#POV ALISYA#
Sesampai dirumahnya Rendi, aku keluar dari mobil terlebih dahulu untuk pamit dengan Ibunya Rendi.
"Ibu, kami pamit dulu yah bu mau pergi ke kampus," ucapku sambil salim dan mencium tangan Ibu Rendi.
"Iya. Kalian hati-hati dijalan yah. Rendi jaga Alisya ya. Jangan sampai diganggu orang," ucap ibunya sambil senyum.
"Baik Ibu. Kabari Bapak ya bu, kalau Rendi sudah berangkat kuliah," ucap Rendi sambil salim tangan Ibunya.
"Iya nak. Sekarang kalian berangkat yah, sebelum terlambat," ucap Ibunya.
Kami langsung masuk kedalam mobil dan kali ini Rendi yang menyetir. Padahal aku yang mau menyetir, tetapi dia bersikeras untuk tetap dia menyetir agar aku tidak capek. Tetapi akhir-akhir ini aku sangat capek, karena setelah dari kampus aku langsung menjemput Ibuku. Karena Ayahku tidak bisa setiap hari jemput Ibuku, dan setelah menjemput Ibuku kadang Ibuku meminta untuk ditemani belanja buah dan bahan-bahan untuk keperluan memasak.
Rendi bisa mengendarai mobil karena aku yang mengajarkannya, agar ketika aku capek dia yang gantian menyetir.
Sesampainya dikampus, aku dan Rendi jalan menuju ke ruang kelas. Tanpa disadari ternyata ada 2 orang yang sudah menunggu kami dengan tatapan yang sangat membuatku kesal. Mereka adalah teman kami, yaitu David dan Aqilla. Mereka adalah saudara kandung, keduanya sama-sama memiliki keinginan untuk kuliah di tempat yang sama dan jurusan yang sama. Aku dan Rendi pertama kali bertemu dengan mereka pada saat mau mendaftar kuliah, mereka orang yang begitu baik walaupun mereka suka membuat ku kesal dengan tingkah mereka.
Tapi biarpun begitu mereka adalah orang yang baik dan sopan terhadap orang tuaku dan orang tua Rendi. Bahkan mereka selalu ada disaat aku dan Rendi sedang dalam kesusahan.
"Kalian tumben jam segini baru datang. Ini sudah jam 09.10," ucap David dengan tatapan yang penuh curiga.
"Hayoo ngaku. Kalian pergi kemana?" tanya Aqilla sambil senyum-senyum melihat kami.
Dengan tanganku yang gatal, akupun membalas senyum mereka dan kemudian aku sentil jidat mereka berdua.
"Tidak ada yang pergi kemana-mana. Lagi pula aku habis jemput Rendi, karena motornya sedang di pakai bapaknya untuk pergi bekerja. Aku juga sudah punya pacar, mana mungkin aku selingkuh," ujarku sambil sentil jidat mereka.
"Iya kami tahu, kamu kan orangnya bucin hahaha," ucap mereka sambil tertawa.
"Awas saja kalian yah," ujarku sambil senyum dengan penuh kekesalan.
"Ayo sudah-sudah jangan kelahi. Alisya gak boleh begitu. Kalian juga David, Aqilla jangan suka mengejek," ucap Rendi menggelengkan kepala sambil senyum.
Aku sempat berfikir, kenapa Rendi orang yang begitu populer dikalangan banyak wanita tidak begitu tertarik untuk berpacaran. Secara Rendi memiliki wajah tampan, tinggi 180cm, berkulit putih, memiliki mata berbentuk protruding yang artinya mata terlihat menonjol dan berukuran cukup besar serta bulat. Tapi saat salah satu perempuan mendekati Rendi dan menyatakan perasaan padanya, Rendi menolak mentah-mentah.
Hingga membuatku heran dan ingin bertanya padanya, apa yang membuat dirinya tidak ingin berpacaran dengan siapapun sampai dia menolak mentah-mentah perempuan yang sudah menyatakan perasaan padanya.
Tetapi niatku untuk bertanya hal seperti itu tidak pernah terjadi, karena walaupun aku adalah sahabatnya sejak lama bukan berarti aku harus ikut campur dalam urusan percintaannya dia. Aku tidak bisa mengatur-ngatur Rendi, harus dekat dengan siapa dan harus berpacaran dengan siapa. Aku bisa berharap, semoga apapun pilihan dia nanti bisa membuat dia bahagia nantinya.
