Chapter 41 - 41 Bergabung

Tiga Mesin pembunuh Milik Sando telah dikalahkan. Setelah menebaskan pedangnya kepada TA, GA, RA, dengan begitu Cepat, TO berlari kearah Ratojeng Seraya mengayunkan Pedangnya.

Tepat di sisi kanan To, Sun berdiri sigap, seraya menggenggam erat pedangnya.

"Sudah Saatnya".-Batin Sun.

Sun pun memutuskan menggunakan Kekuatan Kutukannya, Kemudian dengan seketika ia berlari menghalangi TO yang tengah menuju kearah Ratojeng.

Dengan penuh kekuatan, Sun menusuk Tubuh sisi kanan TO, sehingga pendangnya menembus tubuhnya.

"Jangan Remehkan Kami!".-Tandas Sun.

Ratojeng benar-benar tercengang melihatnya.

"Terima Kasih Sun karena telah menyelamatkanku!

Kini aku memahami semua ucapan dan maksud ayah saat itu!".-Batin Ratojeng yang tengah berdiri menatap Pundak Sun.

Begitupun dengan Sando.

"Hmmm, Sanja!

Benar Ucapanmu.

Lihatlah, kini kedua putramu saling melindungi dengan menggunakan kekuatan itu".-Batinnya.

Saat itu semua terkejut melihat kekuatan Dasyat Milik Sun. Mereka benar-benar tak menyangka bahwa di balik Sosok yang jubah itu adalah seseorang yang memiliki kekuatan yang sungguh besar.

"Hah. Sun?

Tidak. Ini tidak mungkin!".-Batin Bute.

"Hmm benar dugaanku bahwa dia adalah Kloning!".

Menyadari TO tak lagi bardaya, Sun pun mencabut pedangnya kemudian berlari dengan penuh kecepatan kearah Kando.

Pada jarak dekat, Sun meloncat seraya menebaskan Pedangnya.

"Matilah!".

Berdentam. Sun benar-benar terkejut melihat Gora yang tiba-tiba hadir di hadapannya dan menangkis pedangnya.

"Hah, Kutukan POA (Burung Hantu)?".-Batin Sun. Kemudian Gora menendang Sun tepat di dada, sehingga Sun terpelanting tepat di hadapan Ratojeng.

Menyeruak penuh amarah.

"Biadab!

ternyata selama ini benar, Gora lah pelakunya!".

Kemudian Sun bangkit. Tatapanya masih tertuju pada Gora yang telah nampak berbeda. Garis Kuning tanda Kutukan 'POA' saat ini telah menyelimuti sebagian wajah kirinya.

Disisi lain, Sando berdiri tertegun tak berdaya. Semua itu terjadi ketika Sun menggunakan kekuatanya menyerang Kando. meski seranganya berhasil tertangkis, Namun setidaknya ia berhasil membuka Jubah penutup Kepala Kando, Sehingga meraka dapat melihat jelas wajah di balik Jubah yang berjubah kuning itu.

"Tidak. Ini tidak mungkin".

Seketika Sando Jatuh bertekuk Lutut. seluruh tubuhnya pun mulai gemetar.

"Tidak mungkin!".

"Sun dan Sando ya!

Hmmm, Ternyata mereka berhasil selamat dari Tragedi itu!".-Batin Nebot yang tengah Menatap Sun.

"Sepertinya yang mengenakan Jubah Itu adalah Sando!

Gawat!

Apa Kando menyadarinya?

Hmm, Sepertinya Tidak.

Baiklah kalau begitu aku harus membawanya pergi.

Ayo kita Mundur!".-Titah Gora pada Kando.

"Ratojeng. Tunggu saja pembalasanku!".-Batin Kando yang tengah menatap tajam Ratojeng.

"Nebot, Bute, Kita Juga mundur!".-Titah Babon.

"Baik!".

"Tidak semudah itu!".

Niat Sun untuk mencekal terhalangi, ketika Ratojeng memerintahkannya untuk berhenti, "Sun. Biarkan mereka Pergi!

Paman Sando terluka!".

