Chapter 36 - 36 Rahasia

Saat Dwi murti membuka kedua matanya ia benar-benar terkejut melihat Sosok Regita yang sedang duduk tepat di hadapannya.

"Akhirnya kau siuman!".-Ucap Pawata seraya mentap tajam.

"Apa yang terjadi?".-Batinnya.

Dwi murti pun tertegun melihat semua bekas sayatan di sekujur tubuhnya yang telah menghilang.

"Kolo. Apa yang terjadi?

Dimana para pangkhianat itu?".

"Hmm. Tenangkan dirimu!".-Sahut Kolo.

"Tadi, kau terluka parah. Dan Regita telah mengobatimu dan menyuntikan Sel penyembuhan di tubuhmu!

Dwi Murti. Sekarang jelaskan padaku, apa sebenarnya yang terjadi?

Mengapa Ribuyah bisa bersama Ojo?".-Tandas Pawata.

Seketika Dwi murti menundukan kepala.

Saat ini batinya dipenuhi Rasa bersalah.

"Maafkan Aku!

Karena kebencianku lah sehingga semua menjadi seperti ini.

Saat itu, Ojo berhasil menangkapnya dan membawanya padaku. Dan akulah yang memerintahkan Ojo untuk menggunakan kekuatannya pada Ribuyah!".

Setika suasana menjadi beku. Tak ada Gerak, hanya pertanyaan-Pertanyaan yang kini bertebaran.

"Kekuatan Ojo?

Apakah ia berasal dari Suku TAPA?

Hmm. Itu tidak mungkin!".

Terlihat jelas, Saat ini tatapannya benar-benar masih menyimpan amarah.

"Kolo, Katakan padaku siapa sebenarnya Ojo!".

"Sebenarnya Ojo adalah anggota Suku TAPA!".

*** -Ingatan Kolo-

-Tempat latihan Prajurit-

Memakai Jubah hitam, melangkah tergesa-gesa menuju Lapangan. Mudi menemui Kolo yang sedang berlatih Seorang diri.

"Kolo kemarilah!".-Titah Raja Mudi

"Ada apa Paman?".

"Apa kau melihat Jack dan Pawata?".

"Mereka sedang pergi ke wilayah Semenajung selatan!".

"Apa yang mereka lakukan?".

"Tadi ada sebuah laporan yang masuk bahwa saat ini Wilayah Semenanjung Selatan telah diduduki Prajurit kerajaan TASISARO!".

"Hmm. Begitu ya!

Kolo. Saat ini telah tejadi kerusuhan di Desa RANOKEO.

Sekarang Bersiaplah. Temani aku pergi memeriksanya!".

"Baik!".

--

Di jalan setapak, berlari melawati semak belukar. Emosi pun bertukar, Ketelitian dan Waspada.

"Saat ini kita telah memasuki wilayah Tenggara!

Wilayah ini merupakan perbatasan Kerajaan dan kerajaan TANTERE!

Aku yakin, kerusuhan ini adalah bagian dari Rencana Kelompok BUGA!".-Terang Mudi.

"Hah? Kelompok BUGA?".

"Ya. BUGA adalah sebuah Kelompok Riset yang beranggotakan Ilmuan-Ilmuan Hebat.

Mereka di bawah kekuasaan Kerajaan TANTERE. Beberapa tahun yang lalu, sebuah penelitian yang mereka lakukan terbongkar. Ternyata selama ini mereka diam-diam melakukan Praktik terlarang!".

"Praktik terlarang?

Eksperimen penyuntikan Sel Gamergates ya, Paman?".

"Bahkan lebih dari itu!

Mereka terbukti melakukan sebuah Ekperimen Manusia Buatan dengan menggunakan Sel-Sel Genetik Milik beberapa Suku terkuat yang mereka Curi.

Dari hasil Investigasi, Tujuan mereka adalah untuk menciptakan Kloning menjadi Prajutit-prajurit perang Untuk menguasai Dataran KALEDO ini!".

"Seperti itu ya?

Benar-benar mengerikan!".

"Ya. Meski kelompok itu telah dibubarkan dan Semua Ilmuan yang terlibat berhasil di tangkap, namun kecurigaanku masih sama.

Aku yakin saat ini beberapa anggota mereka yang terisa masih melanjutkan Proyek itu. Dan aku juga yakin, kekacauan ini ada hubungannya dengan Mereka!

