Saat dipagi hari aku dan Kakakku Adya bersiap-siap untuk pergi ke perusahaan tempat teman Ayah kami untuk membicarakan soal kerjaan. Diperjalanan aku selalu melihat keluar rasanya tenang tetapi hati ini seperti merasakan firasat yang tidak enak.
Setiba di perusahaan tersebut ternyata mereka belum datang jadi kami disuruh untuk masuk kedalam terlebih dahulu tidak lama setelah itu mereka akhirnya datang. Aku terkejut walaupun aku tidak menunjukkan ekspresi itu diluar, aku bertemu lagi dengan cowok yang pernah aku tolong saat pingsan dijalan dengan tenang aku menyapa mereka.
Aku dan Kakakku sempat terkejut melihat anak teman Ayah kami ternyata adalah orang yang aku tolong kemarin, aku hanya bisa diam saja tidak berkata apa-apa aku akan bicara ketika ada yang mengajak ngobrol hal yang penting saja.
Aku menikmati baca novel sambil minum es kopi kesukaanku sedangkan Kakakku lagi berbicara dengan temannya Ayah bernama Ardhavin Abiputra. Tiba-tiba adeknya Darsa, yaitu Salma, datang dan seperti sangat kepo terhadap diriku. Dia melirikku kanan kiri dengan ekspresi senang ternyata umurnya sama dengan ku justru aku mengira dia lebih tua dariku hampir saja aku menyapanya dengan menyebut Kakak.
"Aku tidak menyangka bahwa umur kita sama," ucapku.
"Hehe iya itu sebabnya aku senang bisa punya teman baru apalagi Ayahku berteman dengan Ayahmu sejak lama. Ngomong-ngomong apakah kamu sangat suka membaca novel?" tanya Salma
"Iya aku suka membaca novel. Biasanya aku membaca novel ketika sedang tidak ada kesibukkan seperti ini," jawabku.
"Bagaimana kalau aku ajak kamu keliling didalam perusahaan ini? Kebetulan disini ada perpustakaannya juga," ucap Salma.
"Tapi ...." Aku belum selesai bicara dan Salma langsung menggenggam tanganku.
"Sudah tidak apa-apa. Kakakku akan menemani kita jadi tidak akan ada yang macam-macam pada kita," ucap Salma.
"Kalian mau kemana?" tanya Kakaknya Salma, yaitu Darsa
"Mau ajak Alisya keliling didalam perusahaan ini sekalian ke perpustakaan yang ada disini. Ayo temani kami kak," jawab Salma.
"Iya udah ayo. Ayah kami izin mau ajak Alisya berkeliling didalam perusahaan ini," ucap Darsa.
"Iya hati-hati ya," ujar om Dhavin.
"Aku pergi dulu ya kak," ucapku.
"Iya dek hati-hati ya," ujar Kakakku.
Salma menjelaskan satu persatu mengenai ruangan yang ada disetiap perusahaan aku hanya diam sambil menyimak perkataannya. Aku melihat disekeliling karena takjub dengan perusahaan disini mereka datang tepat waktu dan sangat cepat jalannya. Ketika aku menoleh sebelah kanan ternyata Darsa menatapku sejak tadi aku hanya diam dan tidak terkejut atau apapun itu hanya dia saja yang terkejut saat aku menoleh kearahnya.
"Maaf saya tidak sengaja menatapmu," ucap Darsa.
"Tidak perlu minta maaf karena saya juga tidak perduli soal itu," ujarku.
Aku mengalihkan pandangan dengan wajah biasa saja tanpa ada senyum sama sekali sambil melihat kembali tempat-tempat didalam perusahaan yang diperkenalkan oleh Salma. Setelah semuanya selesai Salma mengajakku ke tempat dimana aku sangat ingin berada disana, iya perpustakaan. Banyak sekali buku dimana-mana tersusun dengan rapi begitu banyak orang disana yang sedang mencari buku dan membaca buku di meja.
Baru saja didalam perpustakaan sebentar ternyata kakak memanggil kalau rapatnya sudah selesai. Dan kakak mengatakan bahwa om Dhavin mengajak kami untuk makan siang bersama dirumah mereka. Aku hanya diam saja tanpa berbicara sedikitpun saat berada dirumah Darsa. Aku hanya menikmati makanan tanpa berbicara dengan mereka, sedangkan Kakakku sambil mengobrol dengan tante Caliana. Selesai makan, aku hanya berada didekat halaman taman rumahnya Darsa sambil membaca novelku. Kakakku masih bercerita dengan Ayah dan Ibunya Darsa di ruang tamu.
