Melesit Laju, kombinasi Serangan Ru'u dan Bu'u benar-benar sangat mematikan. Hanya dengan sekejap, sepuluh Prajurit BAKA seketika tumbang meregang nyawa.
-
Di tempat yang berbeda, Jeko berhasil mengalahkan Jeprus.
Tebasan pedangnya mengenai perut sisi kirinya sehingga Jeprus bertekuk lutut.
Berlumur darah, menjerit sambil memegang luka bekas sabetan itu.
Melangkah, Pedang erat digenggam dengan satu kepastian.
"Matilah pecundang!".-Tegasnya seraya mengayunkan pedang ke arah leher Jeprus.
Saat kan mengenainya, tiba-tiba Laos datang menangkisnya.
Berdentam, kemudian Laos menendangnya tepat di Dada.
Jeko pun kembali terpelanting jauh.
"Laos?".-Ucap Jeprus yang sedang meringkuk kesakitan.
"Apa kau baik-baik saja?".
Balas Jeprus dengan gumaman.
"Hmm".
Jeko pun bangkit seraya menatap Laos.
"Sial! Siapa dia?".-Ucapnya seraya mengusap darah yang mengalir melewati dagunya.
Menyeruak. Menatap Dua Prajurit BAKA datang membawa pergi Jeprus.
"Sial!".
Berdiri kukuh, menatap dari dua arah.
Laos pun berlari kearah Jeko seraya menghunuskan pedangnya.
Sebuah serangan pun diberikan.
Merunduk. Dengan santai Jeko menghindari tebasan itu.
Jeko pun memanfaatkan Celah itu dengan balik menyerangnya dan tebasan pedangnya berhasil mengenai lengan kanan Laos.
"NAVELA!
Hah?".
Seketika Jeko terkejut melihat Bekas sabetan itu kembali tertutup dengan sangat cepat.
"Sial!
Sel penyembuhannya begitu Cepat bekerja, melebihi kemampuan milik Kakak Ratojeng.
Sial!
Hmm. Sepertinya dia Manusia Ciptaan Gora!".
Seketika jubah Penutup kepala milik Laos terbuka.
Begitu terlihat jelas sebuah simbol berwarna kuning yang ada di dahi kirinya mengeluarkan Cahaya.
Dengan begitu cepat Laos berlari kehadapan Jeko kemudian kembali menyerangnya.
Terkejut seraya membatin.
"Sial! Gerakannya begitu Cepat!".
Meski berhasil menepis Sabetan pedang itu, namun Jeko kembali terhempas karena kekuatan yang dikeluarkan Laos begitu besar.
Tak memberi kesempatan Jeko bangkit. Laos kembali berlari kemudian memukul wajahnya berkali-kali.
"Rasakan!".
Pukulan terakhir yang di berikan mengenai wajah kanannya sehingga Jeko terpelanting kemudian terkapar lemah.
Perlahan darah dari mulutnya megalir. Jeko pun berupaya bangkit.
"Sial! Orang ini benar-benar kuat!
Selain kecepatannya tak bisa ku imbangi, dia juga mempunyai Sel Penyembuh yang sangat Cepat".
Jeritan Ratojeng pun terdengar, memaksa Jeko menoleh kearahnya.
"Sial!
Sudah ku duga.
Mereka akan melakukannya pada Kakak Ratojeng!".
Bertekuk Lutut kemudian memuntahkan dara.
Ratojeng menatap bekas sabetan di lengan kirinya yang tertutup semakin lamban.
"Sel Penyembuhnya sudah mulai melemah. Dan aku sudah banyak kehabisan tenaga.
Jika terus melawan mereka bertiga, aku bisa kalah.
Aku harus berhati-hati".-Batin Ratojeng.
Tersenyum angkuh, Nebot pun melangkah kearah Ratojeng.
"Ratojeng. Sudah ku katakan padamu, bukan?
Kau benar-benar tak pantas memimpin TAIPA MADIKA!".
Ratojeng pun bangkit seraya menyahuti Ucapan itu.
"Ya. Aku masih mengingatnya!
Lebih baik Gagal dari pada menjadi Pengkhianat!
Bukankah begitu yang kau katakan, Nebot?".
"Aku tak peduli itu!
Bersiaplah!
Sebentar lagi kau akan menyusul Sando dan Adik tercintamu itu!".
"Hmm. Ternyata dibalik jatuhnya kereta itu adalah Rencana kalian ya!".
Nebot pun tertawa terbahak-bahak kemudian berkata.
"Hmm. Apa kau sedang menuduhku?".
"Biadab kalian!".
Amarahnya semakin tersulut. Seketika Ratojeng berlari kemudian menebaskan pedangnya kearah Nebot.
"Hmm!".
Dengan mudah Nebot menangkis serangan itu dengan pedangnya.
Beradu kekuatan pedang, Babon pun memanfaatkan celah itu dan kembali menendang Ratojeng tepat di perut sisi kirinya sehingga Ratojeng kembali terpelanting.
Bertekuk lutut seraya memuntahkan Darah.
"Sial!
Sepertinya beberapa tulang Rusuk ku telah patah!".
Babon tersenyum kemudian melangkah medekatinya.
"Apa kau sudah menyerah?".
Ratojeng pun menjerit seraya memegang perutnya.
Ia berusaha bangkit dengan Kekuatan yang tersisa.
"Hmm".
Babon kembali menendangnya tepat di bahu kanannya.
"Sial!".
