Chereads / Tira dan Angga / Chapter 42 - Agres Mahesa IV

Chapter 42 - Agres Mahesa IV

"Dua perwaris Utama Pt. Kencana Surya Asih, Agres Mahesa dan adiknya Angga Mahesa di laporkan hilang sejak 2 april 1999 pukul 0.00 wib ! Saat ini polisi terus mencari keberadaan mereka namun, belum di temukan tanda-tanda pentunjuk tentang keberadaan dua perwaris tahta te...."

Seorang pria paru baya mematikan televisi dengan mengunakan remot. Kemudian dirinya melempar remotnya tersebut pada layar televisi hingga layar tersebut hancur.

"Sial!" maki pria paru baya itu kesal.

"Itukan salahmu," cibir wanita paru baya dengan dokumen yang menunpuk di tangannya.

"Aku tidak mau, mendengar nasihatmu sekarang Linda!" ketus pria paru baya itu.

"Siapa yang menikah lagi? Kau, siapa yang mengkhinati cinta ibu mereka? Kau, Siapa yang membiarkan putranya dipukuli? Kau. Jadi, salah siapa lagi kalau bukan.... kau," cetus wanita paru baya itu kesal.

"Ya, salahku! Kau puas.., tapi mereka tetap salah pergi seperti itu. Meninggalkanku sendirian!" bela pria paru baya itu.

"Yang siapa?" tegas wanita paru baya itu.

"Aku, kau puas sekarang!" jawab pria paru baya itu kesal.

"Bagus kalau sudah sadar! Ini proposal dari para anak perusahaanmu. Sudah ku periksa kau tinggal tanda tangan, tapi saranku perikasalah lagi. Karena ini perusahaanmu jangan melakukan kesalahan seperti ayahku..." tutu wanita paru baya itu lalu pergi.

Wanita itu meninggalkan pria paru baya itu keluar ruangan. Pria paru baya itu hanya menatap dokumen itu dengan tatapan lirih yang kosong dan putus asa.

"Nak, kalian dimana sudah 5 bulan! Kalian dimana..." pria paru baya itu cemas.

Di sisi lain Agres dan Angga sedang makan bersama disebuah kos-kosan kecil mereka.

"Tada... hari ini sarapanya telor kecap, sayur labu siam dan sambal hahaha..." saru Agres bangga.

"Apakah hanya ini makanan yang bisa kakak masak?" cetus Angga mengejek kakanya itu.

"Ya, dengan gajihku yang pas-pasan makanya jawabannya adalah iya..." sahut pemuda itu pada adiknya.

"Bukan jenis makanannya, tapi jenis masakannya. Lain kali aku saja yang memasak, aku sering melakukannya..." seru Angga.

"Ya, aku ini pekerja wajar kalau menu yang ku tahu terbatas. Biasanya langsung tersedia di depan mataku. Dan jangan coba-coba kau menyentuh dapur, kau itu masih anak-anak!" sahut Agres menyajikannya makanan untuk adiknya.

"Usiaku 13 tahun, aku remaja!" ujar Angga tidak terima.

"Kamu adikku, berapa pun usia mu kau akan..."

"selalu jadi adik kecilku!" sambung Angga.

"Itu kau tahu!" sahut Agres girang.

"Terserah," jawab Angga singkat lalu menyantap makanan lezat yang ada di hadapannya itu.

"Kurang asin, dan terlalu manis. Kakak tidak tahu beda garam dan gula ya..." ujar anak laki-laki itu menilai masakan kakaknya.

"Maafkan aku, nanti malam akan lebih enak!" seru Agres santai.

"Sudah 4 bulan, dan aku tidak merasakan peningkatan dari makanan ini," sahut Angga santai tetap menyantap masakan kakaknya itu.

"Ya, kalau tahu tidak enak mengapa kau makan!" ujar Agres tidak terima.

"Karena kita ini saudara! Aku tidak punya pilihan..." sahut Angga.

"Ah... begitu ya," ucap Agres malu.