Kolo. Dengarkan aku baik-baik!

Desa RANOKEO diami oleh Suku TAPA. Mereka merupakan Salah Satu Suku keturunan dari TADULAKO!".

"Hah? Berarti mereka punya hubungan darah dengan Kita?".

"Benar!

Dahulu mereka semua tinggal di kerajaan. Namun karena Pemburuan Sel itulah sehingga mereka pergi dan mendiamai Wilayah ini!

"Hmm. Seperti itu ya Paman?

Aku mengerti!

Tapi, ku pikir tak hanya itu!

Aku yakin ini adalah sebuah Strategi dari Kerajaan TASISARO dan TANTERE untuk mengalihkan perhatian kita".

"Ya. Benar katamu Kolo!

Aku juga menyadari hal itu.

Untung saja Jack Dan Pawata bergegas pergi ke Wilayah semenanjung itu!".

"Kita sudah Sampai!

Kolo. Berhati-hatilah!".

"Baik!".

Berdiri di balik pepohonan.

Saat ini kobaran api telah menyelimuti Desa.

Semua Rumah telah terbakar dan mayat-mayat tegelatak berhamburan.

"Biadab!".

"Ikuti aku!"-Titah Mudi.

Mereka pun menyusup masuk untuk memeriksa keadaan.

Kolo pun langsung bertekuk memeriksa beberapa Denyut Nadi pada salah seorang itu.

"Sepertinya mereka semua sudah tewas!".

Perlahan Amarah merayapi dadanya.

"Mereka benar-benar Biadab!".

Tiba-tiba Mudi keluar dari sebuah Rumah dengan menggendong Seorang Bocah.

"Sepertinya dia masih hidup!

Kolo Cepat kau obati dia!".

"Baik!".

Saat Mudi meletakan bocah itu di tanah, tiba-tiba terlihat Tiga Orang sedang melintas menggunakan Jubah berwarna Kuning tepat di hadapan mereka menuju tepi belantara.

"Kolo. Tunggulah disini. Aku akan mengejar mereka!".

"Paman, berhati-hatilah!".

"Ya!".

***

Setelah beberapa waktu menunggu, Mudi pun tiba seraya menggenggam sebuah Kotak Hitam.

"Paman. Apakah Paman baik-baik saja?".

"Ya!".

Mudi pun mematung, menatap Kobaran Api yang tengah melahap Bangunan-bangunan Desa.

Tanpa kata, Ia meleparkan Kotak hitam itu kedalam kobaran Api itu.

"Kotak itu berisi Beberapa Sel Genetik milik Suku TAPA!

Dari keterangan Tiga Orang Tadi, seseorang telah menyewa mereka untuk mengambil Sel Genetik itu!".

"Seseorang ya?

Apakah dia ada hubungannya dengan BUGA?".

"Aku tak tahu!

Kolo Tolong Rahasiakan Semua ini!".

"Baik!".

Terbaring di tanah, diselimuti debu dan puing Reruntuhan.

"Oh iya. Bagaimana kondisi bocah ini?".

"Ia baik-baik saja!

Luka di wajahnya hanyalah luka biasa dan sebentar lagi akan siuman!".-Sahut Kolo seraya bangkit.

"Baiklah. Kita akan membawanya ke Kerajaan!

Kolo, tolong kau jaga Rahasia ini, Jangan Sampai ada yang tahu identitasnya!".

"Baik!".

***

"Begitulah kisahnya!"-Tutup Kolo.

"Hmm. Suku TAPA ya?".

Pawata pun bangkit seraya menautkan kedua tangannya di dada.

Lanjut Pawata berkata.

"Aku tahu itu!

Kekuatan Khusus yang mereka miliki adalah TAMASI!

TAMASI Merupakan Sebuah Jurus pengendalian Pikiran".

"Hah? Pengendalian pikiran?".-Ucap Mereka serentak.

"Ya! Kekuatan itu sangat berbahaya. Dari yang ku ketahui hanya ada satu Suku yang bisa melepaskan Jurus itu selain mereka".-Terang Pawata.

"Benarkah?

Siapa mereka?".-Ucap Dwi Murti.

***

Pedang telah terhunus, berdiri dari dua Arah saling menatap Tajam.

