Chereads / My Bra Accident / Chapter 2 - 2. Bastard

Chapter 2 - 2. Bastard

Suasana sekolah sudah mulai ramai. Beberapa orang mengobrol dengan riang menunggu waktu masuk kelas. Di antaranya ada juga yang saling bergurau mesra karena mereka sepasang kekasih. Namun, tujuan Seena terhenti di papan pengumuman yang dikerumuni oleh siswa-siswa.

Seena melebarkan sepasang matanya memastikan apa yang ia lihat. Sebuah pengumuman dengan dua foto, foto pertama yaitu fotonya ketika berada di kamar dengan ekspresi terkejut menghadap rumah sebelah, sementara foto kedua adalah kotak yang terbuka memperlihatkan isinya, label nama di kotak tidak dilepas. Sementara itu, tertulis sebuah kalimat. DICARI PEMILIK ASLI, ORANG INI HANYA MENGAKU-NGAKU!

"Bukankah itu Seena?" tanya seseorang dari kerumunan dan disahuti oleh beberapa temannya. Sementara, dikerumunan yang lain membicarakan hal yang sama.

"Seena pacar Stefan? Bitch! Dasar tidak tahu diri, kenapa Stefan mau dengan jalang sepertinya!" ujar seseorang dari sudut yang lain. Seena dapat mendengarnya dengan jelas.

"Apa lagi? Selain tubuhnya, ia sama sekali tidak menarik," sahut yang lain.

Beberapa orang tertawa mendengar ucapan penggosip tadi. "Sepertinya dia hebat di ranjang, foto ini membuktikannya," timpal orang yang lain.

Tawa tak terelakan dari kerumunan orang-orang itu. Ia akan tambah dibenci karena pengumuman baru itu, tentu saja selain dibenci karena berpacaran dengan Stefan, musuhnya kali ini akan bertambah banyak.

"Bastard!" umpatnya kesal. Seena langsung menembus kerumunan dan merobek lembaran itu. Setelahnya ia meremas-remas hingga menjadi bola kertas dan membuangnya ke tempat sampah.

***

Seena menenggelamkan wajah di meja dengan tangan bantalan kepala. Bisik-bisik terdengar di sana-sini. Sebenarnya, ia tahu, tidak ada yang benar-benar peduli dengan penghinaan yang ia terima, mereka hanya penasaran.

"Seena!" panggil seseorang seraya menepuk bahu Seena, membuatnya terkejut setengah mati.

"Oh, Janice! Aku senang kau datang," ujar Seena seakan terbantu meskipun gadis berkulit hitam itu tak membantu apapun. "Di mana Bianca?" tanya Seena kemudian.

"Paling sebentar lagi datang. Ada apa? Kenapa semua orang berbisik?" tanya Janice membuat beban di punggung Seena kembali bertumpuk.

Tiba-tiba seorang gadis di belakang Janice muncul entah dari mana, Seena merasa terbantu lagi, ia bersyukur tak perlu menjawab pertanyaan Janice. Bianca langsung duduk di kursi tepat di depan Seena, ia menopang dagu dengan kedua tangan dengan ekspresi serius tidak riang seperti biasanya.

"Apa maksud semua ini?" tanya Bianca seraya menunjukkan sebuah foto di ponselnya yang baru saja dikirim oleh Sam, kekasih Bianca.

Janice langsung mengambil alih ponsel Bianca, membesarkan beberapa kali foto yang menunjukkan pengumuman tentang Seena. Bianca menatap tajam sahabatnya itu, namun belum lengkap Seena menjawab, guru masuk ke kelas.

"Bangsat!" umpat Seena dalam hati.

Tak ada hari yang lebih buruk dari hari ini di hidup Seena yang serba baik-baik saja.

***

Mobil butut dengan suara berderit masih saja tidak menghilang. Kalau dipikir-pikir, ia sangat membutuhkan buku itu. Tapi, ia lebih membutuhkan gadis itu, tentu untuk digoda. Entah bagaimana, hari-harinya jadi lebih menarik.