Terbaring lemah seraya menjerit kesakitan.
"Ratojeng!
Kau sungguh menyedihkan!".
Babon pun melangkah kemudian menginjak dadanya dengan sangat kuat, sehingga membuat Ratojeng berteriak kesakitan.
"Hmm. Katakanlah!
Apakah kau sudah menyerah?".
Ratojeng berusaha menyingkirkan Kaki itu, Namun tak ada daya.
Saat ini ia benar-benar sudah kehabisan Tenaga.
"Masih melawan ya?".
Babon pun menusukkan pedangnya pada perut kanan Ratojeng.
"Ahhhhhhh".-Jeritnya dengan sangat lantang.
"Hmmm. Katakanlah!
Apa kau Sudah menyerah?".-Ucap angkuh Babon.
Tak ada kata. Lagi, Babon kembali menusukkan pedangnya.
Tiba-tiba sebuah pulukan keras mendarat tepat di wajah kirinya sehingga membuat Babon terpelanting sangat jauh dari hadapan Ratojeng.
Mengenakan Jubah Hitam, berdiri kukuh tepat di hadapan Ratojeng.
Serentak mereka terkejut melihat kehadiran Lima Sosok yang baru saja hadir itu.
Membatin serentak seraya menerka.
"Siapa mereka?".
Tatapan Nebot dan Bute terus tertuju pada Tiga Sosok Mesin Pembunuh buatan Sando.
"Jubah Hitam dan mengenakan Topeng. Apakah mereka anggota KUNEON?".-Batin Bute.
Bute pun berkata.
"Nebot berhati-hatilah!
Sepertinya mereka anggota Kelompok KUNEON!".
Sun pun menatap mereka dengan begitu tajam.
"Dasar pengkhianat!".
"Sando. Pergilah!
Bawa kakak ke tempat yang aman!".-Titah Sun.
"Baik!".
***
Berlari beririgan, saat Mereka mendekati Wilayah TODONJA seketika langkah mereka terhenti melihat Dua Lelompok sedang bertarung.
"Jubah Hitam dan Kuning!
Sepertinya mereka adalah kelompok KALIKIT dan Pasukan Khusus NAHEBA milik TAIPA MADIKA".-Batin Kolo yang berdiri di balik pepohonan.
"Hmm. Jurus-jurus mereka gunakan benar-benar mamatikan.
Siapa sebenarnya mereka?".-Batin Dwi Murti.
Tatapan Dwi murti terus tertuju pada Sosok yang mengenakan Jubah hitam itu.
"Berhati-hatilah!
Sepertinya mereka adalah kelompok KALIKIT dan pasukan Khusus NAHEBA milik TAIPA MADIKA!".-Titah Kolo.
"Ya!".
Kolo pun menatap Ribuyah seraya membatin.
"Apakah kesadaran Ribuyah telah di Kuasai Ojo sepenuhnya?
Sial. Topeng itu menghalangiku untuk melihat matanya!".
***
Meniti jalan Setapak, Regita menemui Potongan Kayu yang sudah tersusun rapi di sisi kanan jalan.
"Hmm. Pasti ini kayu yang sudah Ribusah Kumpulkan.
Tapi dia kemana ya?".
Saat menoleh, Regita melihat sebuah jejak yang ia yakini bahwa itu adalah jejak Ribusah.
"Jejaknya mengarah ke sebuah pemukiman!
Apa yang ia lakukan?".
Regita pun memutuskan mengikutinya.
Melangkah secara Seksama.
Baru beberapa langkah, Riuh rendah penduduk Desa telah terdengar.
"Sepertinya aku sudah sangat dekat dengan pemukiman!".
Terus melangkah sembari menatap jejak. Regita pun tiba di sebuah persimpangan membuat langkahnya sejenak terhenti.
"Ternyata ada sebuah Pasar ya!
Hmmm. Dilihat jejaknya, Sepertinya Ribusah masuk ke dalam pasar itu".
Terus melangkah.
Langkahnya kembali terhenti, seraya membatin.
Regita benar-benar kehilangan jejak Ribusah yang sudah tergabung dengan beberapa jajek para pengunjung pasar.
"Sial. Aku kehilangan jejaknya.
Semoga saja Ribusah baik-baik saja.
Jika ia tertangkap disini bisa Gawat. Apalagi identitasnya sampai mereka ketahui!".
***
Terkepar berlumur darah. Saat ini bekas cakaran dari Laos telah memenuhi sekujur Tubuh Jeko.
"Sial! Ia benar-benar kuat!
Apakah ia merupakan salah seorang pengguna Kekuatan Kutukan?".
Jeko pun berusaha bangkit dengan tenaga yang tersisa.
Saat ini Laos telah mengalami perubahan bentuk karena akibat dari penggunaan kekuatan Kutukan yang ia miliki.
Rambut putihnya memanjang bersamaan dengan kuku tangannya.
Saat ini tanda Kutukan miliknya sudah menyelimuti leher dan wajah kirinya seutuhnya.
Gerakannya begitu cepat, Laos kembali berlari kearah Jeko hanya dengan sekejap.
Mata Jeko tak dapat mengimbanginya. Ia Terkejut melihat kehadiran Laos yang tiba-tiba sudah berada hadir di hadapannya.
Saat Laos mengayunkan tangannya, tiba-tiba sebuah pukulan mendarat tepat di wajah kanannya sehingga membuatnya terpelanting begitu jauh.
"Apakah paman baik-baik saja?".