Tuan begitu malu. Lihatlah wajah Tuan merah sekarang. Tuan yang begitu populer dikalangan banyak wanita ternyata bisa malu juga ya," ucap Sekretaris Kim.
"Haha udah ya jangan meledek ku terus. Aku sudah bilang aku memikirkan Alisya buka berarti suka padanya," ujarku.
"Sudahlah Tuan mengaku saja jangan malu-malu seperti ini. Malu-malu tapi mau. Benar kan? Hahaha," ucap Sekretaris Kim.
"Sudah ya aku mending ke kamar saja. Berdebat dengan mu membuat kepalaku panas saja. Kamu sebaiknya tidur juga," Aku langsung meninggalkan Sekretaris Kim.
Saat berjalan ke kamarku jantungku terus berderbar tanpa henti. Ya ampun jangan sampai yang di katakan Sekretaris Kim benar. Tapi tidak mungkin aku dengannya baru bertemu hari ini tidak bisa dikatakan bahwa aku menyukainya. Hanya saja, jantungku selalu berdebar jika mengingat senyumannya yang begitu manis. Aku berusaha menenangkan diriku dengan cara mencuci wajahku kemudian aku duduk di meja kerja ku. Ketika aku sedang duduk di meja kerja, aku melihat barang dari mantanku masih ada dan aku langsung membuangnya di sampah.