"Ayo duduk, bentar lagi dosen masuk. Semoga saja bukan kuis mendadak," ujarku sambil menyuruh Rendi untuk duduk.
"Emangnya ada apa? Apa kamu belum belajar?"tanya Rendi dengan wajah kebingungan
"Belum. Kan minggu lalu bapaknya tidak bilang kalau minggu depannya kuis. Karena bapaknya biasa dadakan. Aku paling benci hal itu. Kamu tau kan betapa paniknya aku?" Aku bertanya balik dengan perasaan yang sangat khawatir
"Jangan berfikir negatif mulu. Cobalah untuk berfikir positif saja kali ini," jawab Rendi sambil tersenyum.
"Siap komandan hehehe. Oh iya nanti kita ber-empat makan siang dimana?" tanyaku sambil membuka tas.
"Gimana ayam geprek yang diwarung tempat biasa kita makan?" tanya Rendi
"Wah boleh juga," jawab David dan Aqilla.
"Okedeh nanti kita pergi barengan yah. Satu mobil denganku saja," ujarku dengan penuh semangat.
"Siap!" teriak mereka bertiga.
Kami mengobrol sambil tertawa karena candaan dari David dan Aqilla. Mereka orang yang begitu periang. Bahkan mereka sempat mengingatkan ku untuk tidak terlalu bucin ketika sedang dalam masa pacaran.
Mereka juga begitu peduli terhadapku karena mereka seperti keluargaku sendiri dan mereka tidak bisa melihat diriku dilukai apalagi dibuat nangis sama orang siapapun itu.
Ketika kuliah sudah selesai, kami langsung pergi ke warung ayam geprek yang terletak di pinggir jalan yang tidak jauh dari lokasi kampus kami.
Ibu yang punya warung sudah hafal dengan kami jadi ketika kami datang, Ibunya langsung menyapa kami dengan hangat. Ibunya memang sangat baik kepada setiap pelanggannya termasuk pada kami.
Aku pernah ditanya oleh teman-teman ku dikelas, kenapa aku selalu mau makan di pinggir jalan yang murah. Karena menurutku makanan di pinggir jalan lebih enak dari pada yang berada di restoran dan selama aku makan di pinggir jalan aku baik-baik saja alhamdulillah tidak pernah terjadi apa-apa.
Setelah kami selesai makan siang, akupun mengajak mereka untuk pergi cuci mata di Mall. Hanya melihat-lihat tanpa membeli hahaha agar otak bisa refresh dan tidak terlalu stress nantinya. Sesampainya kami di Mall, aku mendapat pesan dari pacarku Adrian. Kemudian dia bertanya seperti orang pacaran pada umumnya.
[Adrian]
"Sayang lagi apa?"
[Alisya]
"Sedang di Mall sayang sama teman-temanku refresing sebentar sekalian cuci mata nih hehe."
[Adrian]
"Oh gitu. Sayang sudah makan?"
[Alisya]
"Sudah tadi sayang baru saja selesai makan tadi. Kalau sayang gimana? Sudah makan? Gimana kuliah sayang? Apakah semuanya lancar?"
[Adrian]
"Haha seperti biasa pertanyaanmu banyak sekali. Aku sudah makan tadi sama teman-temanku. Tadi habis main game juga. Kuliah ku disini Alhamdulillah semuanya lancar. Tapi aku stress disini yah wajar Farmasi banyak tugas buat laporan, ke lab, dan lain-lain."
[Alisya]
"Hehe maaf sayang. Semangat yah sayang insyaallah segala sesuatu yang kamu lakukan pasti akan menghasilkan yang terbaik."
[Adrian]
"Amin. Makasih sayang iya udah kalau gitu aku mau balik ke kos dulu ini. Nanti aku chat lagi."
[Alisya]
"Iya hati-hati ya sayang."
[Adrian]
"Siap sayang."
Selesai chatting dengan Adrian, aku langsung fokus untuk jalan Bersama teman-temanku. Rendi, David, dan Aqilla melihat wajahku yang sedang khawatir. Mereka langsung memahami, apa yang sedang aku pikirkan saat ini. Mereka pun langsung mengajakku ke sesuatu tempat, yaitu ke tempat bermain untuk menghilangkan pikiranku yang negatif.