Ethan memarkirkan mobil di parkiran. Pertama-tama, ia akan menuju kantor guru dan ke kelas. Tapi, ia tidak hanya akan melakukan itu, apalagi sepagi ini.

Setelah melakukan keisengan yang pasti akan menjengkelkan bagi seseorang, Ethan duduk menunggu Mr. Anderson hingga bel masuk kelas berbunyi. Mr. Anderson baru saja datang, ia langsung duduk di depan Ethan.

"Ethan William McCan, delapan belas tahun, pindahan dari Manhattan," ujar Mr. Anderson secara singkat membaca berkas yang sudah diterima sebelumnya.

Ethan tersenyum berusaha sesopan mungkin. Ia sebenarnya tak tahu harus melakukan apa.

"Kau bisa mengambil beberapa pelajaran yang kau minati. Siang ini langsung serahkan berkasnya, kau harus mengisi semua pelajaran wajib dan pelajaran tambahan paling tidak perlu kau pilih satu, tentu yang kau minati. Siang ini serahkan padaku," jelas Mr. Anderson singkat. Ia bangkit dari tempat duduknya, Ethan langsung mengikuti. "Kuantar ke kelasmu," tegasnya kemudian membuat Ethan mengangguk.

Hingga Ethan sampai di sebuah ruangan yang cukup hening karena pelajaran sedang berlangsung. Mr. Anderson mengetuk pintu dan dibuka oleh seorang guru wanita berusia mungkin sebaya dengan Mr. Anderson.

"Mrs. Winstead," sapa wanita itu seraya menyodorkan tangan, Ethan langsung menyambutnya.

"Ethan McCan," sahut Ethan selanjutnya melepaskan genggaman Mrs. Winstead.

Mr. Anderson mengisyaratkan agar Mrs. Winstead menggantikannya. Wanita itu mengangguk dan langsung membuka pintu.

"Masuklah, ini kelasmu untuk pelajaran wajib dan untuk pelajaran tambahan kau bisa memilih yang sesuai, kupikir Mr. Anderson sudah menjelaskannya ya," ujar Mrs. Winstead setengah berbisik di sebelah Ethan, ia langsung mengumumkan sesuatu. "Kau bisa bertanya pada teman-temanmu," jelas Mrs. Winstead.

Setelah berkenalan singkat, Ethan langsung duduk di bangku kosong baris keempat dari depan di pojok kelas. Menyapa beberapa teman barunya dan menyadari hampir seisi kelas memperhatikannya, termasuk gadis-gadis yang mencoba tersenyum menggoda padanya. Ethan membalas dengan kikuk perlakuan istimewa itu.

"Di mana rumahmu?" tanya seorang wanita yang berada tepat di depannya.

Ethan memperhatikan gadis itu dengan saksama, gadis berkulit putih pucat dengan rambut pendek berwarna oranye dan berpenampilan seksi. Tentu saja sedikit aneh berpenampilan seperti itu di sekolah. Ia menggunakan kemeja lengan pendek dengan kerah rendah yang satu kancingnya sengaja dibuka hingga menampakkan gadis dadanya yang besar, selain itu bra warna hitamnya tidak banyak membantu, ia terlihat kekecilan hingga buah dada gadis itu hampir keluar. Selain itu, kemeja transparan ketat menonjolkan lekuk tubuh yang sempurna bahkan ketika gadis itu duduk. Ethan tak sengaja melirik ke arah kakinya yang jenjang, menggunakan rok super mini sampai-sampai seluruh pahanya dapat terlihat jelas. Tak hanya itu, make up yang sensual membuat pria normal manapun ingin mencumbunya.

Ethan menghela napas, mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Tak hanya satu gadis, tapi hampir sembilan puluh persen berpakaian dan berdandan dengan cara yang sama. Pikiran jorok mulai melintas di kepalanya.

