Chereads / Pangeran Kecil dan seekor Kunang-kunang / Chapter 35 - 35 Sel Penghancur

Chapter 35 - 35 Sel Penghancur

Terkapar berlumur darah.

Saat ini, Keempat anak buah Paksi telah dikalahkan.

Menyeruak, berdiri dengan nafas terengah-engah. Paksi menatap luka yang ada di lengan kirinya yang sedikit menganga.

"Hmm. Sel penyembuh milikku telah melemah.

Mereka benar-benar kuat.

Aku harus berhati-hati!".

Berdiri Sigap.

Tiga Mesin Pembunuh milik Kando pun kembali menyerangnya secara bersamaan.

Kali ini berbeda. Mereka melakukan serangan Kombinasi dengan sebuah gerakan menyilang dengan begitu sangat Cepat.

"Gerakan mereka sangat Cepat!

Baiklah!

Yaaaaaaaaaa!".-Teriaknya seraya mangkis.

Berdentam. Meski ia dapat menangkis satu pedang, namun dua pedang lainya berhasil menembus perutnya secara bersamaan.

"Ahhhhh!".

Paksi pun menggenggam salah satu mata pedang itu, kemudian menebaskan Pedangnya ke salah seorang mesin Pembunuh milik Kando.

"Sial!".-Ujarnya seraya mencabut pedang dari tubuhnya.

Bersimbah Darah. Menjerit dan mencoba menutup bekas tusukan itu dengan kedua Telapak tangannya.

Tersenyum, berdiri menautkan kedua tangan di dada. Gora benar-benar takjub melihat serangan kombinasi itu.

"Tiga Mesin pembunuhmu benar-benar Hebat!

Bayangkan saja jika kita berhasil membuat Seratus Orang.

Pasti kita akan menguasai Seluruh Dataran ini!".

"Hmm.

Lalat terakhir sudah tumbang!

Baiklah, Ayo menuju medan Perang!".-Ucap Kando.

"Ya!".

Bertekuk lutut sembari memuntahkan darah.

"Awww. Sial!".

Menatap nanar, Paksi pun jatuh terkapar dan sadarkan diri.

***

Kecepatan Sun benar-benar tak dapat mereka imbangi.

Saat ini berlari kearah Bute dan menendangnya tepat di perutnya. Tak berhenti, Sun kembali berbalik kemudian meninju Nebot di pipih kanannya.

Terpelanting jauh kemudian jatuh terkapar.

"Awww. Sial!".

Mereka pun bangkit sembari memuntahkan Darah.

"Sial!

Gerakannya benar-benar Cepat!".-Batin Nebot.

"Siapa dia sebenarnya?".-Batin Bute.

Menyeruak. Dengan tenang Sun melangkah kearah Babon yang sedang berdiri mematung itu. Terlihat jelas ketakutan pada raut wajahnya.

Saat di tengah langkahnya tiba-tiba Gora datang dan langsung meninju Sun tepat di wajah kirinya, sehingga membuat Sun terpelanting jauh.

"Gora?".

Gora pun tersenyum angkuh menatap wajah Babon yang sudah babak belur dibuat Sun.

"Hmm. Sepertinya kalian bertiga telah dipecundangi lelaki itu ya!".

Kemudian Gora menatap Tiga Mesin pembunuh milik Sando yang sedang berdiri kukuh  mengenakan Jubah Hitam itu.

"Siapa mereka?

Apakah mereka Anggota KUNEON?"

Kando pun tiba dan berdiri tepat di sisi kiri Gora.

"Hmm. Kau sedikit terlambat Kando!".

Gora pun menatapnya dengan bertanya-tanya. Pasalnya saat ini Kando datang hanya membawa Dua orang mesin pembunuhnya.

"Oh iya. Dimana satu lagi Mesin Pembunuhmu?".

"Saat diperjalan ia tiba-tiba ia tewas!".

"Apa yang terjadi?".

"Sepertinya 'Lalat' terakhir yang mereka lawan tadi telah menyadari bahwa, Tiga mesin pembunuhku adalah Manusia buatan!

Ada sebuah bekas sabetan me memar di lengannya yang temukan!

Sepertinya ia telah tertutar Sel Penghancur!".

"Sel penghancur?".

"Ya. Sel penghancur merupakan Mikro Organisme yang telah melalui tahapan ekstraksi. Sebuah parasit yang sangat mematikan!

Aku curiga, saat pertarungan tadi lelaki itu menanamkan sebuah Sel Penghancur ke dalam tubuhnya melalui ujung pedangnya!".-Terang Kando.

"Hmm. Seperti itu ya!".

Kondo pun tertegun seraya membatin.

"Siapakah Sosok ilmuan yang telah membuat itu

Hmm. Ia pasti ilmuan yang benar-benar Hebat!

Aku jadi penasaran!".

Bangkit kemudiam melangkah dengan tenang. Saat ini tatapan Sun terus tertuju pada Gora.

"Tidak salah lagi, ia adalah Gora!

Hmm. Akhirnya kau datang juga!".-Batinnya.

***

Bertekuk lutut seraya memeriksa kondisi Paksi dan Empat Anggotanya.

"Sepertinya ini adalah Ulah Gora!".

"Kento. Mereka semua masih hidup!

Tolong kau Obati Bongo dan Njulu!

Biar aku yang mengobati Paksi, Katta dan Jou!".-Titah Bobo.

"Baik!".

***

Bertekuk lutut, menatap nanar sembari memegang luka di perutnya.