"Kalau kakak, sudah gajian! Tolong beli buku resep atau cari resep lewat koran. Kakak menyiksa lidahku," tutu Angga menjulurkan lidahnya.

"Iya-iya..." jawab Agres yang bersiap-siap pergi bekerja.

"Bulan kemarin juga, kakak mengatakan hal yang sama!" cela Angga kesal.

"Baiklah bulan ini aku akan benar-benar membelinya!" sahut Agres meninggalkan ruangan itu dan pergi ke tempat kerjanya.

"Hati-hati!" seru Angga melambaikan tanganya.

"Ya, kakak pergi dulu ya!!" pamit Agres tersenyum lalu pergi.

Agres mulai membuka pintu lalu pemuda itu menengom kebelakang dan melihat adiknya, yang sudah tidak bersekolah selama lima bulan. Pemuda itu menghampiri adiknya dan meminta maaf pada anak laki-laki yang manis itu.

"Maaf ya... kamu tidak bisa sekolah, tapi mata-mata pria itu mereka..." lirih Agres

"Aku percaya padamu kakak, lagi pula bu guru pernah bilang aku terlalu pintar untuk bersekolah hehehe..." hibur Angga pada kakaknya.

"Pergilah, aku akan menunggu kakak pulang! Lagi pula belajar sendirian itu lebih asyik.." seru Angga mendorong tubuh pemuda itu keluar pintu.

"Dadah kakak!" seru anak laki-laki itu pada kakaknya.

"Dadah Angga!" pamit pemuda itu lalu berangkat ke tempat kerja dengan motor vespa tua yang di dapatkannya dari hasil jualan mobilnya.

Pada malam mereka kabur dari rumah, Angga dan Agres langsung mencari kos-kosan termurah yang bisa mereka tempati dengan uang yang di bawa oleh Agres.

Mereka berdua hidup bertahan selama satu bulan dengan sisah uang yang dimiliki oleh pemuda itu. Agres sengaja tidak menggunakan kartu debit, agar dirinya tidak bisa dilacak oleh ayahnya.

Dan itu mengakibatnya dirinya dan Adiknya harus hidup sulit. Apalagi dengan hilang mereka berdua yang di umumkan di televisi. membuat Agres kesulitan untuk mencari pekerjaan dan menyekolahkan Angga.

Akhirnya hal pertama yang Agres lakukan untuk bertahan hidup pertama kali ialah menjual mobil BMW E46 merupakan seri ketiga dan terbaru dari BMW saat itu. Dan hanya sedikit orang yang memilikinya.

Dan dengan harga yang sangat jauh dari harga aslinya Agres berhasil menjual mobil itu dalam waktu 3 hari. Dan dari situlah Agres mendapatkan uang untuk mencukupi kehidupan mereka.

Agres mulai mengirit dan belajar memasak setelah satu bulan dia selalu melakukan take away. Dari uang yang di hasilkan dari menjual mobil sebagian dari uang itu digunakannya untuk membeli vespa tua dari penjual barang bekas.

Agres sengaja membeli barang dari tempat yang tidak resmi, agar dirinya tidak dimintai identitas agar ayahnya tidak bisa menemukannya. Untuknya sebelum kabur dari rumah Agres sudah memperbarui SIM C dan STNKnya sehingga dia tidak perlu lagi membuat SIM C dan STNK agar bisa mengendari motor. Dirinya hanya bisa berharap bahwa sepanjang jalan tidak ada razia polisi.

Karena jika, ada tentu dia akan ditangkap karena jenis motor yang di gunakan tidak sesuai dengan yang tercantum di STNKnya.

Itulah mengapa Agres selalu mengunakan Atribut lengkap dalam mengendari motor agar dijauhkan dari Razia polisi.

Agres pun tiba di tempat kerjanya, pemuda itu bekerja sebagai sales marketing dengan mengandalkan idetitas palsu sebagai "Adimas Donyan" agar tidak ada mencurigainya. Bahkan, pemuda itu mengganti penampilanya dengan mengikalkan rambutnya dan memakai kacamata bulat agar. Semua orang percaya dengan identitas palsunya itu.

