Chapter 39 - 39 Misteri

-Kediaman Kamarathy-

"Lambat laun mereka akan menemukan kita!

Sebaiknya kita mencari suaka pada Kelompok lain!

Bagaimana menurutmu?".-Ucap Nuna seraya bangkit dari kursi Sisi kiri Jendela.

Kamarathy pun hanya membisu, Seraya menatap sebuah Kotak yang berada di atas meja. Kemudian bangkit dari tempat duduknya kembali menatap bunga yang sedang merona di taman kecilnya.

"Benar kata Nuna. Jika Sel ini sampai jatuh pada tangan orang yang salah, bisa berbahaya".

Lanjut Nuna berkata. "Menurutku, saat ini hanya kelompok KUNEON lah yang tepat untuk kita mencari suaka!".

"Ya. Benar katamu. Aku setuju!

Baiklah. Sekarang berkemaslah!

Bawa semua barang yang kita butuhkan!".

"Ya!".

***

Seketika Laos bertekuk lutut. Sedikit Nanar ketika Ia menatap kedua telapak tangannya.

"Sepertinya aku terlalu banyak menggunakan kekuatan ini!".

Bangkit dengan sisa tenaga.

Laos pun memutuskan kembali ke Pos Komando Medis yang berada di barisan belakang.

***

Seketika Ru'u dan Bu'u memperlambat langkahnya ketika melihat Sosok Jeko yang tengah berdiri menautkan kedua tangannya di dada.

"Inilah Kesempatan nya!".

Seketia Bu'u dan Ru'u terkejut kala melihat sosok Sampoana yang tengah melangkah ke arah Jeko.

"Bibi?". Bu'u pun seketika menghentikan langkahnya.

Sementara Ru'u menghunuskan pedangnya seraya berlari ke arah Jeko dari sisi kiri belakang.

Dengan penuh kekuatan, Ia mengayunkan pedangnya kearah leher Jeko.

Berdentam.

Ru'u pun terkejut melihat Ebong yang tiba-tiba hadir menangkis pedangnya.

Dengan tangkas Ebong bergerak kemudian menendang Ru'u tepat di dada, sehingga Ru'u terpelanting kembali kearah Bu'u.

Jeko pun tertegun kemudian menoleh dengan Raut kebingungan. Hanya Sosok Ebong yang ada di hadapanya berdiri membelakanginya.

"Ebong?

Apa yang kau lakukan?".

"Hmm. berhati-hatilah!

Mereka berdua berniat menghabisimu!".

Jeko pun melangkah seraya menatap Ru'u dan Bu'u.

"Menghabisi ku?

Apa maksudmu?".

Tak terduga. Tiba-tiba Jeko menebaskan pedangnya dan mengenai lengan kanan Ebong.

Kemudian menendangnya tepat disisi perut kanannya sehingga Ebong terpelanting.

Menyeruak, Bu'u dan Ru'u pun menatap Ebong.

"Apa maksudnya?

Apakah Ia telah berpihak pada Ratojeng?".-Batin Bu'u yang tengah bertaut tangan di dada.

"Sialan! Apa yang Ia rencanakan?

Mengapa dia menghalangiku?".-Batin Ru'u.

Ru'u pun bangkit kemudian berdiri tepat disisi Bu'u.

"Ebong!".

Seketika luka pada lengannya  tertutup. Ebong pun kembali berdiri dan mengeratkan Genggaman pedangnya.

"Hmm. Rupanya kau juga telah memiliki Sel penyembuh, ya?".

"Jeko. ku mohon dengarkan Aku!".

"Hmm. Aku tak sudi. Apalagi pengkhianat sepertimu!

Tak perlu bersandiwara. Aku sudah tahu niat kalian!

Benar-benar biadab!".

Kemudian Jeko berlari kearah Ebong seraya meyabetkan pedangnya.

"Sial!".

Saat ini Ebong hanya berusaha menangkis serangan demi serangan yang di berikan Jeko.

Berdentam.

"Jeko. Percayalah Padaku!

Saat ini aku telah berada di pihak Kakak Ratojeng!".

"Omong kosong!

kalian semua lupa diri, bahkan tega menghabisi nyawa Orang yang telah merawat kalian!

Kalian bertiga memang lebih pantas mati di tempat ini!".

Jeko pun menebaskan pedangnya dengan penuh kekuatan, sehingga Ebong terhepas ketika  menangkisnya.

Ru'u dan Bu'u pun memanfaatkan kesempatan itu, kemudian berlari kerah Jeko seraya menggengam pedang.

Di tengah langkah tiba-tiba Pande hadir menghalangi mereka dengan meninju Wajah Ru'u dan Bu'u dengan penuh kekuatan.

Mereka pun terpelanting Jauh.

"Apakah paman Jeko baik-baik saja?".

"Ya!

Berhati-hatilah!

Mereka bertiga sudah membelot!".

"Ya. Aku sudah tahu!".

Kemudian pande menatap Ebong yang tengah bertekuk lutut.

"Apakah Paman Ebong baik-baik saja?".-Ucapnya seraya melangkah kearah Ebong.

"Ya!".

Jeko pun mecekal langkanya dengan menggenggam tangannya.

"Jangan dekati dia, Pande!".

"Hmm. Paman Ebong saat ini sudah berada di pihak kita!

Ia telah bertemu ayah dan bersumpah!".

"Hah?".

Jeko pun terkejut kemudian kembali menatap Ebong.

Perlahan genggamannya melemah.

"Hmmm".-Gumam Sampoana yang sedang melangkah.

"Apakah Nenek baik-baik saja?".

