Chereads / My Bra Accident / Chapter 5 - 5. Hi, Christian!

Chapter 5 - 5. Hi, Christian!

Suara-suara bising dari lantai satu belum juga mereda. Musik-musik dan minuman keras yang seharusnya belum legal untuk remaja seusia mereka baunya tercium hampir di setiap sudut rumah. Lampu-lampu yang redup seolah menambah keasikan pesta, Ethan menyusunnya sempurna.

Christian duduk di ranjang, menuangkan tiga pil obat tidur di telapak tangan kirinya dari botol yang sudah ia tutup kembali. Tangan kanannya menggenggam segelas air dingin. Ketika hendak meminumnya, seseorang membuka pintu tanpa izin.

Hampir saja gelas yang digenggamnya terjatuh seperti pil yang sudah terjatuh di lantai. Christian meletakkan kembali gelasnya di meja.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Christian menatap sosok yang tak asing itu.

Seorang gadis berpakaian kasual dengan kaus lengan pendek berwarna hitam dan celana jin ketat berwarna serupa dengan sobekan di lutut. Gadis itu duduk di sebelah Christian dengan senyum merekah dan pandangan yang mencurigakan.

"Seena?" tanya Christian pelan seolah-olah memastikan bahwa sosok itu serupa dengan gadis tadi siang.

Gadis bernama Seena itu mengangguk dan tersenyum tipis. "Kau sakit?" tanyanya balik dengan hati-hati.

Christian menggeleng. "Sebulan belakangan aku tidak bisa tidur nyenyak, jadi aku meminumnya," sahut Christian menjelaskan. Seena menatapnya hangat membuat jantungnya tiba-tiba berdebar.

"Mau tidurmu nyenyak? Aku tahu caranya," ujar Seena tiba-tiba. Christian mengerutkan kening penasaran.

"Bagaimana?" tanya serius.

"Tidur denganku," jawab Seena mantap membuat pipi Christian tiba-tiba merona. Seena tertawa setelah mengatakannya sementara Christian terdiam dengan tatapan tajam. "Aku hanya bercanda," lanjutnya membuat Christian mengangguk kecil tanpa tersenyum atau pun tertawa.

Suasana tiba-tiba menjadi canggung, Seena pun akhirnya tahu kalau Christian tidak menyukai leluconnya. Namun, itu tidak penting. Ia harus bergerak sesuai dengan tujuan awalnya.

"Sampai kapan kau akan di sini?" tanya Christian di tengah keheningan. Kata-katanya seolah menusuk.

Seena bangkit dari ranjang. "Aku akan mencari sesuatu milikku yang Ethan ambil. Kau tidur lah, aku akan mencari pelan-pelan dan berusaha untuk tidak menimbulkan suara," tegas Seena merasa tidak enak. Bagaimana pun Christian adalah aktor populer, tidak seharusnya Seena bersikap terlalu akrab.

Christian terdiam dan meminum obat lagi lalu membaringkan tubuhnya kembali. Seena sudah mencari barang-barang di lemari dan beberapa kardus, sementara itu Christian sudah tertidur membelakangi Seena dan menghadap ke arah dinding. Namun, beberapa saat kemudian Christian mengubah tubuhnya dan berbaring dengan posisi menatap langit-langit.

Seena tiba-tiba melangkah mendekati Christian, ia dapat melihat idolanya itu dengan jelas. Christian benar-benar tampan hampir setara dengan Leonardo DiCaprio ketika muda. Mata, hidung, bibir dan rahang yang sempurna. Ketika memperhatikannya lebih dalam, ia dapat melihat Christian seolah gelisah dalam tidurnya. Pria itu berkeringat hebat, bibirnya membiru seolah kontras dengan keringatnya.

Seena menutup pintu kamar dan menguncinya, takut kalau-kalau seseorang akan masuk. Sebenarnya, ia tak akan melakukan hal-hal aneh pada Christian. Ia hanya tidak ingin Christian diganggu dengan keadaannya yang begitu. Terlebih lagi, ia merasa bersyukur karena kotak kesehatan milik Ethan cukup lengkap sehingga ia dapat mengompres Christian tanpa ada masalah.

"Kau sepertinya begitu lelah. Jangan terlalu memaksakan diri, kau sudah melakukan yang terbaik," ujar Seena tepat di telinga Christian. Ia tahu, Christian tidak akan mendengarnya.

Keadaan Christian setiap malam selalu seperti itu. Banyak hal yang ia pikirkan, seolah setiap tidur adalah mimpi buruk yang akan ia temui. Kegelisahannya selama ini bertumpuk dan semakin bertumpuk. Tubuhnya saja semakin kurus dan semakin lemah.

***

Dua bulan lalu...

Lampu sorot dan pengeras suara berada di setiap sisi gedung. Sorak-sorai penggemar memenuhi seisi aula. Christian dapat melihat semua orang berkumpul hanya untuk dirinya.

