Matahri terbit namun, jam weker tidak berbunyi itu adalah tanda jika, pagi yang cerah ini adalah pagi minggu.
Tira segera bangun dan mandi lalu, gadis kecil itu mengambil hasil Try Outnya dan segera berlari keluar kamar. Dan seperti yang kita semua ketahui. Gadis Cantik ini menuju kerumah Om kesayangannya.
"Tok, tok.. tok.." Tira mengetuk pintu rumah Angga dengan wajah yang ceria dan senang.
Namun, dirinya terlihat sangat kecewa saat orang yang membuka pintu tersebut. Adalah sosok yang sangat tidak ingin ditemuinya hari ini.
"Bisa, panggil om Angganya gak!" pinta Tira kesal.
"Sebentar," jawab orang itu lalu, perg memanggil pemuda itu.
Beberapa saat kemudian pemuda itu menghampiri Tira dengan keadaan yang setengah sadar karena pemuda itu baru saja terbangun dari tidurnya.
"Hoam.... pagi Tira," sapa pemuda itu mengantuk.
"Tebak, aku punya kejutan hari ini!" sambut gadis kecil itu dengan senyuman khasnya yang manis.
"Huh, apa.... kejutannya Tira?" pemuda itu lilung.
"Nilai Try Out ku merupakan nilai tertinggi yang satu angkatan!" tunjuk gadis kecil itu memperlihatkan nilainya.
Pemuda yang tadinya mengantuk itu langsung kembali segar begitu melihat nilai Tira yang bahkan, lebih tinggi dari saat sekolah dasar.
"Wah nilaimu tinggi sekali Tira!!" seru Angga bangga pada gadis kecilnya itu.
"Karena nilaiku tinggi bagaimana kalau hari ini, om Angga main denganku!" ajak Tira girang.
"Kemana?" tanya Angga pernasaran.
"Di rumahku!" ajak Tira.
"Hari ini mama masak enak loh..." rayu gadis kecil itu.
"Baiklah, tunggu aku akan siap-siap!" sahut Angga setuju.
"Baiklah," jawab Tira lembut.
Gadis kecil itu menunggu pemuda itu di depan rumahnya. Lalu pelayan rumah itu menawarkan Tira untuk masuk ke dalam.
"Nona kecil, apa Anda tidak ingin masuk!" aja pelayan itu.
Tira menarik nafas lalu, menatap pelayan itu sinis dan langsung menyerang pelayan itu dengan kata-kata.
"Aktingnya jago juga ya, Pak Agres!" ketus Tira.
"Kamu!" pelayan itu langsung menutup mulut Tira.
"Lepas!" tepis Tira kasar.
"Aku tahu kau tidak ada niat jahat , tapi jika kau memiliki tujuan yang berbahaya. Sebaiknya kau menjauh dari adikmu. Dia tidak akan bisa menampung hal sebesar itu!" ketus Tira kesal.
"Aku tahu, apa yang terbaik dan kamu tidak usah ikut campur," tutur pria itu pada Tira.
"Jika aku, berhenti ikut campur. Adikmu akan dalam bahaya kau tahu itukan. Masa.. kau tega satu-satunya keluargamu yang tersisah tewas di hadapanmu. Pak Agres!" balas Tira tegas.
"Kau, tolong jangan sampai..."
"Wah! Ganteng juga om Angga rupanya ya..." sela gadis itu berteriak.
Pria itu tertegun melihat Angga sudah ada di belakangnya. Dirinya bertanya-tanya dalam pikirannya apakah Angga menderngarnya atau Tidak.
Lalu dia melirik ka arah gadis kecil itu, dirinya melihat gadis kecil itu menghampiri Angga. Dengan mengacungkan ibu jari di belakang punggungnya sebagai tanda, bahwa Angga tidak mendengar mereka.
Pria itu mengangguk lalu pergi sedangkan, Angga yang tidak mengerti dengan kejadiannya di antara dua orang itu langsung mengajak Tira untuk pergi.
