Chereads / Hal Yang Sulit Dilupakan / Chapter 1 - Prolog

Hal Yang Sulit Dilupakan

🇮🇩DeaNanda_22
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 95.9k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Prolog

Pasti banyak yang mengira "Hal apa yang sulit untuk dilupakan? Apakah kenangan Bersama mantan? Apakah sakit hati ketika jatuh cinta?"

***

Gadis itu merupakan anak bungsu. Bisa dibilang dia adalah anak yang terakhir dari dua bersaudara. Sebagai anak bungsu, dia tidak punya kebahagiaan seperti yang dipikirkan kalian wahai para pembaca. Dia lahir dari keluarga sederhana. Kata dari "Sederhana" itu tidak bisa dipercaya oleh orang yang dekat dengannya. Pandangan mereka terarah pada sebuah mobil mewah yang selalu dikendarai olehnya. Walaupun begitu, ia tidak pernah menyebut dirinya sebagai orang yang berada.

Biarpun orang menganggapnya begitu, tetap saja dia akan rendah hati dengan berkata "Aku hanyalah orang biasa dengan hidup sederhana."

Eits terlalu banyak bicara, sampai lupa memperkenalkan diri. Gadis itu bernama Alisya. Berumur 20 tahun, pastinya sudah punya KTP (Kartu Tanda Penduduk) serta SIM (Surat Izin Mengemudi). Lahir di Samarinda, tanggal 02 Desember 1999. Bintangnya adalah Sagitarius.

Alisya memiliki satu kakak laki-laki, bernama Adya. Lahir di Samarinda, tanggal 11 April 1995. Bintangnya adalah Aries. Kedua bersaudara itu terbilang akrab didepan. Suatu hal yang wajar karena mereka adalah saudara kandung. Namun jika orang tahu aslinya, Alisya dan Adya selalu bertengkar. Hingga persoalan yang sepele pun selalu Alisya dan Adya ributkan hingga orang tua mereka terlihat heran dengan tingkah kedua saudara itu.

Pagi hari, matahari mulai muncul. Wangi aroma teh mendekat di bagian hidung yang berfungsi untuk bernafas dan mencium segala aroma. Bau kentut saja pasti akan tercium dari jauh. Alisya bangun dari tidurnya yang kurang cukup pada jam tujuh pagi. Hanya enam jam saja dia tidur, dikarenakan tugas kuliahnya menumpuk seperti puncak yang selalu dia kunjungi setiap liburan. Mendaki puncak tak selalu rutin dia lakukan lagi, akibat kuliahnya sudah menuju ke arah cukup serius. Bukan hubungan serius seperti pernikahan loh ya. Tapi dia bentar lagi akan menuju semester delapan, dimana ia akan lulus dari perkuliahannya sebagai sarjana hukum. Ibunya bernama Kayla, datang mendekatinya dengan membawa segelas teh hangat untuknya.

"Ayo di minum dulu tehnya, nak. Setelah itu bersiaplah berangkat kuliah. Kalau tidak nanti bisa telat," ucap Kayla dengan nada yang lembut.

"Iya Ibu tapi aku malas sekali hari ini. Karena ini masih pagi, bisakah aku tidur semenit saja?" Alisya bertanya kepada ibunya dengan mata yang masih mengantuk.

"Jangan seperti itu, ingat sudah tidak terasa kamu bentar lagi semester 8. Bentar lagi kamu skripsi kemudian lulus lho. Harus diselesaikan, bukankah itu keinginanmu ingin lulus?" tanya ibu dengan penuh semangat untuk meyakinkan sang anak.

"Iya ibu. Kalau begitu, aku siap-siap sekarang. Aku akan turun kebawah sebentar lagi," jawab Alisya sambil meregangkan babadannya.

Alisya beranjak dari kasur yang empuk dengan ditemani boneka kesayangannya yang lumayan besar. Alisya pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah dari kamar mandi, ia memaki baju dan tidak lupa dengan rutinitas sehari-hari memakai skincare. Sudah siap, Alisya turun ke bawah untuk pergi ke meja makan. Tiba-tiba dipertengahan langkahnya, dia harus bertemu dengan sang kakak. Alisya melempar tatapan kebencian karena memandang wajah Adya seperti akan berbuat sesuatu yang akan membuatnya terluka. Pikiran negatif itu mulai muncul, hingga mereka saling bertengkar lagi. Alisya dan Adya saling dorong saat turun dari tangga. Pertengkaran diantara mereka, telah disaksikan oleh orang tuanya dari meja makan. Hanya tawa kecil saja yang keluar dari mulut mereka, saat melihat Alisya dan Adya bertengkar untuk masalah kecil

"Ayo jangan dorong-dorong ditangga begitu, nanti bisa jatuh," ucap Kayla dengan rasa panik.

"Kakak nih yang mulai duluan. Jahil mulu setiap berpapasan dengan dia," sahut Alisya dengan nada jengkel.

"Sudah jangan bertengkar, nanti Alisya bisa telat lho. Ayo Kakak, nanti kita telat pergi ke kantor karena hari ini ada rapat," tutur Adiwangsa sambil tertawa.