"Ya. Bagaimana Kondisi ayahmu?

Apakah Ia baik-baik saja?".

"Ya. Gora dan anak buahnya juga telah hadir. Ia bersama Salah seorang ilmuanya dan membawa Dua manusia buatan.

Saat ini Tiga mesin pembunuh Kakek Sando sedang melawannya".

"Hmm. Bagitu ya!".

"Baiknya secepatnya kita selesai masalah ini!".-Sambung Jeko sembari menatap Ru'u dan Bu'u.

"Hmm. Rupanya mereka sudah tahu rencana kami!

Sialan kau Ebong!".

"Ru'u Ayo kita pergi!".

"Biarkan mereka Pergi!".-Ucap Sampoana seraya mencekal Jeko.

***

Di sebuah jalan, berlari di antara semak seraya memimpin Lima anggota. Saat di tengah jalan, Kempi berpapasan dengan Tonggu yang juga sedang membawa Lima orang Anggota.

Langkah pun terhenti kemudian Tonggu berkata.

"Apa kalian sudah menemukan Sel milik Bobo?".

"Kami tak menemukannya!

Aku yakin, saat ini ia sedang berada di medan perang.

Hmmm. Apa kalian juga di tugaskan untuk itu?".

"Ya!"

"Hmmm. Baiklah!

Ayo kita pergi mencarinya!".

"Tunggu!".

Langkah Kempi pun seketika terhenti, kemudian menoleh ke arah Tonggu dengan dahi yang telah berkerut.

"Hmm. Ada apa?".

"Saat ini semua titik jalan masuk sedang di jaga Pasukan Kelompok KUNEON. dan sepertinya kita tak punya akses lagi!".

"Hmm. Begitu ya!

Baiklah. Ikuti aku!".-Titah Kempi.

***

Bertekuk lutut seraya menatap sebuah Jasad yang terkapar.

"Sepertinya sebagian mereka telah masuk ke medan perang!

Rata, Evu. Kalian tetap disini!

Aku akan mengejar mereka".-Titah Saba.

"Baik!

Berhati-hatilah!".

"Ya.

Toeng. Jombe, Kalian berdua ikuti aku!".

"Baik!".

***

Di antara Pohon perkasa, berlari seraya membatin.

Saat ini kebimbangan benar-benar telah merayapi dadanya, kala menatap sebuah jasad kloning buatan Kando yang benar-benar mirip dengan Wajah ayahnya.

Bobo pun menatap paksi seraya berkata.

"Paksi. Berikan padaku Sel sampel yang telah kalian ambil dari Kloning tadi!

Biar aku yang akan mengujinya!".

"Baik!".-Ucap Paksi seraya menyodorkan kemasan Kain putih pada Bobo.

***

Mengenggam pedang. Dengan cepat, GA dan RA berlari kearah TO dan LU.

Berdentam. Ketika pedang mereka saling bertemu.

"TO-LU!

Jika dibandingkan dengan TA mereka tak ada artinya".-Batin Kando yang tengah berdiri menautkan kedua tangannya di dada.

Berhadap-hadapan saling mendorong pedang dengan penuh kekuatan. Dengan tangkas TA berlari dari sisi kiri LU seraya  mengayunkan pedangnya".

Hal yang tak terduga pun terjadi. Tanpa menoleh LU mengangkat tangan Kirinya ke arah TA, seketika Kuku-kuku pada jarinya memanjang kemudian menembus Tubuh TA.

Sando pun terkejut.

Ia benar-benar tak menyangka bahwa Manusia buatan Kando juga memiliki Kekuatan Kutukan KUSE yang telah di Ekstrak.

Seketika tanda yang menyelimuti Tubuh TA menyusut.

LU pun menendang Dada RA sehingga terpelanting jauh.

Kemudian LU berbalik dengan menebaskan pedangnya pada Leher TA yang telah bertekuk lutut.

***

Berlari di antara semak belukar seraya mendekap kemasan kain berwarna hitam yang berisi sebuah Kotak.

"Apa kau yakin mereka akan menerima kita?".

"Hmm. Kita coba saja dulu!

Aku pun yakin jika Pawata mendengar keterangan kita, pasti ia akan menerima".

"Bagaimana jika mereka tak memberi kita kesempatan untuk menerangkan?".

Nuna pun menatap Kamarathy seraya tersenyum.

"Hmm. kau tenanglah!

Itu takkan mungkin terjadi!

Aku benar-benar tahu jika Pawata adalah Orang yang sangat bijaksana!

Lagi pula dalam hal ini mereka mendapat keuntungan, bukan?"

"Hmm..baiklah!

Ku percayakan padamu!".

***

"Ojo lah yang melukainya!".

"Apa?".

Regita pun tertegun. Kemudian ia menatap wajah Pawata seraya berkata.

"Bagaimana bisa?".

"Hmmm. Saat ini Ojo telah berkhianat pada Dwi Murti!".

Aku yakin ia akan meminta suaka Pada Kelompok KALIKIT!".

Sejenak Pawata terdiam.

Kemudian lanjut berkata.

"Saat ini Kelompok KALIKIT benar-benar menjadi ancaman bagi kita!".

"Hmm. Kau tak perlu khawatir!

Selama mereka tak berhasil menangkap Ribusah dan Ribuyah, mereka akan bisa kita kalahkan!".

Pawata pun tertegun seraya menatap Regita yang sedang beradi di sisi kanannya.

"Hmm. Apakah sebaiknya Ku beritahu padanya?

Sepertinya waktunya belum tepat!".

"Kita hampir sampai. Pakailah penutup Kepalamu!".-Tatah Pawata.

"Baik!".