"Saya kembali ke publik. Film ini sengaja saya dedikasikan ke seluruh penggemar untuk kembalinya saya setelah vakum sekitar dua tahun lamanya untuk penyembuhan," ujar Christian disahut dengan meriah oleh penggemar.

Sakit yang diderita Christian memang cukup mengkhawatirkan untuk penggemar. Terlebih, Christian sebagai aktor cilik hingga dewasa yang selalu populer dan tidak pernah meredup popularitasnya membuat penggemar mencintainya. Christian dikenal tidak pernah bermasalah, ia bahkan menjadi bagian aktif dari relawan untuk anak-anak disabilitas.

Christian membuka syal dari leher, begitu pula selanjutnya dengan menanggalkan jaket yang sejak konferensi pers ia kenakan. Ia membaringkan tubuh di ranjang mewahnya, membentangkan kedua tangan hingga mengisi seluruh sisi ranjang, sementara kakinya sengaja ia gantung di ujung ranjang hingga menyentuh lantai. Lekat-lekat ia menatap dinding, mengosongkan pikirannya.

"Besok ada konferensi pers film dan lusa kita akan terbang ke Hawaii untuk proyek serial yang tertunda dua tahun lalu," ujar Anneth, manajer Christian ketika membuka pintu tanpa membiarkan Christian menjawab.

Christian menoleh ke arah Anneth sekilas. "Bukankah aku sudah bilang kalau kita keluar dari serial itu?" tanya Christian lemah.

Bagi Christian benar-benar mengesalkan. Selepas ia keluar dari rumah sakit dan sebulan masa penyembuhan, Christian terpaksa ikut andil dalam film terbarunya, meskipun bukan karakter utama ia tetap harus syuting tiga bulan penuh. Lalu, ia juga harus melanjutkan serial yang dua tahun lalu tertunda juga? Sepertinya, dunia sudah gila.

"Bukankah kau sendiri yang bilang akan melanjutkannya?" tanya Anneth balik. Christian bangkit dari pembaringan lalu duduk di tepi ranjang.

"Kapan aku mengatakannya?" tanya Christian balik.

"Kau tidak membatalkannya, Chris. Lagipula, produksi sudah sangat baik menunggumu hampir dua tahun. Tak ada yang menunggu artisnya sembuh selama itu," sahut Anneth membuat Christian merasa kesal sekaligus merasa bersalah.

Christian kembali membaringkan tubuhnya. Sementara, Anneth menghela napas lelah dengan sikap Christian yang menyusahkannya terus.

"Istirahat lah, besok aku akan menjemputmu jam dua siang," ujar Anneth seraya keluar dari kamar Christian.

Wanita berusia tiga puluh tahunan itu sudah menghilang. Manajer sekaligus tantenya itu memang cukup baik mengurusnya hingga sesukses ini dan menjadi bintang. Namun, tak ada yang mengerti Christian selain dirinya sendiri. Tak pernah ada. Atau bahkan dirinya pun tak benar-benar mengerti?

Hari-hari Christian begitu melelahkan. Bukan bertambah sehat, ia merasa tubuhnya remuk dan tulang-tulangnya patah. Namun, tak lebih dari itu ia hanya merasa terbebani dan pesimis.

Pesan dari Ethan kemarin belum sempat ia baca karena sibuk dengan syuting episode penutup di Pennsylvania. Namun, ada semacam peluang dalam dirinya.

Ethan: Datanglah akhir pekan nanti. Aku mengadakan pesta bersama teman-temanku.

Christian tersenyum lalu menutup ponselnya tanpa menjawab apapun. Ia bangkit dari kursinya lalu kembali beradegan di depan kamera. Sebagai tokoh utama memang tak banyak yang ia harapkan selain dapat menahan rasa lelah yang memburu. Ia hanya berharap tubuhnya dapat dikuatkan.

Langit seolah bersahabat, mendung dan gelap. Seperti serial picisan yang disukai banyak orang, perpisahan lalu bertemu kembali adalah hal yang romantis.

Christian berlari di bawah mendung dan siraman air yang sengaja dibuat seperti hujan. Ia berlari dan terus berlari berharap gadis pujaannya tidak pergi lebih jauh. Kamera menyorot ekspresi wajahnya yang kelelahan, matanya yang sembap dan tak henti-hentinya mengeluarkan air mata. Napas yang terengah-engah, rasa frustasi dan langkah yang melemah membuatnya menjadi sempurna.

Langkah Christian terhenti di bawah hujan menatap seorang gadis di ujung jalan. Gadis itu menatapnya dalam-dalam dengan senyum tipis yang hampir tak terlihat, matanya serupa dengan matanya. Christian melangkah lebih dekat, air hujan semakin deras namun tak menghentikan langkahnya.

