Chapter 37 - 37 Kelemahan

"Hmmm. Begitu ya!

Ternyata kekuatan Kutukan Sejatinya yang ditanamkan, sangat jauh berbeda.

Meski Dua Kloning ku telah menggunakan Kekuatan kutukan milik Sun, namun kekuatan Laos jauh lebih unggul".

Seketika kebencian merayapi dadanya, kekuatan kutukannya pun semakin betambah.

"Akan Ku bunuh kalian!".

Saat ini kekuatan kutukan milik Laos telah memasuki Fase Evolusi kedua. Bertekuk seraya berteriak.

Sangat jelas terlihat perubahan pada Wujud dan bentuk tanda kutukan yang menyelimuti tubuhnya.

"Fase Kedua!".

Berlari penuh kecepatan, meski dua Kloning Sampoana mencoba menghentikannya dengan lemparan pedang secara bersamaan, namun Laos dengan mudah menepisnya dengan Kuku-kuku tangan kirinya yang berubah menjadi Perisai.

"Ia benar-benar Kuat!

Selain menjadi senjata, ternyata Kuku-kukunya juga berfungsi sebagai Perisai".-Tambah Sampoana.

Pada jarak yang begitu dekat, kuku-kuku tangannya Pun seketika menghilang. Sampoana dan Jeko benar-benar terkesima melihat kecepatannya.

Saat ini Kedua leher Kloning itu telah berhasil Laos genggam. Ia pun mengangkatnya dengan penuh Kekuatan, sehingga membuat dua Kloning Sampoana meronta-ronta.

"Hmm".

"Matilah!".

Seketika Kuku-Kuku dari kedua Jari tangan Laos kembali memanjang sehingga Kedua leher Kloning itu pun tertusuk kuku-kuku panjangnya itu.

"Hmm. Tak berguna!".-Ucapnya seraya melemparkan Keduanya ke tanah.

"Ia benar-Benar Kuat!

Apakah Kedua Kloning milik Bibi sudah di kalahkan?".

"Belum!

Lihatlah!".

Jeko pun terkejut melihat Salah satu dari kloning itu yang kembaliĀ berdiri.

Begitupun dengan Laos. seketika ia melopat mudur membuat jarak pada salah seorang Kloning itu.

"Hah?

Padahal Kuku-Kuku ku telah menusuk Organ Vitalnya".

Laos pun menatapnya secara seksama.

"Hmmm. begitu ya!

Ternyata mereka adalah sebuah Kloning!".

Laos Pun menoleh kemudian menatap Sampoana yang tengah berdiri menautkan kedua tangan di dada.

"Hmmm. Siapa sebenarnya dia?".

***

Melihat paksi telah membuka kedua mata, Bobo pun bangkit kemudian menautkan kedua tangannya di dada.

"Akhirnya kau Siuman!".-Ucapnya seraya melangkah.

Paksi pun duduk kemudian menatap Empat anggotanya yang terbaring belum sadarkan diri.

"Apakah mereka semua selamat?".

"Ya!

Apa yang telah terjadi pada kalian?".

"Tadi, Gora datang dengan Empat Anggotanya. Tiga di antaranya adalah petarung.

Mereka benar-benar tangguh!

Selain memiliki Sel Penyembuhan, dua diantaranya memiliki Kekuatan Kutukan!".-Terang Paksi.

Bobo pun mengeryitkan Dahinya seraya berkata.

"Kekuatan Kutukan?".

***

"Apakah salah satunya sudah benar-benar tewas, Bibi?".

"Sepertinya".

"Bukankah kedua mereka memiliki Sel penyembuhan yang sama?".

"Benar!

Namun keduanya memiliki Kualitas dan unsur Sel penyembuhan yang berbeda!

LUPE dan RISI!

Sesungguhnya mereka ku ciptakan hanya untuk menguji titik Kelemahan Sel Penyenyembuhan!".

"Titik Kelemahan?".

"Ya. Kedua mereka memiliki Struktur Sel DNA yang berbeda!

Lupe ku buat dari Sel DNA milik Sando dan Ratojeng, Sedangkan Risi Memiliki Tiga Sel sekaligus".

"Begitu ya?".

"Ya. Perlu kau ketahui bahwa Sel penyembuhan juga punya titik Kelemahan!

Selain dipengaruhi tenaga, Ia akan semakin melemah jika para penggunanya memiliki Luka dalam jumlah banyak!".

"Apakah Semua Sel penyembuhan berlaku sama?".

"Tidak. yang ku ketahui, Ada Tiga Tingkatan Sel penyembuh yang ada.

Sel penyembuhan keturunan Murni. Sel Penyembuhan biasa dan Sel penyembuhan yang berasal dari Kekuatan Tanda Kutukan. dari ketiganya Sel penyembuhan kutukanlah yang paling tinggi tingkatannya".

"Mengapa Sel milik Kak Ratojeng dan Kak Sun berbeda? bukankah mereka sedarah?".

"Sel penyembuhan Milik Sun Benar-benar sempurna. Selain keturnan murni dari BULAVA, ia juga memiliki Kekuatan Kutukan.

Hal itulah membuat Risi lebih unggul dari Lupe!".

Seketika Risi Bertekuk.

Saat ini kekuatan Kutukannya telah mencapai Tahap Evolusi Kedua.

