Perang telah berakhir.
Hanya sekejap, tempat yang lapang itu menjadi lautan darah.
Pedang, anak panah yang berhamburan seakan menyibak makna, tatkala prajurit yang tersisa mengumpulkan jasad-jasad handai taulan yang sudah terkapar.
"Perang dan pengorbanan.
Apakah ini adalah sebuah pilihan yang tepat?".-Batin salah seorang prajurit yang tengah berdiri menatap mayat-mayat yang berserakan itu.
Sejenak Sun tertegun menatap sayu. "Perang. Tak ada yang terisa selain dendam.
Maafkan aku yang tak bisa melindungi kalian!".
Perlahan angin berhembus membuai bendera TOBARANI, sehingga saat itu seluruh Prajurit yang tersisa serentak merengkuh melakukan penghormatan.
"Aku bersaksi bahwa kalianlah TOBARANI sejati!".-Batin Sun sambil ikut menundukan kepala.
Sementara Ratojeng hanya berdiri seraya menatap Sun dengan penuh rasa bersalah.
"Maafkan aku!".-Batinnya.
Kemudian Ratojeng melangkah menghampirinya dan disusul Sando dan Sampoana.
Saat tepat berada di belakang Sun, Ratojeng pun berkata. "Sun, Maafkan aku!
Semua ini karena kecerobohanku!".
"Semua ini bukan salahmu!
Namun, Sadarilah!
Selama perang terus berlanjut, pertumpahan darah akan terus terjadi!".
Kemudian Sun mendongak menatap langit yang dipenuhi Mega-mega jingga.
Lanjut Sun berkata. "Mulai hari ini aku ingin kalian berjanji!
Tanggalkan semua dendam dan ku harap kita semua sadari tentang kebodohan kita hari ini!".
Seketika Ia tersenyum dan menoleh kearah Ratojeng, Sando, Sampoana dan Anggota BLACK TENDE lainya.
"Aku yakin, kakek dan ayah saat ini sedang menertawai kita, atas semua yang telah kita ucapkan!".
Ucapan itu membuat rasa bersalah Ratojeng bertambah.
Ia pun melangkah memangkas jarak, kemudian mendekap Sun penuh makna.
"Maafkan aku!
Sekali lagi, maafkan aku!".
Melihat kesedihan itu, Sampoana pun melangkah dan ikut larut dalam kesedihan itu.
Namun tak demikian dengan Sando. Ia hanya berdiri membisu seraya menatap tanpa ekspresi.
***
Berlari memimpin rombongan, saat kan memasuki wilayah yang di penuhi Pepohonan, tiba-tiba Pawata menghentikan langkahnya kala menatap mayat-mayat yang tergeletak berserakan.
Begitupun Regita, Dwi Murti dan Kolo yang sedang berada di sisi nya.
"Ada apa?".-Tanya Regita.
Sejenak Pawata terdiam, Kemudian berkata.
"Lihat!
Ini adalah hal terburuk dari peperangan!".
Pawata pun melangkah seraya menatap Dwi murti dan Kolo yang tengah berdiri menundukan kepala.
"Ya. Renungkanlah!".-Ucap Pawata pada Kolo dan Dwi Murti.
Lanjut Pawata berkata, "Sebelum tiba di kekerajaan, aku ingin kalian berjanji bahwa Semua dendam dan Obsesi tentang menguasi Wilayah KELEDO kalian tanggalkan di tempat ini!".
Setalah berkata Pawata kemudian melangkah kearah Anggota KUNEON yang tersisa.
"Tak ada Galara yang terbaik, selain kalian!
Selama ini kita bekerja di kegelapan untuk menjaga perdamaian.
Kalian semua dengarkan aku!
Hari ini kita kembali ke kerajaan dengan tekad yang sama.
Aku ingin kalian juga melakukan hal Demikian!
Aku tahu, memaafkan dan mengiklaskan adalah sebuah sikap yang sangat sulit untuk dilakukan, Namun demi Cita luhur kita bersama, ku mohon lakukanlah!".-Ucapnya seraya menundukan kepala.
"Aku yakin hanya dengan cara itu kita dapat saling menerima!".-Tandasnya.
Mendengar pernyataan itu, dengan serentak anggota KUNEON menundukan kepala.
Meski sedikit terbesit dendam karena kekejaman Dwi murti pada mereka.
Melihat kejadian itu, Dwi Murti pum melangkah ke sisi kanan Pawata dengan penuh penyesalan.
Ia pun menundukan Kepala dan berkata. "Dari lubuk hati yang terdalam, aku memohon maaf atas semua kejahatan yang pernah aku lakukan pada kalian!
Sekali lagi aku memohon, kembalilah ke kerajaan, bantu aku mewujudkan Cita luhur tersebut dan mengembalikan Marwah VONGGI!".
