Dari kejauhan jejak langkah terdengar jelas, Evu dan Rata pun bersiaga di balik pepohonan kemudian memberi subuah isyarat dengan saling menatap. Pedang tergenggam erat, begitu pun dengan busur panah milik Rata.
Saat Kempi dan Tonggu melintas di hadapan mereka, dengan penuh kekuatan Evu menebaskan pedangnya kearah leher Kempi. Begitu pun Rata, ia melepaskan anak panahnya tepat ke leher Tonggu.
"Musuh!".-Teriak salah seorang anggota Kempi.
Anak panah milik Rata berhasil mengenainya, namun tidak dengan sabetan pedang milik Evu. Dengan tangkas Kempi menangkis sabetan pedangnya dengan mengelurkan Kuku tangan kirinya yang seketika berubah menjadi perisai.
Berdentam.
Kemudian Kempi mendang Perut Evu sehingga tepelanting dan membentur sebuah batang Pohon.
Menyadari Tonggu terkena serangan anak panah Rata, Kempi pun mendekatinya kemudian bertekuk lutut mencabut sebuah anak panah. Kemudian memempelkan telapak Tangan kanannya pada luka itu .
"Apa kau baik-baik saja?".
"Ya!".
***
Tiga Mesin pembunuh Milik Sando telah di kalahkan.
Setelah menebaskan pedangnya kepada TA, GA, RA, dengan begitu Cepat TO berlari kearah Ratojeng Seraya mengayunkan Pedangnya.
"Sudah Saatnya".-Batin Sun.
Sun pun menggunakan Kekuatan Kutukannya, Kemudian dengan seketika ia berlari menghalangi TO yang menuju kearah Ratojeng.
Dengan penuh kekuatan Sun menusuk Tubuh sisi kanan TO.
"Jangan Remehkan Kami!".-Tandas Sun.
Seketika Ratojeng terkejut.
begitu pun Babon, Gora, dan Kando.
"Hah?
Siapa dia?".
Sando pun tertegun seraya membatin.
"Sun.
Akhirnya dia menggunakan kekutan itu
Benar katamu Sanja. Suatu saat nanti kedua putramu akan saling melindungi dengan menggunakan kekutan itu".
*** Ingatan Sando
-Balkon Istana-
"Apa kau yakin akan mewariskan kekuatan kutukan ini pada Sun?".
"Ya!
Dia lah yang pantas mendapatkannya!
Aku berharap kelak ia akan menjadi pemimpin yang akan membawa perdamaian di dunia ini".
"Hmm. Sanja, Pikirkanlah baik-baik!
Aku benar-benar khawatir di kemudian hari kekuatan itu akan melukai Ratojeng!".
Sanja pun bangkit dari kursinya, kemudian menengadah menatap biru nya langit di pagi itu.
"Sando, Aku tahu Ratojeng Sangat membenci Sun. Namun aku yakin, suatu saat nanti Ratojeng akan menerima kenyataan dan Sadar bahwa betapa berharganya Sun setelah aku tiada.
Ratojeng sungguh anak yang baik, percayalah padaku bahwa semua kekhawatiranmu itu takkan terjadi!".
"Baiklah jika itu keputusanmu!".-Sahutnya seraya bangkit kemudian berlalu.
-TEMPAT LATIHAN PRAJURIT-
Berlari seraya menggenggam pedang. Dengan mengucapkan sebuah mantra, Sando menyabetkan pedangnya pada Sun.
"Pompelija!"
Melesit laju. Sabetan Sando berhasil mengenai dada Sun, sehingga Sun tertegun dan bertekuk lutut.
Seketika Sorak-sorai prajurit menghilang.
"Hah?
Apa yang terjadi?".-Ucap Ebong.
Sahut Jeko seraya bangkit "Pertarungan Selesai!".
"Ahhhh".-Teriak Arsu.
Bekas sabetan pedang di dada Sun tiba-tiba mengelurkan Cahaya, sehingga ia menjerit meronta.
"Yaaaaa".
Kemudian bangkit dan berusaha melepaskan baju Zirahnya.
Semua orang berdiri ketika melihat garis hitam yang Nampak menutupi seluruh bekas luka pada tubuh Sun.
"Apa yang terjadi?"-Ucap Ratojeng.
Begitu juga pada Bute dan Nebo, mereka benar-benar terkejut melihat kejadian itu.
"Apakah itu adalah kekuatan milik Kakek?
Tidak!
Itu tidak mungkin!".-Batin Nebot
"Sanja, ternyata selama ini Kekuatan kutukan itu ada padamu!".-Batin Bute.
Terus meronta. Setelah menutupi seluruh luka di sekujur tubuh, perlahan garis hitam itu menyebar menutupi tubuhnya.
Saat tepat di dagu, tanda itu terhenti dan membentuk sebuah Simbol.
Jerit Sun semakin menjadi saat garis hitam itu saat menetap di Dagunya.
"Tanda Kutukan?".-Tegas Ratojeng.
Karena kekhawatirannya, Ratojeng berlari mendekati Arena pertarungan.
Langkahnya terhenti seketika saat Sun bangkit seraya berteriak.
"Yaaaaaaaaa".
"Sun!".
"Lihatlah!
Apa yang sedang terjadi pada Raja Sun?".-Ucap prajurit lainnya.
"Kekuatan Kutukan!"-Tandas Jeko.