Selain Kekuatannya bertambah, Garis Tanda kutukan berwana Abu-abu pada tubuhnya pun telah menyelimuti sebagian Tubuh kirinya.

***

Berlari di jalan setapak, melewati semak dan pepohonan.

Saat ini Bobo, Kento dan Paksi berada di depan memimpin Sepuluh anggota mereka.

"Berhati-hatilah!".-Tegas Bobo.

"Ya!".

Di tengah perjalan, tiba-tiba Langkah mereka terhenti ketika menemui sesosok Mayat telentang di jalan.

Paksi pun terkejut kemudian menatap Wajah Dari Sosok lelaki itu.

"Benar Dugaanku!

Lelaki ini adalah Salah Satu dari tiga Orang Anggota Gora yang telah bertarung denganku!".

Paksi Pun melangkah kemudian Bertekuk seraya menujukan sebuah bekas sabetan pada tubuh jasad itu.

"Lihatlah. Ini adalah bekas Sabetan dari pedangku!

Saat mereka serentak meyerangku, aku menyabetkan pedangku yang telah ku beri sel Penghancur!".

Paksi pun merogok kantongnya dan mengeluarkan sebuah Suntik dan Sebuah Botol.

"Kento, Tolong ambilkan sedikit darahnya!".-Titahnya seraya menyodorkan Suntik itu.

"Berhati-hatilah!

Jangan kau sentuh bagian tubunya yang sudah tertular Sel itu!".

"Baik!".

Setelah selesai melakukannya mereka pun berdiri.

"Sepertinya ini sudah Cukup di jadikan Sampel!".

Kento pun berkata.

"Paksi. Jika ku perhatikan, sepertinya Ia adalah Seorang Kloning!".

"Benar! lihatlah tanda Kuning di dahi Kirinya!".

Sementara Bobo hanya berdiri mematung seraya menatap Wajah Sesosok Jasad itu.

"Tidak!

Ini Tidak Mungkin!".-Batinnya.

***

"Ketahuilah. Perang ini telah dimanfaatkan Oleh kelompok-Kelompok pencuri Sel itu. Semoga saja Paksi dan kento berhasil mencegah Para pencuri Sel masuk ke medan perang!".

"Ya!".-Sahut Saba dengan tandas.

"Baiklah. Dengarkan aku!

Tugas kalian adalah membantu mereka mencegah para Pencurian Sel itu!

Aku dan Regita akan Pergi ke Posko pengungsian!".-Titah Pawata Pada Anggotanya.

"Baik!".-Sahut mereka kemudian pergi.

"Sekarang Apa rencana Kalian?".-Tandas Pawata yang menatap tajam ke arah Dwi Murti.

"Sesungguhnya Kami datang kemari hanya ingin menyaksikan Pertarungan antara Babon dan Ratojeng!

Sebelum menyatakan perang, Babon menemuiku dan menawarkan untuk beraliansi!

Tujuanku saat ini hanya ingin memastikan. Seberapa Kuat pasukan yang saat ini ia miliki, Karena bagi kita, BAKA adalah ancaman!

Aku pun yakin jika Babon memenangkan Peperangan ini, ia mengivasi kita. Jika itu terjadi, Aku pun tak akan tinggal diam.

Aku akan memeranginya!".-Terang Dwi Murti.

"Baiklah. Aku mengerti!

Sekarang kalian Pergilah dan ingat, jangan sampai mereka tahu keberadaan Kalian!

Aku dan Regita akan pergi memeriksa keadaan Pengungsian. Setelah tugas Kami selesai, Kami akan menyusul kalian!".

"Baik!".

"Berhati-hatilah!

Kolo. Semua ku percayakan padamu!

Dan ingat, jangan masuk terlalu jauh!".

"Baik. Kami mengerti!".

***

Kedua tangannya telah berlumur darah, berdiri kukuh seraya menggenggam pedang.

Ebong pun mendongak kemudian Berteriak dengan sangat lantang.

"Yaaaaaaaa!".

Saat ini ia telah mengalahkan Semua Prajurit BAKA yang coba menghalanginya.

Setelah Emosinya habis terkuras, Ia pun menoleh mencari keberadaan Ratojeng.

"Dimana kakak?

Hmmm. Aku harus Mencarinya!".-Ucapnya dalam hati kemudian Pergi mencari keberadaan Ratojeng.

Berlari melewati tumpukan jasad. Setiap jejak langkahnya mengingatkannya pada tragedi Silam.

seketika rasa takut itu kembali menghantuinya.

"Tidak. sebelum semua terjadi, Aku harus menemui Kakak Ratojeng dan memberitahunya!".

Ebong pun menemukan Ratojeng sedang berdiri Kukuh di dampingi Momi dan Pande.

perlahan Ebong memperlambat langkahnya.

"Apa kakak Baik-baik saja?".

Melihat Keadaan Ebong yang tengah berlumur darah, Momi dan Pande pun terkejut kemudian melangkah menghampirinya.

"Apa Paman baik-baik saja?".

Seketika Ratojeng menghunuskan pedangnya dan mencekal Langkah Pande dan Momi dengan berdiri tepat di hadapan mereka.

"Jangan dekati dia!

Dia sedang berada di pihak musuh!".

Ebong pun menghentikan langkahnya kemudian menundukan kepalanya.

"Kakak. Maafkan Aku!

Saat ini, aku benar-benar sadar atas apa yang ku lakukan!".