Perbedaan umur Alisya dan Adya sangatlah jauh, sekitar lima tahun. Walaupun beda, mereka berdua tetap memiliki sifat dan pemikiran yang berbeda. Adya adalah anak penurut dan sabar ketika ayah dan ibunya memberikan nasehat serta teguran. Tak hanya itu, Adya merupakan sosok kakak yang terbaik bagi Alisya. Kakaknya tidak bisa lihat jika sang adik disakitin oleh siapapun, apalagi menangis. Kalau itu terjadi, Adya yang akan maju kedepan untuk membela adiknya sampai orang tersebut jera atas perbuatannya. Adya akan berusaha mengembalikan Alisya menjadi gadis ceria lagi, walau mereka suka berantem.

Setelah sarapan, Alisya berpamitan dengan orang tuanya dan juga kakaknya untuk pergi kuliah. Sedangkan kakaknya akan berangkat ke kantor bersama sang ayah. Ibunya? Gak pergi kerja? Tentu saja ibunya akan berangkat kerja, diantar oleh suaminya. Ayahnya pemilik perusahaan di kota Samarinda, yaitu Artyasa Prima Jaya. Adya adalah pewaris selanjutnya untuk menjadi presiden direktur di perusahaan sang ayah. Ayahnya sangat baik kepada para karyawannya, sampai-sampai sang ayah mengijinkan mereka untuk sarapan terlebih dahulu sebelum mulai kerja. Sementara ibunya bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di bagian kepegawaian. Alisya merupakan mahasiswa disalah satu universitas negeri dengan jurusan hukum. Adya juga dulunya lulusan di salah satu universitas ternama di Jakarta dengan jurusan ekonomi dan bisnis. Arah pendidikan Alisya dan Adya memang berbeda, sehingga orang tua mereka tidak menuntut harus kuliah dimana. Yang terpenting adalah, jurusan itu sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.

Disela perjalanan, saat pergi ke kampus Alisya mendapat sebuah pesan dari salah satu sahabatnya. Dia adalah Rendi, salah satu sahabatnya. Lahir di Samarinda, tanggal 25 Maret 1999. Bintangnya adalah Aries. Mereka telah bersahabat sejak lama dari mereka masih berumur 5 tahun. Rendi merupakan pria yang sopan. Sifatnya itu tidak hanya ditunjukan kepadanya, tapi juga diperlihatkan kepada kedua orang tua Alisya. Banyak perempuan yang ingin dekat dengan Rendi, tetapi ditolak mentah-mentah. Alisya tidak tahu apa alasannya. Mereka berdua masuk kampus di jurusan yang sama, satu kelas juga. Mobil itu dia hentikan ke pinggir jalan untuk balas pesan dari Rendi.

Rendi: "Assalamualaikum. Alisya sudah di kampus kah? Apakah aku bisa ikut berangkat kuliah sama kamu? Soalnya motorku sedang dipakai bapakku untuk pergi bekerja."

Ini selalu dilakukan oleh mereka. Kadang Alisya yang menumpang dengan Rendi dari berangkat dan pulang bareng bersama, begitu sebaliknya Rendi akan menumpang juga dengan Alisya seperti ini. Jadi sesama sahabat, harus saling membantu jika salah satu dari mereka ada yang mengalami masalah sebisa mungkin Alisya akan bantu. Begitu sebaliknya, Rendi akan lakukan hal yang sama.

Alisya: "Wa'alaikumsalam Rendi. Bisa, aku kesana jemput kamu ya."

Jarak antara rumah Alisya dan Rendi cukup jauh. Tapi karena sudah sahabat sedari kecil, ia jadi terbiasa antar jemput Rendi. Lagi pula jam perkuliahan dimulai masih jam sepuluh. Ini masih jam delapan, ada kesempatan untuk ke rumah Rendi. Sebenarnya Alisya sudah punya kekasih. Tapi pertemuan mereka terhalang oleh Long Distance Relationship. Kekasihnya menjalani kuliah di Jakarta, sedangkan Alisya di Samarinda. Hubungannya itu juga diketahui oleh sahabatnya karena Alisya dan Rendi selalu satu sekolah. Pacarnya bernama Adrian, lahir di Samarinda 01 Februari 1999. Bintangnya adalah Aquarius. Dimata gadis itu Adrian merupakan pria yang sopan, baik, perhatian walaupun tidak sering, dan tidak terlalu romantis. Hubungan pacaran itu telah resmi dari mereka masih SMA. Adrian kuliah di salah satu universitas negeri di Jakarta jurusan Farmasi.

Antara pemikiran Alisya dan Adrian sangatlah bertolak belakang. Pilihan Adrian ingin kuliah begitu jauh dengan Alisya, hingga tidak setiap hari mereka selalu bertemu untuk saling melepas rindu. Disisi lain Alisya paham kalau kemampuan Adrian tidak sama dengannya. Hingga Alisya tidak memaksakan kehendak Adrian untuk memilih jurusan sama dengannya.