"Maaf ya nak menunggu lama ya?" tanya Ibu
"Tidak apa-apa Ibu, Alisya baru saja sampai," jawab
"Anak Ibu sudah makan?" tanya Ibu
"Sudah Ibu," jawabku dengan tersenyum
Aku bertanya kepada ibuku "Ini Ibu mau pergi kemana? Biar Alisya temani."
"Ke supermarket ya nak. Kita belanja bulanan hari ini," jawab Ibu
"Baik Ibu." Ujarku
Diperjalanan Ibu membicarakan soal temannya di kantor sambil tertawa. Senang bisa mengobrol seperti ini bersama Ibu walaupun pikiranku masih soal yang tadi. Sepertinya Ibu curiga dengan diriku, Ibu terus memandangiku dengan perasaan kahwatir.
"Apakah semuanya baik-baik saja nak?" tanya Ibu
Bagaimana aku menjelaskan kepada Ibu soal aku bertemu dengan Adrian tadi? Jika aku berbohong Ibu tidak akan percaya karena Ibu bisa mengetahui aku ada masalah dilihat dari raut wajahku dan cara bicaraku. Jadi aku bicara pada Ibu soal aku ketemu dengan Adrian tadi, aku mengatakan pada Ibu bahwa aku merasa curiga dengan Adrian saat dia menerima telfon.
Dia menjauh dulu dari meja yang dimana aku dan Adrian duduk senyumannya saat berbicara dengan orang di telfon itu sangat berbeda dengan saat aku bertemu dengannya jujur aku sangat sedih karena aku adalah pacarnya sendiri seperti tidak diperlakukan layaknya seorang pacar.
Romantis pun tidak pernah, perhatian saja itupun jarang, bahkan dia belum membawaku ke rumah keluarganya aku tidak ingin rasa sayang aku ini hilang hanya karena dia bersikap seperti ini. Tetapi Adrian sendiri membuatku seperti ini, membuat diriku ingin terus curiga terhadapnya.
Aku tidak pernah melarang dia untuk dekat dengan teman ceweknya hanya tau waktu saja bahwa dia juga memiliki pacar yaitu aku. Aku ingin dia peduli sedikit saja denganku, aku pernah hampir tersandung oleh batu tetapi yang menolongku bukanlah Adrian melainkan adalah teman-temannya Adrian sungguh aku merasa sedih, aku sempat berpikir kapan aku bisa di perlakukan layaknya seorang pacar.
"Mungkin saja dia gengsi terhadap kamu nak. Itu sebabnya dia tidak menunjukkan rasa romantis terhadapmu. Semoga saja dia nanti bisa berubah kalau Alisya mau, Alisya bicarakan hal ini padanya." Ibu berucap dengan meyakinkan aku untuk tidak menaruh curiga pada Adrian.
"Sepertinya tidak akan Ibu. Setiap aku ingin membicarakan soal itu hatiku seperti mengatakan nanti saja. Lagi pula Adrian juga seperti orang yang sangat sibuk, chat aku saja jarang dia balas aku chat panjang-panjang cerita dengan dengan hanya di readnya saja. Mengucapkan selamat malam dan selamat pagi juga jarang Ibu. Tapi ketika dia menerima telfon tadi ekspresi dia begitu beda dengan bertemu dengan aku tadi Ibu. Aku tidak mau berpikir yang aneh-aneh tapi dengan tingkahnya seperti ini apakah salah jika aku curiga dengan dia Ibu?" tanyaku
"Tidak salah nak, itu hal yang wajar dalam percintaan. Nanti ketika kamu menikah, kamu juga akan merasakan yang namanya curiga terhadap suamimu. Seperti dia pergi kemana, kapan dia pulang, dia sedang apa disana. Semua orang pasti memiliki rasa curiga nak, kamu berhak untuk curiga soal itu. Sekarang hilangkan pikiran itu dan kita pergi belanja bulanan hari ini," jawab Ibu
"Baik Ibu. Terima kasih ya Ibu," ujarku
"Sama-sama nak," ucap Ibu
Aku dengan Ibuku sudah sampai di supermarket aku mengambil troli sedangkan Ibu memilih-milih. Di sela aku dan Ibu sedang belanja ada sebuah pesan di Whatsapp ku ternyata itu adalah pesan dari grup alumni SMA ku.
"Kapan ni kita reunian. Lama gak ketemu loh."