"Aku sudah siap, ayo kita pergi sekarang!" ajak Angga.
"Yap, let's go!!" sahut Tira bersemangat.
Pemuda dan gadis kecil itu berjalan bersama ke rumah Tira. Sebenarnya jarak rumah Angga dan Tira hanya sejauh 1 kilomater.
Akan tetapi, dua orang ini berjalan sangat lambat seakan-akan mereka berjalan di negeri OZ. Angga terus memperhatikan mata Tira yang semakin hari, semakin cantik pada setiap harinya.
"Tir," panggil Angga.
"Ya," jawab Tira lembut.
"Jika, kamu sudah dewasa dan kamu ingin memiliki suami. Kira-kira pria seperti apa yang ingin kamu nikahi?" tanya Angga.
Dengan pengalaman pernikahannya yang buruk. Seperti Angga ingin memperbaiki dirinya agar hal yang tidak terjadi pada dirinya dan Tira. Akan tetapi Angga melupakan satu hal yaitu usia, mana mungkin gadis kecil seperti Tira memiliki pemikiran seperti itu.
Mendengar pertanyaan Angga saja gadis kecil itu tertawa terbahak-bahak, hingga keluar air matanya.
"Hahahah... hahahah.... ha... hah..." Tira tertawa sangat keras.
"Tira..." tegur Angga, akan tetapi Tira terus tertawa hingga Angga menyerah dan membiarkannya.
Gadis kecil itu menarik nafas dalam-dalam dan menghentikan tawanya. Dia melirik ke arah Angga kemudian mnejawab pertanyaan itu.
"Aku ingin menikah dengan seorang yang seperti papa!" jawab Tira tersenyum.
"Ah... begitu," balas pemuda itu.
"Iya, aku akan menikah dengan seorang seperti papa," sahut Tira girang, gadis kecil itu kemudian berlari mendahului Angga.
Sebenarnya wajah gadis kecil itu tersipu malu, itu sebabnya dia menutupinya dengan berlari.
"Aku bukan hanya menikah dengan seorang seperti papa, tapi aku juga akan menikah dengan seorang sepertimu om Angga," ucap Tira dalam hatinya.
Gadis kecil itu mengingat betapa sedihnya Angga sangat kehilangan Diana. Dan bagaimana dia meminta maaf pada semuanya atas perilaku istrinya yang gila itu. Membuat Tira, merasa takjub dan berpikir jika Angga merupakan sosok yang sangat bertanggung jawab dan seorang pecinta.
Tira tidak melihat sosok itu dalam siapa pun termasuk Ayahnya sendiri. Ayahnya memang seorang baik dan setia, dia juga selalu mendoakan ibu dan dirinya. Namun, sikap dan karakter Ayahnya yang merupakan seorang pemikir. Pria paru baya itu tidak pernah menunjukkan cintanya.
Dan itulah yang membuat gadis kecil itu ingin suami masa depannya memiliki sikap seperti Ayahnya dan Om kesayangannya itu.
"Seperti papamu ya..." guman Angga.
Angga melihat gadis kecil yang berlari membuatnya semakin sadar bahwa, Tira bukan sosok yang mudah untuk dimilikinya. Bayangan gadis kevil itu bahkan tak bisa di genggam olehnya.
"Tira, aku akan memperjuangkanmu! Aku akan jadi lebih baik dari papamu. Sehingga aku bisak memiliki hati yang baik itu..." batin Angga tersenyum tipis.
Mereka berdua pun sampai di rumah Tira, Tirta dan Rani menyambut pemuda itu dengan hangat. Dan menyiapkan sarapannya untuknya.
"Angga kamu harus tahu, anak nakal ini pergi ke rumah tanpa mengatakan sepata kata pun pada mamanya!!" lapor wanita paru baya itu pada Angga.
"Lain jangan begitu ya, Tira..." tergur Angga.
"Mama pengadu, cek.. cek.. gak baik itu," seru Tira mengejek ibunya.