"Bunuh mereka!".-Titah Kando kepada Dua Mesin Pembunuhnya.

"Majulah!".-Titah Sando pada Tiga Mesin Pembunuhnya.

"Kecepatan mereka terlihat seimbang, Namun jika dilihat dari kekuatan, meski hanya tinggal Dua, kekuatan manusia Buatan Kando jauh lebih unggul.

Siapa mereka sebenarnya!".-Batin Gora yang sedang Takjub menyaksikan pertarungan.

Saat beradu kekuatan Pedang, Tiga mesin Pembunuh Milik Sando Terpental seretak menahan kekuatan dari Salah Satu mesin pembunuh milik Kando.

"Benar kataku!

Manusia Buatan Gora benar-benar Unggul di banding Tiga Lelaki itu!".-Batin Babon

"Sepertinya Tiga Orang yang melawan Dua Mesin Pembunuhku juga manusia buatan!

siapa dia sebenarnya?".-Batin Kando yang sedang Menatap Sando.

"Sial. Sepertinya dua orang yang sedang melawan Tiga Mesin Pembunuhku Juga Manusia Buatan ya!

Siapa sebenarnya dia?".-Batin Sando yang sedang menatap Kando.

"Dua Petarung Tangguh itu benar-benar Hebat!

Siapa sebenarnya Sosok ilmuan Yang bersama Gora itu!".-Batin Babon dan Nebot.

***

"Mereka adalah Suku RAY!".-Seru Pawata.

Mereka pun terkejut serentak mendengar Pernyataan itu.

Sambung Dwi Murti.

"Suku RAY?

Bukankah mereka sudah punah?".

"Ya. Artinya saat ini hanya Ojo lah yang bisa melepaskaan Kekuatannya!".

Suasana kembali membeku, Penyelasan tak mungkin lagi di ungkapkan karena kesalahan yang telah ia lakukan.

Dwi Murti pun menundukan kepalanya ke arah Pawata seraya berkata.

"Maafkan Aku!

Kumohon, kembali lah Kerajaan dan Bantu aku mengatasi Semua ini!".

Seketika pawata memalingkan Wajahnya.

Ia Pun berkata.

"Tidak!

Ketahuilah!

Sampai kapan pun aku tak akan tunduk dengan Perintahmu. Apalagi melacurkan Cita Luhur kerajaan hanya untuk kepentiganmu!".

"Ya. Aku tahu, selama ini aku telah melakukan kesalahan! Aku pun sadar, semua yang ku lakukan sudah merusak seluruh Cita luhurmu, Ayah, Paman Jack, Dan Kalian Semua!

Sekali lagi, ku mohon kembalilah!

Bantu aku untuk mengembalikan kehormatan VONGGI!".

Kolo pun bangkit dan Ikut menundukan Kepala.

"Pawata. Kali ini ku mohon padamu!

Ketahuilah, selama ini aku tak mengkhianatimu!

Selain menjaga Dwi Murti, tujuanku tinggal di kerajaan hanya ingin memata-matai Ojo. Hanya itu tujuan ku!".

"Ya. Aku tahu itu Kolo!".-Sahut tandas Pawata.

"Terima kasih atas kepercayaanmu, Tapi ku mohon kembalilah Kerajaan. Bantu kami mengembalikan Marwah Kerajaan!".

Sambung Dwi Murti.

"Benar!

Tanpamu kami takkan mampu!

Kembalilah. saat ini aku berjanji di hadapan kalian semua takkan melakukan kesalahan itu lagi!".

Seketika Pawata memejamkan kedua matanya dan mengangkat wajahnya langit.

"Baiklah!

Angkat kepala Kalian!".-Sahut tandas Pawata.

"Terima kasih!".

"Dengarlah!

Untuk mengembalikan Marwah Kerajaan, Semua tak bergantung padaku!

VONGGI bukanlah Milikku. Ia adalah milik kita Semua!

Untuk mengembalikan Marwah itu, semua peran kita dibutuhkan. Aku ingin kita semua bersama-sama melakukannya!".

Seketika Sumpah Galara di dada mereka begetar dan kembali kukuh membentuk Harapan.

"VONGGI adalah Tanah Perdamaian!

VONGGI adalah harapan!

VONGGI adalah Rumah Untuk Para GALARA!".-Tandas Pawata seraya memukul Dadanya.