Saat ini Dwi Murti tengah kehabisan darah akibat terkena beberapa sabetan pedang Ribuyah.

"Sial! Aku tak menyangka Ojo akan menghkianatiku!"

Menyeruak, berdiri kukuh seraya menggenggam pedang dengan begitu erat.

Kolo benar-benar terkejut seketika menatap Tanda kutukan yang sudah menyebar di kedua lengan Ribuyah.

"Gawat!".

Ribuyah pun berlari dengan sangat cepat kearah Dwi Murti.

Saat ia menebaskan pedangnya, dengan Sigap Kolo berlari melindungi Dwi Murti, sehingga tebasan pedang itu mengenai Punggungnya.

"Awwww!".-Jeritnya.

Saat ini mereka benar-benar telah terluka Parah. Begitu pun dengan Ojo. Ia hanya bisa bertekuk lutut seraya memegang luka tebasan pedang pada Bahu dan lengan Kanannya.

"Ribuyah!

Bunuh mereka!".-Titah Ojo.

Seketika Ribuyah kembali berlari kearah Dwi Murti dan Kolo dengan sangat Cepat.

Saat kan menebaskan Pedangnya, Pawata pun muncul mengahlanginya dan menangkis pedang milik Ribuyah.

Berdendatam. Dalam keadaan beradu kekuatan, dengan Cepat Saba bergerak memanfaatkan kesempatan itu dengan melayangkan sebuah Pukulan ke wajah Kiri Ribuyah.

Ribuyah pun terpelanting karena menahan pukulan itu dengan tangan kirinya.

"Gerakannya Sangat Cepat!".-Batin Saba yang melihat Ribuyah menangkis pukulannya.

"Pawata!".

Ojo benar-benar terkejut melihat kehadiran mereka. Ia pun memutuskan melarikan diri.

"Ribuyah. Ayo pergi!".-Titah Ojo.

"Hmm. Ojo ya!".

Pawata pun menoleh ke arah Dwi Murti yang tengah terbaring lemah itu.

"Hmm. Sepertinya kau sedang terluka parah ya!".

Tanpa kata, tiba-tiba Kolo berdiri seraya menggenggam pedangnya.

Saat menoleh, Ia terkejut melihat Rata yang Sudah Siap menarik Busur Panahnya yang mengarah ke wajahnya.

Begitu pun di sisi kirinya, Evu sudah menaruh ujung pedangnya di Perut sisi kirinya, membuatnya hanya bisa mematung..

"Hmm. Kalian semua tenanglah!".-Titah Pawata.

Pawata pun menyarungkan pedangnya kemudian melangkah kearah Dwi Murti seraya berkata.

"Kolo jelaskan padaku. Siapa lelaki yang bertopeng tadi?"

Tak ada kata, Kolo pun menundukan kepalanya dan menurunkan pedangnya.

"Ia benar-benar terluka Parah dan banyak kehilangan darah!".

"Kolo. Kulihat ada sebuah tanda kutukan di kedua lengannya!

Apakah dia adalah Ribuyah?".-Ucap Pawata seraya menoleh menatap Wajah Kolo.

Mereka pun terkejut.

"Ribuyah?".-Ucap Saba, Rata, Evu serentak.

"Ya. Benar!

Dia adalah Ribuyah!".-Sahut Tandas Kolo.

"Ribuyah!

Bukankah ia adalah kakak Ribusah?".-Batin Saba.

Lanjut Pawata.

"Apa yang sudah terjadi padanya?

Sepertinya Ojo telah menguasai kesadaranya Sepenuhnya!".

"Aku.....

Tiba-tiba Regita datang sehinga percakapan mereka terputus.

"Dwi Murti?".

Regita terkejut melihat Dwi murti yang sedang terbaring lemah itu.

"Apa yang sudah terjadi pada Kalian?".

"Hmm. Aku tak tahu!

Saat ini Kondisinya sangat Kritis. Cepat kau Obati dia. Suntikan Sel penyembuhan padanya!".-Titah Pawata.

"Baik!".

Pawata pun bangkit kemudian melangkah kearah Kolo yang sedang mematung sesal itu.

Ia pun terkejut melihat luka menganga yang ada di sekujur tubuh Kolo.

"Hmm. Ternyata kau juga terluka parah ya!

Duduklah!

Biar ku obati lukamu!

Hmm. Sepertinya Sel penyembuhan mu sudah melemah!".

Sahut Kolo dengan Gumaman.

"Hmmm".

***

Berdiri Kukuh. Gora pun membuka jubah pada penutup kepalanya.

"Gora!".

Sando meradang saat melihat wajah Gora.

"Ratojeng. Ayo kita bantu Sun bertarung!".

"Baik!".

Saat Ratojeng dan Sando bergabung dengan Sun dan Tiga Mesin Pembunuhnya.

Mereka pun terkejut serentak melihat kondisinya yang sudah kembali bugar itu.

Tak hanya itu, semua luka yang ada di sekujur tubuhnya pun sudah kembali tertutup.

"Apa yang terjadi dengannya?

Padahal sel Penyembuh miliknya sudah melemah!".-Batin Babon.

Babon pun menatap tajam Sondo yang sedang berdiri menautkan tangannya di dada.

"Sepertinya lelaki yang berjubah itu adalah seorang ahli pengobatan!

Hmmm. Siapa dia sebenarnya?".

Kebencian pun menyelimuti kedua matanya ketika melihat kehadiran Ratojeng.

"Ratojeng.

Bersiaplah. Akan ku bunuh kau!".-Batin Kando.