"Biarin aja, biar Angga ini tahu kelakuan kamu kaya apa!" sahut sang ibu tidak mau kalah.
Tirta mengeleng-gelengkan kepalanya, pria paru baya itu menatap ke arah Angga yang hanya diam melihat ke arah putrinya itu dengan tatapan lugunya yang polos.
"Selamat datang di rumahku. Dimana perempuan kecil dam besar akan saling bertengkar untuk mempertahankan prinsip mereka!" cetus pria paru baya itu.
Mendengar kata-kata dari Ayah dan suami mereka dua perempaun itu terdiam dan beralih serangan lewat lomba tatap. Dan tentu saja, sebagai ibu dari sang gadis kecil. Nyonya Rani memenangkan pertandingan.
Dan wanita paru baya itu tersenyum angkuh dan tertawa dengan puasnya.
"Sifat nakal itu berasal dariku! Kamu sudah jelas akan kalah nona muda..." cibir wanita paru baya itu.
"O hoho... aku mungkin telah tercemar oleh dara murni papa yang baik hati dan culun itu!"
"Hoi!" sela pria paru baya itu tidak terima.
"Tapi... aku akan menang melawan mama suatu hari nanti. Aku gadis kecil nakal yang sejati bwaha... hahaha.. hahaha!!" seru Tira bersamangat.
"Nakal?" sela Angga bingung sekaligus khawatir.
"Ya, sejenis bar-barlah..." sahut Tira dengan senyuman khasnya.
"Bermimpilah nak, kau tidak akan bisa sepertiku!" ketus wanita paru baya itu tidak terima.
"Ya, benar aku tidak bisa seperti mama. Karena aku hanya dapat menjadi lebih baik dari mama hahaha...." sahut Tira.
Wanita paru baya itu tersenyum lembut menatap putrinya. Dia mengusap kepala gadis kecil itu dan mengatakan.
"Itu sudah pasti!" ucap wanita paru baya itu dengan senyum angkuhnya.
"Putriku adalah yang terindah yang bisa dimiliki oleh sesorang dan hanya pria terhormat yang bisa memilikimu selain kamu berdua...." tutur wanita paru baya itu angkuh.
"Tentu saja! Aku hanya akan menikah dengan pria terhormat, karena aku istimewa!" jawab Tira membalas ibunya dengan tersenyum angkuh.
Mendengar jawaban Tira, Angga merasa seperti kehilangan semangat. Jiwanya seperti mati setelah bangkit kembali. Dan Matinya oleh sosok yang sama, yang telah membangkitkannya itu.
"Orang terhormat," ucap Angga datar.
"Ya, orang terhormat itu bukan tentang Harta, Tahtha atau yang semacam itu bukan. Terhormat itu tentang perilaku dan sikap, bagaimana cara dia bangkit ketika gagal. Bagaimana cara dia mengejar ketika tertinggal. Dan bagaimana cara dia meraih kesuksesannya, itu dinamakan pria terhormat..." terang Tira.
Mendengar jawaban Tira Angga semakin tidak percaya diri. Dengan standar Tira yang tinggi, apakah Angga seorang yang payah ini bisa mewujudkan dan memenuhinya.
"Tira aku.... e.."
"Dan juga bagaimana cara dia mencintai pasanganya. Seperti om Angga, kau adalah pria terhormat yang ku tahu selain papa!" sela Tira tersenyum.
"Aku!" Angga terkejut dan senang disaat yang bersamaan.
"Ya! Kau sangat aku hormati om Angga..." sahut Tira tersenyum.
"Kamu kebangganku! Aku bangga padamu, aku merasa sangat bangga hanya dengan mengenal dirimu..." ujar Angga tersenyum.
Merpati kecil itu ternyata memilih untuk melakukan keduanya...
Dia memilih untuk membantu merpati dewasa terbang!
Dengan terbang bersamanya!
Bagaimana cerita selanjutnya?
Apakah mereka akan dapat terbang bersama?
Hanya di Tira dan Angga....