Melihat sikap itu, Kolo pun melangkah ke sisi kanan Dwi Murti, kemudian ikut menundukan kepala.
"Atas Nama Panglima VONGGI, Aku juga meminta maaf yang sebesar-besarnya!
Aku pun tahu bahwa luka itu takkan sembuh jika hanya di obati dengan sebuah kata maaf!
Aku pun tahu kalian masih ragu dengan seluruh ucapan kami, namun aku berjanji bahwa ini bukalah sebuah bagian rencana dari pengkhianatan.
Kami sadar, bahwa kekuatan VONGGI yang sesungguhnya hanya bisa kembali dengan bersatu. Aku pun tahu semua perbuatan yang selama ini kami lakukan telah melanggar Sumpah Galara, dan aku pun siap diberi sanksi apa pun.
Namun satu yang ku mohon, kembalilah ke kerajaan. dan beri kami kesempatan untuk menebus sebuah kesalahan itu!".
"Baiklah!
Angkat kepala kalian semua!
Ya. Demi VONGGI, Kami akan kembali ke kerajaan!".-Ucap Pawata
"Terima kasih!".-Ucap Kolo.
"Terima kasih!".-Tandas Dwi Murti
***
"Mulai saat ini kita semua akan kembali ke kerajaan.
Tekad kita tetap sama "MEWUJUDKAN PERDAMAIAN".-Ucap Sun pada semua anggota BLACK TENDE.
Sekarang kalian pergilah, kumpul semua jasad, Jangan sampai ada yang tersisa!".-Titah Sun
"Baik!".
Sejenak Sun tertegun, kemudian melangkah menghampiri Bobo yang tengah berdiri membisu.
"Ada apa denganmu?
Hmm, Apa kau terluka?".
"Tidak!".-Jawab Tandas Bobo.
***
"Baiklah!
Kita pergi!".
Mereka pun melanjutkan langkah, namun tidak dengan Rata. Ia hanya mematung seraya menatap punggung Pawata.
Regita pun menyadari hal itu, dan ikut menghentikan langkahnya.
"Ada apa denganmu?".-Ucap Regita pada Rata.
"Aku akan tetap tinggal!".
"Ada apa?
Apa yang terjadi?".
"Ada hal yang harus ku lakukan!
Lagi pula, aku bukan bagian dari VONGGI!".
Menyadari hal itu, Pawata pun ikut menghentikan langkahnya, kemudian menoleh menatap Rata dan Regita.
"Ada apa dengan kalian?".
Mendengar ucapan Pawata, Saba dan Evu pun menghentikan langkahnya kemudian menoleh manatap Rata dan Regita.
begitu pun dengan Dwi Murti dan Kolo.
"Apa yang terjadi dengan mereka?".-Ucap Kolo pada Pawata
"Maafkan aku!
Aku tak bisa mengikuti kalian!".-Tandas Rata.
Mendengar ucapan Rata, Kolo pun melangkah menghampiri Pawata, "Pawata, siapa sebenarnya dia?".
"Ceritanya panjang!
Nanti saja ku jelaskan!".
Pawata pun melangkah menghampiri Rata, dan Berkata.
"Ada apa?
Apa yang sebenarnya terjadi?".
Seketika Rata menundukan kepalanya kemudian menatap kedua telapak tangannya.
"Makna kehidupan!
Rasanya aku belum memahaminya!
Izinkan aku pergi untuk mencari makna itu!".
Pawata pun tersenyum kemudian mendekap Rata.
"Tak perlu jauh kau mencari!
Selama ini, semua makna kehidupan telah kau lakukan!
Tenggang Rasa, menerima dan menolong sesama adalah bagian dari makna kehidupan!
Ayo kita kembali ke kerajaan!".
Rata pun melepaskan dekapannya dan berkata.
"Tidak!
Aku tak bisa!
Aku bukan bagian dari VONGGI!
Dan saat aku ingin pergi!".
Melihat hal itu, Saba dan Evu pun datang menghampirinya.
"Apa yang terjadi denganmu?".-Ucap Saba pada Rata.
Tak ada kata, Rata pun tertegun kembali membisu.
Sambung Evu, "Apa kau terluka?".
"Tidak!
Maafkan aku!
Aku tak bisa ikut dengan kalian!".
"Ada apa?".-Tanya Saba
"Ada hal yang harus ku lakukan!".
Sambung Evu.
"Apa? Katakanlah!".
"Maaf. Aku tak bisa mengatakannya Padamu!".
"Hmm. Baiklah!".
Melihat perubahan pada sikap Rata, Pawata pun memutuskan memerintahkan Saba. "Saba, kau pimpin anggota, pergilah kembali ke kerajaan. Aku, Regita, Evu dan Rata akan menyusul!".
"Baik!".-Jawab Saba.
"Kolo!".-Ucap Pawata seraya memberi Isyarat.
"Baik!".-Jawab Kolo