Waktu aku masih kecil, aku dengan dia sudah saling dekat layaknya seperti saudara. Bapakku dan Ayahnya sudah berteman sejak lama, itu sebabnya kami juga saling dekat. Namaku Rendi. Aku lahir di Samarinda, tanggal 25 Maret 1999, bintangku adalah Aries. Ketika bertemu dengannya di TK dia adalah orang yang pertama mengajakku bermain, dia selalu ceria dan tertawa. Tetapi ada sesuatu yang membuatku ingin melindunginya, yaitu anak-anak yang berada di TK tersebut pernah membuatnya menangis karena mengejek Alisya tidak mau bermain dengan mereka. Aku tidak bisa membiarkan dia menangis pada saat itu, jadi aku melindunginya dari anak-anak yang mengejeknya ketika tanganku sudah mengepal dia menghentikanku.
"Rendi jangan pukul mereka ya. Kata Ibuku, itu suatu perlakuan yang tidak baik. Aku mohon jangan pukul yah, lihat aku sudah tidak nangis lagi," ucap Alisya sambil menahan badanku.
"Tapi dia tadi membuatmu menangis," ujarku.
"Memarahi mereka saja itu sudah cukup," ucap Alisya.
"Baiklah aku tidak akan memukulnya," ujarku.
"Janji?" tanya Alisya dengan mengarahkan jari kelingkingnya dihadapanku
"Iya janji," jawabku.
Dari situlah persahabatan kami terbentuk, hingga kami sama-sama masuk di SMP yang sama. Orang-orang pengganggu tidak berhenti hanya di TK saja, tetapi di SMP pun juga ada yang mengganggu Alisya yaitu gadis-gadis yang ingin membuli Alisya karena mereka kesal dengan Alisya yang selalu dekat denganku.
"Sedang apa kalian?" tanyaku sambil menahan tangan gadis itu yang digunakan untuk menampar Alisya
"Aku cuma mau beri dia sedikit pelajaran kok. Karena aku tidak suka ada yang menghalangi diriku untuk dekat dengan siapapun, termasuk dekat dengan kamu," jawab gadis itu.
"Jika aku melihat Alisya lecet dan itu semua adalah ulah dirimu. Akan aku buat dirimu merasakan hal yang sama dua kali lipat dari apa yang sudah kamu perbuat terhadap Alisya," ucapku dengan nada kesal sambil menatap sinis gadis itu.
"Kenapa kamu selalu membelanya? Apa kamu suka padanya?" tanya gadis itu sambil tersenyum padaku
"Kalau tidak kenapa. Kalau iya kenapa. Kenapa kamu selalu ikut campur urusan orang? Sebaiknya kamu pergi dari sini, karena percuma aku tidak suka juga padamu jadi jangan berharap bahwa kamu bisa memiliki ku meski kamu melakukan segala cara untuk dekat denganku," ucapku.
"Oke. Awas saja, kamu bakal menyesal," ujar gadis itu sambil menepis tanganku dan kemudian dia pergi.
Alisya begitu pucat dan lemas karena gadis tadi. Dia tidak pernah di tampar atau dikasari sedikitpun sama orang tuanya, tetapi di sekolah dia hampir mendapatkan hal itu dari gadis yang tadi ingin berusaha mendekatiku. Ternyata banyak orang yang melihat kami sejak tadi.
"Alisya ayo bangkit, kamu baik-baik aja?" tanyaku dengan rasa khawatir
"Maaf ya aku selalu menjadi beban untukmu. Seharusnya kita beda sekolah saja agar aku tidak selalu dekat denganmu," ucap Alisya sambil menahan diri untuk tidak menangis.
"Kamu bicara apa? Jangan seperti itu Alisya. Justru aku senang kita bisa satu sekolah seperti waktu TK dan SD. Jangan beranggapan bahwa semua masalah tadi itu karena dirimu, itu bukanlah salahmu gadis itu saja yang terlalu ingin memiliki ku sehingga dengan seenaknya ingin melukai siapapun yang berusaha dekat dengan orang yang dia suka. Jangan berkata seperti itu lagi ya, ingat kita ini sahabat jangan sampai persahabatan kita hancur hanya karena masalah tadi. Sekarang jangan menangis aku selalu disini melindungi mu, karena aku sudah berjanji pada Ayahmu untuk melindungi mu," ujarku sambil membantunya berdiri.