Sun Pun menoleh kearah Sando yang tengah merangkak dengan Nafas terengah-engah, kemudian dengan cepat Ia dan Ratojeng berlari menghampirinya.

***

"Semua prajurit Babon telah mundur!

Hmm. Apa yang terjadi?".-Ujar Sampoana yang tengah mengernyitkan dahi nya.

"Entahlah!

Sepertinya Babon telah dikalahkan!".-Jawab Jeko.

Kemudian Ratojeng hadir di tengah mereka seraya bertitah.

"Bibi, Saat ini Paman Sando sedang terluka. Pergilah, periksa keadaanya!

Pande, Ebong. Kalian berdua pergilah, tarik semua Pasukan!".

"Baik!".

"Jeko, Kau ikut denganku!

Ada sesuatu yang harus kita pastikan!".

"Baik!".

Saat pertarungan berlangsung, Ratojeng telah menyadari kehadiran Dwi murti yang sedang berdiri mengamati di balik pepohonan.

"Sebenarnya, Apa yang mereka rencanakan".

Ratojeng pun diam-diam menuju ke tempat Dwi murti berada. Tanpa takut sedikitpun, Rotojeng menghampirinya.

"Hmm. Dwi Murti!

Apa yang telah kau lakukan disini?".-Ucap Ratojeng seraya menghunuskan Pedang.

Dwi Murti dan Kolo pun terkejut.

"Gawat!".-Batin Kolo. Seketika ia berdiri di hadapan Dwi murti Seraya Menghunuskan Pedangnya.

"Panglima Kolo!

Hmm, Sepertinya Kalian berdua sedang merencanakan sesuatu!".-Ucap Ratojeng kemudian berlari seraya menebaskan Pedangnya.

Alih-alih, Pawata tiba-tiba hadir di hadapan Ratojeng dan menangkis tebasan pedangnya.

Berdentam.

"Berhenti!".-Ucap Pawata dengan tandas.

"Pawata!".-Batin Jeko yang tengah terkejut.

Kemudian Pawata mendorong pedangnya dengan Kekuatannya, sehingga Ratojeng termundur dan kembali berdiri di tempat semula.

"Siapa Kalian?".

Pawata pun kemudian membuka jubah penutup kepalanya, Sehingga Ratojeng terkejut melihatnya.

"Pawata?".

"Ya!".

"Hmm. Katakan, apa tujuanmu?

Pastikan Posisimu!

Apa kau ada di pihak ku?".

"Ya. Jeko Mohon Jelaskan padanya!".

"Baik!

Ya kak, benar!

Pawata ada dipihak kita!

Dalam perang ini Pawata telah Beraliansi dengan Kak Sun dan Paman Sando".

"Hmm. Bagitu ya!

Baiklah. Apakah kau yang akan menyelasikan masalah ini, Pawata?".

"Tidak. Saat ini Dwi Murti juga telah dipihak kita!".

"Hah?

Apa maksudmu?".

"Soalnya begitu Pelik. Biar nanti ku Jelaskan padamu!

Oh iya. Dimana Sun dan Sando?

Bisakah kalian membawaku pada mereka?".

Seketika Ratojeng terdiam. Saat ini ia benar-benar tak sepenuhnya percaya pada ucapan Pawata.

Semua tergambar dari sikapnya.

"Percayalah padaku Ratojeng!".-Tandas Pawata.

"Hmm. Baiklah!

Ikuti Aku!".

***

Bercucur peluh, seraya menatap Pedang Guma yang terikat di pinggang Sun.

"Sando. Apa kau baik-baik saja?".

Berlari dengan penuh rasa khawatir, Sampoana pun akhirnya tiba di tempat Sando.

"Apa yang terjadi denganmu?".-Ucapnya seraya bertekuk Lutut.

"Apa kau terluka?

Coba ku priksa keadaanmu!".

Sando pun menggenggam tangan Sampoana seraya berkata.

"Tenanglah!

Aku baik-baik saja!".

***

Berlari beriringan. Rata pun berada di posisi belakang, sementata Evu yang berada di depan menjadi pengalihan agar Rata dapat leluasa membidikkan anak panahnya kearah Tonggu.

Serangan Kombinasi.