"Kenapa? Ingin datang ke rumahku?" tanya Ethan setengah berbisik dengan nada menggoda. Gadis itu tersipu.

"Bolehkah?" tantang gadis itu membuat Ethan menelan ludah. Lalu, Ethan tersenyum dan mengangguk mantap. "Ah ya, namaku Olivia," lanjutnya.

Suara dehaman dari Mrs. Winstead menghentikan ulah Olivia. Sementara, beberapa gadis lain ingin gantian berkenalan. Wajahnya yang tampan memang sangat membantu Ethan untuk didekati oleh banyak wanita, namun tidak dengan berpacaran.

Sudah dua jam pelajaran yang diampu oleh Mrs. Winstead, ia keluar dan siswa-siswa menunggu guru pengajar lainnya. Olivia menarik kursinya mundur mendekat dengan posisi Ethan, kini mereka duduk bersebelahan. Ethan dapat melihat dengan jelas dada besar Olivia yang dibalut dengan kemeja tipis itu juga paha putih mulusnya yang rok mini miliknya gagal untuk menutupi. Namun, sepertinya Olivia memang sengaja melakukannya.

"Jadi, kau bisa mengisi begini," ujar Olivia menandai beberapa berkas yang sebelumnya diberikan oleh Mr. Anderson. Sebenarnya, Ethan tidak benar-benar memperhatikan ucapan Olivia selain tubuhnya yang menggiurkan.

Beberapa siswa yang lain sibuk melakukan hal-hal yang lain tanpa memperhatikan mereka berdua. Hingga Ethan memberanikan diri meletakkan tangan kanannya di paha kiri Olivia. Tak berselang lama, Olivia melirik ke arah Ethan membuat Ethan refleks langsung menarik tangannya dari paha Olivia.

"Ah, maaf. Aku tidak sengaja," ujar Ethan kikuk. Olivia tersenyum tipis kemudian melanjutkan mengisi berkas-berkas Ethan.

"Jangan lakukan di sini, cari tempat yang lebih baik," ujar Olivia tiba-tiba dan bangkit dari kursinya. Tentu saja ucapan Olivia membuat Ethan terkejut.

Ethan masih diam dan kemudian tersenyum menang. Gadis itu mudah sekali, pikirnya. Sementara itu, Olivia merasa bangga karena membuat Ethan bersikap seperti itu padanya. Kapan lagi dapat menggoda pria tampan dan berhasil.

Pikiran kotor Ethan tiba-tiba lenyap karena seorang pria menepuk bahunya. Sam.

"Aku sepertinya pernah melihatmu," ujar Sam tiba-tiba.

Ethan berpikir sejenak. "Oh ya, tapi aku tidak...," sahut Ethan ragu-ragu.

"Oh ya, kau Ethan teman Christian? Christian Barnes?" tanya Sam memastikan, Ethan langsung mengangguk mantap. Tentu saja tak ada yang tak mengenal Christian. "Pantas saja, aku sepertinya pernah melihatmu di Instagramnya. Kalian teman dekat?" tanya Sam lagi dengan antusias.

"Ya, lumayan dekat untuk saling mengirim hadiah," jawab Ethan malas.

"Seharusnya kau melakukan tradisi di sekolah ini. Daripada kau kena sial karena diintimidasi nantinya," ujar Sam dengan pengucapan bervolume rendah pada kalimat terakhir.

"Tradisi apa?" tanya Ethan serius. Ia tidak ingin dua tahunnya bermasalah, apalagi ia keluar dari Manhattan memang karena terkena masalah.

"Pesta! Kau harus mengadakan pesta di rumahmu," jawab Sam mantap membuat Ethan tertawa kecil.

Ingin rasanya Ethan menolak, namun mendengar ucapan Sam yang cukup lantang membuat beberapa orang tiba-tiba berkumpul mengerubungi Ethan, begitu pula Olivia yang sempat mengobrol dengan teman-temannya jadi antusias.