"Terima kasih Rendi. Aku janji aku akan menjadi orang yang kuat sehingga tidak ada lagi yang berani mengganggu ku." Alisya berucap sambil tersenyum padaku.
"Iya sama-sama," ujarku.
Hingga pada saat SMA aku dengannya satu sekolah lagi dan sekelas dengannya. Sebenarnya rasa suka ini sudah muncul sejak lama saat bersama dengannya hampir setiap hari. Tetapi aku tidak bisa mengatakannya karena pada saat itu ada yang menyatakan perasaannya duluan melalui chat yaitu Adrian hingga pada akhirnya Alisya dan Adrian sudah mulai pacaran. Aku hanya bisa melihatnya bahagia saja, jadi aku menutup perasaan suka ku ini karena dia sudah memiliki pacar.
Sudah hampir 2 tahun pacaran, Alisya yang awalnya senang dengan hubungan pacaran mulai merasakan seperti kesepian. Aku melihat Adrian mengantar wanita lain dengan motor sedangkan Alisya hanya bisa diam menatap dengan menahan rasa sakit hatinya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa karena saking sayangnya hingga dia sulit untuk menunjukkan kekesalannya pada saat itu. Ketika aku medatangi Alisya dia berusaha baik-baik saja didepanku, tapi aku sudah mengetahui nya bahwa Alisya menyimpan rasa sakit hatinya itu dan tidak ingin aku khawatir lagi padanya.
"Kamu baik-baik aja?" tanyaku
"Iya aku baik-baik saja. Akhirnya kita dijemput juga. Ayok, kita pulang," jawab Alisya sambil berjalan menuju mobil.
"Maaf nak Alisya saya terlambat jemput," ucap Pak Abraham salah satu supir pribadi yang selalu antar jemput Alisya dari waktu TK hingga SMA.
"Tidak apa-apa Pak. Kalau begitu kita pulang ya. Kita antar Rendi terlebih dahulu ke rumahnya," ucap Alisya.
"Baik," ucap Pak Abraham sambil membuka pintu mobil untuk kami.
Tidak terasa semuanya terlewati hingga aku dan Alisya kuliah. Aku dengan dia di satu Universitas yang sama dan di Jurusan yang sama. Saat mulai pendaftaran aku dan Alisya didatangi oleh dua orang. Satu laki-laki dan satu perempuan. Mereka adalah David dan Aqilla.
"Hai. Kalian mengantri disini juga yah? Kami duduk di sebelah sini ya," ucap David.
"Maaf ya dia emang sok asik anaknya. Kamu jangan buat mereka bingung dengan tingkahmu dong. Minta maaf sana," ucap Aqilla.
"Tidak apa-apa. Kalian serasi sekali ya," ucap Alisya sambil tersenyum.
"Hahaha serasi? Kami ini bukan pacaran. Kami ini saudara kandung. Kami lahir di tanggal yang sama, bulan yang sama, dan tahun yang sama yaitu 99," ucap David sambil tertawa.
"Oh maaf kami tidak tahu. Kami pikir kalian pacaran," ujarku.
"Banyak yang mengatakan kami begitu padahal sebenarnya bukan." Aqilla berucap sambil menggelengkan kepala.
"Oh iya bro kenalin aku David dan ini saudariku Aqilla." David berucap sambil mengangkat tangannya ke hadapanku untuk berjabat tangan sebagai perkenalan.
"Salam kenal. Perkenalkan aku Rendi dan ini sahabatku Alisya," ujarku sambil berjabat tangan dengan David dan Aqilla.
"Sahabatan? Aku kira kalian pacaran hahaha," ucap David sambil tertawa.
"Jangan begitu. Maaf ya dia asal bicara begitu," ucap Aqilla sambil menutup mulutnya David.
"Iya tidak apa-apa," ujarku sambil menahan ekspresi terkejutku.
Memang banyak orang yang mengira bahwa aku dan Alisya berpacaran. Aku sebenarnya senang. Tetapi aku menyadari bahwa aku tidak bisa memilikinya, karena dia menyukai orang lain yaitu Adrian jadi cukup menjadi sahabat saja, dan melindungi dia itu sudah cukup untukku.