"Kalau Om boleh tau. Alisya kenapa menjadi pribadi seperti itu sekarang? Karena yang om dan tante tau, Alisya anak yang periang," ucap om Dhavin.
"Sebenarnya Alisya masih sama seperti dulu tetapi dia hanya ceria dengan kami saja dan dengan teman-teman dekatnya yang ada di Samarinda. Dia seperti ini ceritanya panjang om, intinya Alisya berubah seperti ini karena salah satu pria yang dulu pernah mengisi hatinya kemudian disakitin dengan cara selingkuh dibelakang Alisya dan selama mereka LDR Alisya tidak tahu kalau pria itu sudah selingkuh dibelakangnya. Jadi dia memutuskan tidak ingin dekat dengan siapapun apalagi berpacaran bahkan ada pria waktu itu berusaha mau mendekati Alisya dia dengan dingin sekali menolak mentah-mentah orang tersebut," ujar Kakakku.
"Tega sekali orang itu, karena dia Alisya menjadi seperti ini sekarang," ucap tante Caliana.
"Sekarang dia menutup pintu hatinya Om. Dia tidak ingin menerima siapapun untuk saat ini, itu sebabnya dia berubah sekarang. Kami sampai sekarang bingung bagaimana bisa membuat Alisya kembali seperti dulu lagi dan bisa membuat Alisya percaya kembali kepada cinta agar bisa membuat Alisya melupakan kenangan pahitnya yang dulu," ujar Kakakku.
"Yang sabar nak. Suatu saat nanti Alisya pasti akan berubah hanya butuh waktu saja," ucap om Dhavin.
"Baik Om," ujar Kakakku.
"Oh iya Darsa akan om suruh untuk berangkat ke Samarinda saat kalian pulang nanti. Jadi kalian bisa berangkat pulang sama-sama, karena dia juga memiliki urusan disana," ucap om Dhavin.
"Baik om bisa saja Darsa berangkat dengan kami nanti," ujar Kakakku.
Pagi sudah berlalu dan siang mulai muncul di jam 12.00 aku masih membaca novel sambil mendengarkan musik, tiba-tiba aku merasakan ada yang mengelus kakiku dengan lembut. Aku langsung terkejut dan langsung melihat kebawah ternyata ada kucing yang begitu cantik warna bulunya hitam putih ternyata pemilik dari kucing ini adalah Darsa, dia langsung menghampiriku saat aku masih mengelus kucing.
"Piko dari tadi aku cariin ternyata disini maaf ya Alisya dia buat kamu kaget," ucap Darsa dengan nada lembut.
"Iya," ujarku sambil menunduk.
"Bagaimana kabar orang tuamu? Baik-baik saja?" tanya Darsa
Sejak tadi dia seperti berusaha untuk mendekatiku terus. Aku justru menatap wajahnya dengan menunjukkan ekspresi tidak suka padanya.
"Sebelumnya kamu udah bertanya hal ini pada Kakakku. Jika memang tidak ada bahan pembicaraan dan ingin berusaha berbicara kepadaku sebaiknya kamu diam saja," jawabku.
Aku pergi meninggalkan dia bersama kucingnya tadi. Sungguh aku sangat kesal berada didekatnya. Mengapa dari tadi dia berusaha mengobrol denganku padahal aku tidak suka sama sekali. Apa dia tahu kalau aku yang menolongnya waktu itu? Kakakku masih sibuk mengobrol dengan orang tuanya Darsa, aku duduk di kursi teras sambil mendengarkan musik ternyata ada pesan masuk dari tadi.
Pesan dari Rendi, dia bertanya apakah aku disini baik-baik saja. Aku memang merasa kurang nyaman berada di tempat ini, aku kurang suka dengan cowok yang berusaha ingin mengobrol denganku. Tetapi aku berusaha menjelaskan kepada Rendi untuk tidak khawatir padaku, karena aku disini baik-baik saja lagi pula ada kakakku disini dan ada anak buah Ayahku.