Saat Evu jaraknya berdekatan dengan Tonggu ia pun Menyabetkan Pedangnya bersamaan Anak panah yang dilepaskan Rata.

Tonggu pun terkejut. " Hah, Serangan bersamaan?".

Ia pun memilih menangkis Anak panah milik Rata dengan pedangnya, karena ia menyadari bahwa anak panah milik Rata sangat beracun.

Tebasan Evu pun berhasil mengenai Perutnya.

"Yaaaaa".

"Haaa?".

Tonggu pun seketika tertegun.

"Apa yang terjadi?

Mengapa sel Penyembuhanku tak berfungsi?". Kemudian Jatuh bertekuk lutur seraya memuntahkan Darah.

"Tonggu!".

Dengan cepat Kempi berlari menghampirinya, kemudian menendang Evu tepat di dada, sehingga Evu terpelanting tepat di hadapan Rata.

Saat Evu bangkit. Kempi benar-benar terkejut melihat pedang yang berada digenggaman Evu.

"Hah? Guma?

Siapa sebenarnya mereka?".

"Apa kau pikir kau takkan terluka terkena pedangku?

Hmmm. Tak peduli seberapa banyak Sel penyembuhanmu!".-Ucap Evu seraya bangkit.

Tonggu pun kemudian menjerit.

"bertahanlah!

Ayo kita Mundur!".-Titah Kempi.

***

Saat tiba di tempat Sando, Pawata benar-benar terkejut melihat keadaan Sando.

"Sando, Apa yang terjadi denganmu?

Apa kau terluka?".

"Hmmm. Aku baik-baik saja!".-Jawab Sando seraya menatap tajam Dwi Murti.

"Dwi Murti dan Kolo?".

Seketika Momi dan Ebong melangkah kearah Dwi Murti.

Begitupun dengan Sun, Ia benar-benar terkejut melihat Pawata bergabung bersama Dwi murti.

"Apa yang sudah terjadi?".-Batin Sun.

Melihat Sikap Momi dan Ebong, Dwi Murti dan Kolo Pun juga meghunuskan Pedangnya.

"Dwi Murti, Kolo, Tenanglah!

Masukan kembali pedang kalian!".-Titah Pawata.

Seketika langkah Ebong dan Momi pun terhenti. Kemudian Sun melangkah menghampiri Pawata.

"Pawata. Jelaskan padaku, Apa maksud semua ini?".

"Saat ini Dwi Murti ada di pihak kita!

Saat ini aku meminta pendapat kalian tentang Suatu hal!".-Terang Pawata.

Sejenak Sun terdiam. kemudian mengernyitkan dahinya sembari menatap tajam Dwi Murti.

"Hmm. Apa kau sedang bergurau Pawata?

Mana mungkin Wanita sejahat dia seketika bisa berubah!

Aku pun tahu bahwa saat ini VONGGI menjadi bagian dari Aliansi perang ini".

"Ya. Aku juga tahu itu. Namun ternyata tak demikian".

Seketika Dwi Murti Melangkah menghampiri Sun, seraya berkata.

"Benar. Sebelum Babon menyerang, ia menemuiku untuk menawarkan untuk beraliansi, namun ketahuilah, aku menolaknya!

Aku tahu, kaliam takkan percaya!".

Kemudian Dwi Murti pun menundukan Kepalanya seraya bertekuk lutut di hadapan Sun.

"Atas nama Kerajaan VONGGI aku meminta maaf sebesar-besarnya kepada kalian!

Aku tahu kata maaf takkan cukup untuk membuat kalian percaya, Namun kali ini izinkan aku untuk bertamggung jawab atas semua yang sudah ku hancurkan!".

Tiba-tiba Regita dan Saba datang, kemudian disusul Evu dan Rata.

Sementara Sun, Ratojeng, Sando dan Sampoana hanya terdiam.

Sambung Pawata.

"Dwi Murti angkat kepalamu!

Oh iya. Mulai saat ini kami semua akan kembali ke kerajaan!

Jika TAIPA MADIKA berkenan, pintu kerajaan VONGGI selalu terbuka untuk kalian!".