Tepat di depan gadis yang sudah bersimbah air hujan juga, Christian berdiri setengah gontai. Matanya menatap tajam dan dalam. Beberapa saat tak ada kata-kata yang keluar dari mulut masing-masing hingga hujan buatan itu seolah mengutuk agar dingin semakin merasuk ke tubuh keduanya hingga ke tulang-tulang.

Christian melangkah lebih dekat lagi dan lagi, hingga tak ada jarak sedikit pun yang memisahkan mereka. Christian memegang bahu gadis itu dengan kedua tangannya, mereka masih berpandangan tanpa ada yang mengalihkan pandang sekali pun. Lalu, ia menundukkan kepala seolah membuat kepalanya sejajar dengan kepala sang gadis. Adegan berikutnya, ia mencium gadis itu dengan lembut lalu semakin dalam di bawah siraman air yang semakin dingin.

Bibir mereka menyatu, mata mereka masing-masing terpejam menikmati adegan panas di udara yang dingin. Adegan berlangsung cukup lama untuk menghasilkan hasil terbaik. Gadis itu lalu menjinjitkan sepatu untuk mempermudah adegan ciuman mereka. Christian mendorong hingga gadis itu terpojok di dinding. Si gadis mengalungkan kedua tangannya di leher Christian, sementara Christian memeluk erat pinggang si gadis seolah tak ingin melepaskannya.

"Cut!" ujar sang sutradara membuat Christian dan gadis itu menghentikan ciumannya.

Sang sutradara dan produser memang bersikeras meminta Christian untuk menjadi pemeran utama di serial mereka. Selain karena Christian selalu membuat semua film dan serial yang dibintangi akan laris manis, hal lain yang mendukung adalah aktiny Christian yang mumpuni, hampir semua adegan yang ia lakukan selalu sempurna dan minim kesalahan.

Penata rias berlari menghampiri Christian dan juga gadis itu. Masing-masing dari mereka menghapus air dari wajah artisnya. Lalu, lima menit kemudian adegan selanjutnya dimulai.

Mereka berdua kembali berciuman singkat lalu melepaskannya. Christian menggenggam kedua tangan si gadis dan menatapnya lekat-lekat.

"Maafkan aku, kembali lah padaku," ujar Christian seraya meneteskan air mata yang entah sejak kapan sudah ada di pipinya.

Gadis itu terdiam sesaat, menatapnya lekat-lekat dan tersenyum tipis. Ia melepaskan kedua tangan Christian lalu memeluk Christian dengan erat. Kedua tangan gadis itu melingkar di pinggang Christian, sementara kedua tangan Christian melingkar di bahu si gadis. Kamera menyorot berpindah ke wajah mereka berdua secara bergantian.

Christian masih menangis dan membenamkan wajah di bahu si gadis. Sementara, gadis itu pun mulai menangis di dada bidang Christian. Adegan berkali-kali berlangsung cukup lama membuat Christian dan si gadis menahan kedinginan yang cukup lama pula.

"Maafkan aku, Bella," ujar Christian sekali lagi membiarkan air matanya terjun bebas.

"Kau sepertinya begitu lelah. Jangan terlalu memaksakan diri, kau sudah melakukan yang terbaik. Aku menyayangimu," sahut gadis itu begitu menenangkan, membuat sudut bibir Christian menyabit.

Pelukan mereka cukup lama, setidaknya cukup membantu untuk saling menghangatkan diri masing-masing. Tiba-tiba beban tubuhnya merasa lebih ringan.

"Cut!" tegas sang sutradara merasa puas.

"Chris! Chris!" Christian mendengar suara Ethan tiba-tiba. Namun, ia tidak dapat menemukannya di mana pun.

Bau alkohol menyeruak hingga masuk ke kepalanya. Tubuhnya yang sangat dingin tidak dapat merespon dengan baik, seolah dirinya membeku. Ia merasakan mual di perut, namun tak dapat memuntahkannya.

"Apa yang harus kita lakukan?" tanya sebuah suara asing di telinga yang lain, ia terdengar seperti menangis. Tidak terlalu asing, ia seperti gadis di adegan tadi.

Christian menoleh ke kanan dan kiri, tidak menemukan siapa pun. Bahkan dengan penata rias, gadis di adegan terakhir juga sutradaranya menghilang. Ia tinggal sendirian bersama air hujan yang tiba-tiba turun bukan menggunakan properti. Turun semakin deras dan semakin deras.

"Mobilku sedang bermasalah, kau ada mobil?" tanya Ethan pada seseorang. Christian dapat mendengar suaranya dengan jelas.

Tak ada kata-kata setelahnya, ia hanya melihat gelap dan semakin gelap. Hingga tubuhnya lemah dan semakin lemah.

"Tetaplah sadar, Chris," suara Ethan lagi.

***