"Iya nih. Gimana kalau besok?"
"Setuju."
"Setuju. Jam berapa?"
"Jam 1 siang gimana?"
"Bisa banget kita kumpul di cafe yang ada di Mall ya."
"Siap."
Sebenarnya aku tidak ingin mengikuti reunian tersebut rasanya malas sekali salah satu faktor utamanya yaitu aku tidak begitu dekat dengan mereka. Mereka pun juga seperti tidak suka padaku sejak aku masuk di SMA itu. Aku menghubungi Adrian untuk menanyakan padanya apakah dia ikut reunian itu atau tidak.
[Alisya]
"Sayang ikut reunian besok kah?"
[Adrian]
"Aku ikut sayang. Sayang gimana?"
[Alisya]
"Kalau sayang ikut aku juga ikut."
[Adrian]
"Iya sayang aku pasti ikut. Besok aku jemput gimana?"
[Alisya]
"Iya sayang"
[Adrian]
"Oke sampai ketemu besok sayang."
[Alisya]
"Iya sayang."
Aku sangat senang ketika Adrian mengatakan kalau dia akan jemput aku besok, walaupun aku masih sedih soal tadi tapi rasa itu sekarang menghilang seperti terhempas begitu saja. Aku menghubungi Rendi untuk memberitahu kalau besok ada reunian jam 1 siang karena biar bagaimanapun aku dengan dia juga satu sekolah yang sama dan sekelas dengannya.
[Alisya]
"Assalamualaikum Rendi. Rendi sudah baca di grup Whatsapp tadi?"
[Rendi]
"Wa'alaikumsalam sudah Alisya baru saja aku baca. Besok kamu datang kah?"
[Alisya]
"Aku ikut Rendi, besok aku pergi dengan Adrian kesana."
[Rendi]
"Oke kalau gitu aku juga ikut kesana."
[Alisya
"Oke sampai bertemu besok."
[Rendi]
"Oke Alisya"
Aku dan Ibuku tiba di rumah setelah belanja bulanan di supermarket. Ternyata Ayah dan Kakak sudah pulang sejak tadi aku langsung salim Ayah dan Kakakku. Aku langsung merapikan barang belanjaan bersama Bibi Ijah di dapur.
Bibi Ijah adalah orang yang sudah bekerja di rumah kami sudah sangat lama, sejak aku dengan Kakakku masih kecil. Aku menyuruh Ibu untuk mandi sekalian istirahat sebentar karena Ibu lelah habis pulang dari kantor dan belanja di supermarket tadi. Kakakku tiba-tiba datang untuk mengacaukan mood ku yang sedang bahagia saat ini.
"Hayo sedang apa?" Kakakku bertanya sambil mengejutkan ku dari belakang
"Ayam copot, bisa gak Kakak jangan kagetin gitu kasihan Bibi Ijah juga kaget. Maaf ya Bibi." Aku menjawab pertanyaan kakakku dengan memasang wajah yang masih terkejut.
"Iya nak Alisya tidak apa-apa," ucap Bibi Ijah sambil tertawa
Kakakku tersenyum. "Hehe maaf ya Bibi padahal Adya mau kagetin Alisya aja tapi Bibi ikut kaget juga, maaf ya Bibi."
"Iya nak Adya tidak apa-apa. Semua sudah beres nak Alisya bisa ke kamar untuk mandi sekaligus istirahat," ucap Bibi Ijah
"Baik Bibi, Bibi juga istirahat ya. Jangan teralu capek," ujarku sambil berjalan meninggalkan Bibi
"Baik nak Alisya," ucap Bibi Ijah
Aku berjalan menuju tangga untuk langsung pergi ke kamar membersihkan diriku sekaligus istirahat karena hari ini sangat full sampai sore karena habis bertemu dengan Adrian dan menemani Ibu berbelanja ke supermarket. Tiba-tiba Kakakku langsung datang dari belakang kemudian membaca raut wajahku yang sejak awal tadi aku sembunyikan darinya.
"Kenapa wajahmu begitu? Apa ada masalah? Gimana tadi ketemu Adrian? Apakah dia sudah menjelaskan semuanya?" tanya Kakakku
"Pertanyaan Kakak banyak sekali. Tadi dia sudah jelaskan kenapa dia tiba-tiba ke Samarinda. Dia ternyata sudah lama dia berhenti kuliah kak," jawabku