"Ya, kau harus mengadakan pesta. Itu seperti kau menandatangani formulir masuk," ujar seorang pria berambut afro, ditimpali dengan ucapan teman lainnya.

Ethan menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Kemudian, menghela napas dalam-dalam.

"Baiklah, tapi tidak bisa malam ini. Aku tinggal sendiri, jadi harus menyiapkan banyak hal," ujar Ethan terpaksa, ia menyunggingkan senyum.

"Kau tinggal sendirian?" tanya Olivia menyelidik. Ethan langsung mengangguk, lalu Olivia tersenyum.

"Lalu, kau kapan akan melakukan pesta? Sudah lama kita tidak berpesta," ujar beberapa orang lainnya.

"Akhir pekan ini bagaimana?" tanya Ethan balik. Semua kompak mengiakan.

"Aku akan membantu," tawar Olivia dijawab anggukan Ethan mantap, tentu saja tidak mungkin ia menolak gadis sepertinya.

"Aku juga akan membantu," ujar Sam dan beberapa teman yang lain.

Ethan tersenyum sumringah, tentu saja ia merasa senang karena disambut cukup baik di sekolah barunya. Sangat berbeda dengan masa-masa sebelum ini.

"Oh ya, bolehkah aku mengajak pacarku?" tanya Sam tiba-tiba membuat beberapa orang menentangnya, tentu saja karena akan menimbulkan iri yang lain.

"Kalian bisa membawa pacar atau teman-teman kalian, aku akan menyiapkan pesta mewah. Oh ya, aku akan mengundang Christian juga, penggemar Christian harus datang," tegas Ethan semangat.

Semua orang bersorak dan tak sabar menunggu akhir pekan. Bagaimana pun, Ethan tak terlalu memikirkan pengeluaran. Ia adalah putra tunggal keluarga McCan, ayahnya pimpinan pelaut nasional dan ibunya seorang dokter. Selain itu, ia dapat berteman dengan beberapa orang penting, salah satunya Christian, sahabat kecilnya yang menjadi seorang model dan aktor terkenal.

***

Seena masih saja didesak untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan oleh Bianca dan Janice. Entah bagaimana, tentu ia harus menjawabnya meskipun itu memalukan.

"Sam mengatakan ada siswa baru di kelasnya, ia akan mengadakan pesta minggu ini," ujar Bianca seraya menunjukkan pesan dari kekasihnya.

"Lalu? Kita tidak berada di kelasnya, apa boleh ikut?" tanya Janice lemah, sementara Seena tak peduli.

"Dia mengundangku saja sih," ujar Bianca seraya tertawa. "Katanya, Sam boleh membawaku," lanjut Bianca sumringah.

Janice menggerutu kesal. Seena masih saja memikirkan kesialan bertubi-tubinya. Bagaimana pun, ia tahu pelakunya namun tak dapat membalas dendam kalau bukan di rumah.

"Tapi, untuk penggemar Christian, boleh ikut!" sorak Bianca membuat Seena melebarkan matanya.

"Christian Barnes?" tanya Seena memastikan. Wajahnya yang murung berubah sumringah.

Bianca mengangguk-angguk. "Lihat, ternyata dia teman Christian. Dia sangat tampan tidak kalah dengan Christian!" teriak Bianca menunjukkan sebuah foto yang dikirim Sam.

Sudah sejak lama Seena mengidolakan Christian, tentu penasaran dengan siswa baru yang dapat berteman dengan idolanya itu. Namun, tiba-tiba matanya membesar dan wajahnya berubah. Tak ada yang dapat ia lakukan selain menemui siswa baru itu. Ia akan balas dendam.

"Brengsek!" umpat Seena seraya bangkit dari kursinya.

Bianca dan Janice yang bingung langsung bangkit dan mengikuti Seena dari belakang. Apa yang akan dilakukan sahabatnya itu?

***