Untunglah sebagai sarjana Informatika dan Desain grafis. Mengedit dan memalsukan idetitas bukan merupakan hal yang sulit baginya. Dan Agres pun berhasil mendapatkan kerja sebagai sales di perusahaan yang cukup berkembang.

"Hoi dim, dipanggil bos tuh!" panggil rekan kerjanya.

"Ya, saya akan segera ke sana," sahut Agres dan langsung menuju ruangan atasannya

Agres mendatangi ruangan atasannya, setiap kali dia datang ke ruangan ini. Dirinya selalu takut jika identitasnya akan terungkap. Namun, dia selalu menahan ketakutannya itu dengan wajah datarnya yang tanpa ekspresi.

"Tok, tok..." Agres mengetuk pintu ruangan itu.

"Siapa!"

"Dimas pak," jawab agres dengan logat Jawa.

Agres Mahesa bukan hanya merubah identitasnya namun, pemuda itu juga merubah suara dan gaya bicaranya. Dari seorang pemuda metropolitan yang kasar berubah menjadi pemuda jawa yang santun.

Lewat kelas teather yang sering diikutinya saat kuliah. Agres berhasil memerankan karakter ini dengan sangat baik.

"Ouh, Dimas! Masuk dim.." sahut orang itu memeperintahkan pemuda itu masuk keruanganya.

"Permisi pak," pemuda itu memasuki ruangan atasanya.

"Ah! begini dim, saya tahu kamu baru kerja 3 bulan di tempat ini. Sebenarnya saya agak takut kalau kamu gak bisa meradaptasi dengan keadaan ini, tapi kamu jauh dari ekspetasi saya jadi... Dim, kamu..."

"Dipecat," sela pemuda itu datar.

"Enggak, kamu! saya promosikan. Mana ada kamu dipecat, kerja kamu itu bagus! Sayang kalau cuman jadi sales marketing. Nah sekarang jabatan kamu naik jadi Sales manager. Selamat!!" ucap atasanya menyalam tangan Agres.

Agres pun sangat gembira oemuda itu tersenyum lebar dan tidak sabar untuk memberi tahu adiknya. Pemuda itu meninggalkan ruangan tanpa sepata kata pun dan terus tersenyum sampai ke tempat kerjanya.

Agres pun menjadi tambah rajin setiap harinya, pekerjaannya semakin rapi dan cekatan. Omset perusahaan terus di tingkatkan olehnya.

Akibatnya Agres sering pulang terlambat namun, anak laki-laki itu sangat paham bahwa kakanya seperti itu juga demi dirinya. Walaupun Angga selalu menegur kakaknya karena sering lupa makan.

"Kakak, jangan lupa makan ya.." tutur Angga.

"Iya," jawab Agres asal.

"Kakak juga mengatakan hal yang serupa kemarin. Buktinya nihil!" ketus Angga.

"Iya, iya... hm.. Angga besok jalan-jalan yuk!" ajak Agres riang.

"Ogah! Makan saja makanan kakak, jangan merayuku!" tolak Angga merajuk.

"Aku akan makan bekalku, kalau kau ingin jalan-jalan denganku!" seru Agres.

"Baiklah!" sahut Angga tersenyum lebar.

"Tapi... besokan hari jumat kak," ucap Angga menunjukkan kelender.

"Besok itu, kakak cuman kerja setengah hari. Jadi, kita bisa jalan-jalan bareng!" tutur Agres menjelaskan.

"Wah asyik jalan-jalan udah lama gak jalan-jalan sama kakak!" seru Angga girang.

"Iyakan!!" sahut Agres gembira

Rupanya dua adik- kakak ini tidak tahu, bahwa itu merupakan jalan-jalan terakhir mereka berdua.

Author pov ;

hai-hai, seri spesial Agres Mahesa bakal selesai sebentar lagi loh!...

Nah itu artinya Author bakal update 3 kali seminggu lagi.

Jadi, buat kalian yang mau Author update 4 kali seminggu lagi.

Request yuk di komen kira-kira kalian mau kisah siapa? ya...

see in Tuesday xoxoxo...