"Kekuatan Kutukan?".-Ucap Ebong.
Bu'u Pun menatap Jeko seraya berkata.
"Jeko, Apa yang terjadi dengan Kak Sun?".
"Sepertinya sabetan Paman Sando pada Kak Sun tadi adalah sebuah Sabetan untuk mebangkitkan Kekuatan kutukan!".
"Kutukan?".
"Ya. Dilihat dari bentuknya, sepertinya itu adalah Tanda kutukan!
Tanda Kutukan AXU (Serigala)!
Hmmm. Benar!
Aku tak menyangka Kekuatan Kutukan itu akan di wariskan pada Kak Sun".
Lanjut Jeko berkata.
"Kekuatan Kutukan adalah sebuah kekuatan yang di wariskan turun temurun dengan syarat kesamaan sifat dan kemampuan diri seorang penerimannya.
Aku pernah menyaksikan kebangkitan kekuatan serupa pada Orang lain dalam bentuk yang berbeda.
"Bentuk yang berbeda?".
"Ya. Saat itu penggunanya terlihat seperti POA (Burung Hantu)".-Terang Jeko.
"Ternyata selama ini kutukan itu ada pada Paman Sanja. Aku tak menyangka Paman akan Mewariskannya pada Kak Sun".-Batin Ru'u.
Kemudian Sun Bangkit dengan sebagian kekutan kutukan AXU yang telah terbangkitkan.
Tanpa menyadari, tiba-tiba Sun bergerak dengan sangat cepat kemudian hadir tepat di hadapanya Nebot. Tanpa kata, seketika Nebot terhepas terkena pukulan telak mengenai Wajahnya.
Sanja Pun tersenyum seraya membatin.
"Behasil!
Ayah memang yakin, bahwa kau akan mampu menguasainya!".
"Berhasil!".-Batin Sando.
Tanpa jeda, meski telah siaga, Bute tak dapat mengimbangi kecepatan Sun.
Sebuh pukulan telak mendarat di wajah kanannya sehingga terpelanting jauh.
Semua Prajurit yang menyaksikan pertarungan saat itu benar-benar ketakukan melihat kekuatan yang sungat besar Sun Gunakan.
"Hmmm. Jadi ini kekuatan Raja Sun yang sesunggunya!".
Sementara Sun benar-benar tak tahu tentang Kekuatan kutukan yang telah ditanamkan Sando dan ayahnya padanya.
Menoleh seraya menatap Tajam.
Saat ini Sun sedang berupaya meraih seluruh kesadarannya.
"Serasa sebagian tubuhku telah dikuasai oleh sesuatu.
Apa yang terjadi denganku".
Melangkah dengan tenang, kemudian Sun menatap tajam kearah Ayahnya dan Sando.
"Sanja bersiaplah".-Ucap Sando seraya melemparkan pedang.
Saat Sanja berhasil meraih pedang yang dilemparkan Sando, saat itu juga Sando dicekik oleh Sun.
"Sepertinya Jiwa dari tanda kutukan itu telah bangkit di tubuhnya.
Sando, semua ku percayakan padamu".-Batin Sanja.
Melihat Sando semakin tersiksa, sanja pun berlari Seraya membaca sebuah mantra.
Seketika Sun menjerit lalu melepaskan cangkraman nya, kemudian bertekuk lutut menutup telinganya.
"Yaaaaaaaa"-Teriaknya degan lantang.
Menyadari rencana Ayahnya, Ratojeng pun berlari memasuki Arena pertarungan.
"Ayah!
Tidak. Hentikan Ayah!".-Teriak Ratojeng seraya menatap ayahnya yang tengah mengayunkan pedang.
"POMPELINJA".
Kata itu diucapkan seraya menusukan pedang Guma pada Dada Sun.
"Tidaaaaaak!".-Teriak Ratojeng
Seketika semua orang terkejut.
"Hah? Apa yang terjadi?".
Hal tak terduga terjadi.
pada saat yang sama, Sun meraih pedang milik Sando dan menusuk Ayahnya tepat di dada.
"Ahhhhhh!".
Sanja memuntahkan Darah, Kemudian menyentuh dahi Sun seraya berkata "POMPEGANA".
Sun melepaskan pedangnya kemudian kembali bertekuk seraya menjerit meronta.
Tanpa daya, Sanja jatuh bertekuk lutut kemudian mencabut pedang yang menancap di dadanya.
"Ahhhhh".
"Ayah!".
Ratojeng meneruskan langkahnya kemudian mendekap Ayahnya yang sedang telentang. Begitu pun dengan Sando, ia berusaha bangkit dan merangkak kearah Sanja.
"Sanja!".
"Ayah!".
"Ratojeng, Jaga baik-baik adikmu!".-Ucap Sanja seraya menatap Sun yang tengah meronta.
"Sanja bertahanlah!".
"Sando, ku titipkan mereka berdua padamu!"-Ucapnya terbata-bata.
Menedengar ucap itu, Sando memejamkan kedua matanya.
Tanpa sadar Air matanya berlinang.
Saat itu Sanja juga menghembuskan Nafas terakhirnya.
"Ayah!".
Peluh dan isak tangis dari Ratojeng memecahkan keheningan saat itu. Pada saat yang sama Sun jatuh terbujur dan tak sadarkan diri.
Perlahan garis yang menyelimuti tubuhnya menyusut dan meninggalkan tanda di dagu dan dahinya.